Suara.com - Pandemi Covid-19 membawa banyak perubahan bagi kehidupan manusia. Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa hidup dalam ketidakpastian pandemi coronavirus telah terbukti tidak adil bagi sebagian orang di rumah.
Dilansir dair NY Post, perempuan, khususnya, menanggung beban beban pekerjaan rumah tangga atau merawat anak tambahan 173 jam kerja tanpa upah pada tahun 2020 menurut laporan baru.
Ini berbeda dengan laki-laki dengan 59 jam tambahan karena pekerjaan dan sekolah dibawa pulang tanpa batas waktu.
Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, perempuan mengambil tambahan 217 jam kerja gratis tambahan, dan laki-laki 70 jam tambahan.
Dalam sebuah studi tentang beban kerja merawat anak global selama pandemi COVID-19, Center for Global Development mengumpulkan data dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), the Bank Dunia dan sejumlah organisasi penelitian internasional mengungkapkan bahwa perempuan di negara berpenghasilan rendah dan menengah bertanggung jawab atas sekitar tiga perempat beban perawatan di rumah.
Sementara perempuan di negara berpenghasilan tinggi mengambil sekitar dua pertiga dari perawatan. Bagikan.
Itu dipecah menjadi sekitar 615 miliar jam penitipan anak yang tidak dibayar.
Kesenjangan beban kerja yang menganga antara perempuan dan laki-laki di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah menambah tekanan pada negara-negara dalam krisis, seperti India.
DI India perempuan bekerja 10 kali lipat dari laki-laki — yaitu 360 jam untuk perempuan dan hanya 33 jam untuk laki-laki — studi ditemukan.
Baca Juga: Moeldoko Sayangkan Masih Ada Kelompok Warga Abai Bahaya Covid-19
Pada saat yang sama, jumlah kematian akibat COVID-19 telah melampaui 393.000 di negara itu, jumlah kematian tertinggi ketiga di dunia.
Anak-anak juga mengalami kemunduran akademis akibat perubahan jadwal.
Siswa dari latar belakang berpenghasilan rendah hingga menengah kehilangan rata-rata 124 hari sekolah karena penutupan — atau 107 miliar hari tidak masuk sekolah di seluruh dunia.
Penutupan prasekolah menambah 16 miliar hari yang terlewat.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Matic untuk Keluarga yang Irit BBM dan Murah Perawatan
- 58 Kode Redeem FF Terbaru Aktif November 2025: Ada Item Digimon, Diamond, dan Skin
- 5 Rekomendasi Mobil Kecil Matic Mirip Honda Brio untuk Wanita
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Sunscreen Wardah Untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Bantu Atasi Tanda Penuaan
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
-
Trofi Piala Dunia Hilang 7 Hari di Siang Bolong, Misteri 59 Tahun yang Tak Pernah Tuntas
-
16 Tahun Disimpan Rapat: Kisah Pilu RR Korban Pelecehan Seksual di Kantor PLN
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
Terkini
-
Studi: Banyak Makanan Anjing Rumahan Tidak Penuhi Kebutuhan Gizi
-
5 Sepatu ASICS Diskon 50 Persen di Sports Station, Murah dan Stylish Banget!
-
3 Rekomendasi Sepatu Lari ASICS Terbaik untuk Lari 5K: Nyaman, Stylish, dan Harga Kompetitif
-
3 Rekomendasi Basic Skincare Kemasan Saset Rp15 Ribu di Indomaret, Cocok untuk Pemula!
-
Intip Rumah Masa Depan Pratama Arhan: Bak Museum Pribadi Penuh Trofi dan Deretan Jersey
-
Kisi-Kisi CAT Tes Petugas Haji 2026, Apa Saja Materi yang Wajib Dipelajari?
-
3 Sunscreen Brand Tiongkok Terbaik untuk Kulit dengan Harga Terjangkau
-
Pinkfong Baby Shark Run 2025 Hyundai dan Dipha Barus: Lebih 1.600 Orang Tua dan Anak Berpartisipasi
-
Apakah Malam Perlu Pakai Sunscreen? Ini Kesalahan yang Sering Dilakukan Banyak Orang
-
5 Rekomendasi Stroller Bayi Lipat Under Rp250 Ribuan, Cocok Dibawa saat Motoran