Suara.com - Makanan yang tak habis dimakan atau sisa makanan, tentu saja sayang untuk dibuang.
Apalagi kalau kondisi makanan masih layak dimakan kembali. Solusinya, banyak orang memilih memasukkan makanan sisa ke dalam kulkas, dan menghangatkannya kembali ketika ingin dikonsumsi.
Masalahnya, penurunan suhu makanan hingga 15 derajat Celcius berpotensi menaikkan risiko pertumbuhan bakteri dan keracunan makanan. Demikian dikatakan Enzo Palombo, profesor mikrobiologi dari Swinburne University of Technology.
Beberapa jenis mikroba dapat menyebabkan penyakit - seperti Salmonella, Campylobacter, E coli, atau Listeria, bahkan menyebabkan keracunan makanan. Dan yang lebih berbahaya, sebagian besar mikroba penyebab penyakit ini dapat tumbuh di makanan tanpa mengubah bau, rasa, atau penampilan makanan tersebut.
Hal ini menyebabkan Anda akan menganggap makanan tersebut baik-baik saja, padahal bakteri berbahaya sudah mulai tumbuh dan berkembang biak dalam tingkat yang membahayakan.
Selama ini, pendinginan memang jadi salah satu cara yang cukup efektif dan ekonomis untuk mengawetkan makanan. Menurut Palombo, seperti dilansir dari The Independent, zona bahaya ada pada kisaran suhu antara 5 derajat hingga 60 derajat Celcius. Ini adalah kisaran suhu di mana bakteri penyebab keracunan makanan paling suka tumbuh. Untuk menghindarinya, makanan harus disimpan di atas suhu 60 derajat Celcius atau di bawah 5 derajat Celcius.
Nah, masalahnya, apakah kulkas rumah tangga Anda sudah ideal untuk mengawetkan makanan, atau dengan kata lain, memiliki suhu di bawah 5 derajat Celcius? Inilah yang harus jadi perhatian setiap orang ketika memutuskan untuk menyimpan sisa makanan di dalam kulkas.
Jika kulkas di rumah memiliki suhu yang ideal untuk menyimpan makanan, berarti tak ada masalah. Anda tinggal gunakan penglihatan dan penciuman untuk memperhatikan apakah makanan sisa yang disimpan masih layak dikonsumsi atau tidak, misalnya berbau amis atau busuk, timbul jamur atau lendir, dan tanda-tanda lainnya.
Palombo juga memberi saran untuk menggunakan pedoman dua jam/empat jam untuk menghindari keracunan makanan, yaitu : Kurang dari dua jam, segera konsumsi makanan yang sudah dimasak. Jika tak habis, simpan dengan baik selama 2 hingga 4 jam. Lewat dari 4 jam, makanan harus segera dikonsumsi saat itu juga, atau dibuang.
Baca Juga: Hukuman Ini Siap Menjerat Pengguna dan Mucikari PSK Artis
Begitulah cara tepat menyimpan sisa makanan agar terhindar dari keracunan makanan akibat bakteri.
Berita Terkait
Terpopuler
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- 7 HP Samsung Seri A Turun Harga hingga Rp 1 Jutaan, Mana yang Paling Worth It?
Pilihan
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
-
29 Unit Usaha Syariah Mau Spin Off, Ini Bocorannya
-
Soal Klub Baru usai SEA Games 2025, Megawati Hangestri: Emm ... Rahasia
Terkini
-
4 Perbedaan Facial Wash dan Facial Foam, Jangan Salah Pilih!
-
7 Rekomendasi Smartwatch Akurat Pengukur HR Terbaik, Harga Ramah di Kantong
-
Stop Iritasi! Brand Skincare Korea Berbasis Sains Ini Teruji Kuat Melawan Polusi dan Kelembapan
-
5 Sepatu Running Adidas Ori Terbaik: Nyaman Buat Harian sampai Lari Maraton
-
7 Sunscreen Terbaik untuk Flek Hitam Usia 40 Tahun ke Atas, Bye Wajah Kusam
-
6 Cushion Lokal Murah untuk Ibu Rumah Tangga dengan Coverage Buildable
-
Apa Itu Siklon Tropis? Simak 3 Fenomena yang Perlu Diwaspadai di Indonesia
-
Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
-
Liburan Akhir Tahun Jadi Tak Biasa: Menjelajah Dunia Tahilalats di Bens Backyard
-
Panthenol vs Ceramide, Lebih Ampuh Mana untuk Perbaiki Skin Barrier?