Suara.com - Perselingkuhan bisa dibilang sebagai kejahatan paling besar dalam menjalin sebuah hubungan. Tentu tidak ada yang ingin jadi korban selingkuh.
Mereka yang jadi korban selingkuh bukan hanya merasa kecewa dan sedih. Dilansir dari HelloSehat, mereka bahkan dapat mengalami berbagai masalah mental yang cukup serius.
Berikut adalah beberapa dampak buruk perselingkuhan terhadap kesehatan mental:
1. Merasa tidak berharga
Tidak hanya merasa disakiti, korban selingkuh akan cenderung merasa tidak berharga. Mereka merasa masalah itu terjadi karena dirinya tidak bisa memenuhi keinginan pasangan. Mereka akan merasa tidak mampu hingga akhirnya merasa kehilangan harga diri.
Hal tersebut dapat menimbulkan dampak yang tidak ringan. Seseorang mungkin akan mulai berpikiran negatif yang sebenarnya belum tentu benar. Bisa juga cenderung menyalahkan diri sendiri terhadap perselingkuhan yang dilakukan oleh pasangan, padahal belum tentu semuanya adalah kesalahannya.
Jika dibiarkan berlarut-larut, korban selingkuh akan kehilangan rasa percaya diri dan kurang bersyukur terhadap hal yang dimiliki saat ini.
2. Depresi
Menurut sebuah penelitian yang dimuat di NCBI, pengalaman yang memalukan bisa menimbulkan depresi di kemudian hari. Walau bukan salahnya, korban selingkuh cenderung merasa malu jika pasangannya ketahuan berselingkuh.
Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Perselingkuhan Terjadi dan Kembali Terulang
Kesehatan mental mereka dapat menurun drastis hingga korban merasa depresi. Jika sudah pada tahap itu, gejala yang terlihat antara lain merasa sedih berlarut-larut, kehilangan nafsu makan, dan mengalami gangguan tidur.
3. Gangguan kecemasan
Gangguan kecemasan biasanya muncul saat seseorang merasa di bawah tekanan atau ancaman. Setelah dikhianati, korban selingkuh cenderung trauma terhadap hal yang telah dialaminya.
Kondisi ini akan menjadi semakin parah jika perselingkuhan itu berdampak besar pada aspek kehidupan korban lainnya. Hal ini mungkin terjadi pada korban perselingkuhan yang sudah menikah.
4. Masalah makan
Perubahan selera makan juga mungkin terjadi saat stres dan tertekan. Namun, polanya sangat mungkin berbeda pada tiap orang. Ada orang yang cenderung lebih banyak makan saat tertekan, tapi ada juga yang justru kehilangan selera makan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Kamu Termasuk? Ini Daftar Zodiak Paling Beruntung pada 11 Desember 2025
-
Dapur Bukan Lagi Sekadar Ruang Masak: Mengapa Kompor Tanam Jadi Pilihan Utama di Rumah Modern
-
Apakah Marina SPF 30 Bisa Mencerahkan Kulit? Cek Manfaat dan Harga Terbarunya
-
6 Lip Scrub untuk Bikin Bibir Sehat, Halus, dan Lembap, Harga Mulai Rp19 Ribuan
-
Bahaya Sinar UVA di Lapangan Indoor: Mengapa Sunscreen Wajib Saat Main Padel?
-
5 Body Lotion Mengandung Vitamin C untuk Mencerahkan Kulit Kusam, Mulai Rp20 Ribuan
-
7 Rekomendasi Lipstik yang Tidak Bikin Bibir Kering untuk Usia 50 Tahun ke Atas
-
5 Sabun Mandi untuk Menyembuhkan Jerawat Punggung, Bikin Kulit Mulus
-
7 Cara Mengatasi Sepatu Suede Jika Terkena Air Agar Tetap Awet
-
5 Rekomendasi Vitamin Kulit Biar Glowing Luar Dalam, Mulai Rp 40 Ribuan