Suara.com - Masih ingat kasus kulit perempuan rusak karena losion pemutih abal-abal yang diungkap oleh dokter kulit? Meski sampai saat ini tidak jelas apa merek losion abal-abal tersebut, tapi yang jelas fenomena ini sering terjadi karena banyak orang mendambakan menjadi cantik dengan cara instan.
Tapi, tahukah kamu kalau ternyata terobsesi menjadi cantik itu akibat dari konsep diri kita yang negatif? Hal ini diungkap psikolog Catharina Sri Indah Gunarti, M.Psi, yang menyebut punya tolak ukur cantik disebabkan karena konsep diri seseorang yang negatif.
"Kalau yang negatif seseorang itu jadi kaya bikin syarat. 'Saya akan menjadi cantik kalau saya melakukan apa saja'. Kalau tadi dibilang kulitnya menjadi lebih cerah, harus kurus, berat badan harus berapa, harus kaya model yang langsing banget, kulit saya itu di muka harus bersih tanpa jerawat," ujar Rina beberapa waktu lalu di Jakarta.
Saat semakin banyak syarat menjadi cantik, kata Rina, semakin negatif juga konsep diri orang tersebut, karena merasa banyak memiliki kekurangan yang harus ditutupi, alih-alih ia menerima dirinya apa adanya.
"Jadi itu syarat-syarat yang orang bikin untuk menutupi kekurangannya. Intinya karena konsep dirinya negatif," jelas Rina.
Sementara itu, bagi mereka yang sudah memiliki konsep diri yang positif, mereka akan mudah menerima dirinya yang apa adanya. Tidak hanya menerima penampilan fisik, berdasarkan pemikiran, emosi, dan strata sosial mereka tetap akan bersyukur.
"Kalau positif adalah di mana diri kita itu bisa menerima diri kita yang apa adanya. Dari penampilan fisik. Biasanya yang paling berpengaruh penampilan fisik, karena dilihat orang lain. Ditambah emosinya, spiritualitasnya, kelas sosialnya," terang psikolog dari Pion Clinic itu.
Dari konsep diri yang negatif ataupun positif ini, lalu akan sangat berpengaruh pada seberapa pintar dan mampu orang untuk menahan tidak membeli barang abal-abal, dan menjadi korban produk palsu yang merusak kesehatan kulit.
"Kalau mau dilihat dari situ, kenapa kok sekarang banyak banget tahun 2020, tapi sekarang makin banyak yang jual misalnya di ecommerce, nggak jelas brand apa. Kadang yang dijual yang di plastik itu nggak ada nama brandnya apa, tapi orang itu rela untuk beli," tutupnya.
Baca Juga: Orthorexia, Gangguan Makan yang Terobsesi dengan Makanan Sehat dan Bersih
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Skechers, Tanpa Tali untuk Jalan Kaki Lansia
- 9 Sepatu Puma yang Diskon di Sports Station, Harga Mulai Rp300 Ribuan
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- 5 Sepatu New Balance yang Diskon 50% di Foot Locker Sambut Akhir Tahun
Pilihan
-
In This Economy: Banyolan Gen Z Hadapi Anomali Biaya Hidup di Sepanjang 2025
-
Ramalan Menkeu Purbaya soal IHSG Tembus 9.000 di Akhir Tahun Gagal Total
-
Tor Monitor! Ini Daftar Saham IPO Paling Gacor di 2025
-
Daftar Saham IPO Paling Boncos di 2025
-
4 HP Snapdragon Paling Murah Terbaru 2025 Mulai Harga 2 Jutaan, Cocok untuk Daily Driver
Terkini
-
5 Rekomendasi Sepatu Lokal Selevel Docmart: Harga Lebih Bersahabat, Kualitas Tak Kalah
-
3 Zodiak Paling Beruntung Sepanjang 2026, Karier dan Cinta Dalam Genggaman
-
Hidup Makin Digital, Layanan Antar Barang Ikut Berubah Lebih Personal
-
5 Rekomendasi Krim untuk Mengurangi Kerutan, Harga Terjangkau Mulai Rp15 Ribuan
-
Menuju 2026, Clara Hsu Soroti 4 Sinyal Penting yang Tak Boleh Diabaikan Para Pemimpin
-
26 Ucapan Selamat Tahun Baru 2026 untuk Customer, Menjaga Loyalitas dan Relasi Bisnis
-
5 Serum Retinol Lokal untuk Ibu Rumah Tangga, Efektif Atasi Tanda Penuaan
-
5 Sepatu Skechers yang Diskon 50% di Sports Station, Tahun Baru Gaya Baru
-
4 Pilihan Cushion dengan Hasil Akhir Glowing, Samarkan Ketidaksempurnaan Kulit
-
3 Zodiak Mengalami Perubahan Hidup Mulai 1 Januari 2026, Masa Sulit Berakhir!