Suara.com - Tote Bag atau tas jinjing katu, yang pernah dipuji sebagai solusi untuk mengurangi polusi dari kantong plastik sekali pakai, ternyata tidak ramah lingkungan. Ini karena tote bag diproduksi secara berlebihan.
Ahli daur ulang dan keberlanjutan tekstil mengatakan bahwa meskipun tas katun dikirim untuk didaur ulang, logo dan pesan yang tercetak pada tas tidak dapat didaur ulang dan harus dipotong dari kainnya. Ini artinya membuang sekitar 10 hingga 15 persen kapas yang diterima oleh a perusahaan daur ulang tunggal.
Menurut New York Times, mendaur ulang tas katu yang telah menggantikan plastik untuk sejumlah besar merek menghabiskan energi yang hampir sama dengan memproduksinya di tempat pertama. Hal itu membuat dampaknya terhadap lingkungan lebih merusak daripada yang mungkin dipikirkan publik.
Produksi katunadalah proses intensif sumber daya dan membutuhkan sejumlah besar air untuk menumbuhkan serat. Menurut The Circular Laboratory, dibutuhkan antara 10.000 dan 20.000 liter untuk menghasilkan satu kilogram kapas.
Sebuah studi tahun 2018 oleh Kementerian Lingkungan dan Makanan Denmark menemukan bahwa tas katun organik perlu digunakan 20.000 kali sebelum memenuhi kinerja lingkungan dari kantong plastik konvensional.
Studi ini juga menemukan bahwa tas katun organik lebih buruk daripada kapas konvensional dalam hal dampak lingkungan secara keseluruhan, karena yang terakhir hanya perlu digunakan kembali 7.000 kali untuk mengimbangi dampak produksi.
Evolusi tote bag katun sebagai "simbol status" melihat merek terkenal memproduksinya dalam jumlah tinggi untuk mengantongi pembelian.
Shaun Russell, pendiri merek perawatan kulit Swedia Skandinavisk, mengatakan kepada New York Times bahwa tas bermerek membuat "papan reklame seluler" dari pelanggan.
"Setiap merek yang mengklaim sebaliknya akan berbohong," katanya.
Baca Juga: Istri Curiga Tas Dibongkar Suami, Ketahuan Lakukan Hal Tak Terduga
Jenis kemasan katunlainnya juga meningkat, dengan banyak produk yang diselubungi kantong kapas ketika tidak memerlukan penutup debu pelindung.
Berita Terkait
Terpopuler
- Operasi Zebra 2025 di Sumut Dimulai Besok, Ini Daftar Pelanggaran yang Disasar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Mobil Keluarga Bekas Paling Dicari 2025, Murah dengan Performa Mumpuni
- 5 Mobil Sedan Bekas Pajak Murah dan Irit BBM untuk Mahasiswa
- 5 Rekomendasi Smartwatch Selain Apple yang Bisa QRIS MyBCA
Pilihan
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
-
Danantara 'Wajibkan' Menkeu Purbaya Ikut Rapat Masalah Utang Whoosh
-
Viral Biaya Tambahan QRIS Rp500: BI Melarang, Pelaku Bisa Di-Blacklist
-
Harga Minyak Dunia Merosot Imbas Stok AS Melonjak
Terkini
-
7 Powder Foundation yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Flawless Seharian
-
5 Rekomendasi Skincare Korea yang Sudah Tersertifikasi Halal, Cocok untuk Muslimah Anti Ribet!
-
Apa Itu Ghost Job dan Ciri-Cirinya? Pencari Kerja Wajib Tahu!
-
5 Sepatu Running Lokal Setara Nike Zoom Alphafly, Kualitas Super-Shoe Versi Harga Hemat
-
Diet Unik Ini Mungkin Jadi Solusi Terbaik untuk Menurunkan Kolesterol
-
5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
-
5 Cushion Mengandung Centella Asiatica untuk Kulit Berjerawat, Bantu Redakan Kemerahan
-
6 Sepatu Pria Branded untuk Kondangan, Murah Mulai Ratusan Ribu Saja
-
25 Ide Hadiah Hari Guru yang Berkesan, Budget Ramah di Kantong Pelajar
-
7 Body Lotion Terbaik untuk Kulit Kering dan Bersisik, Melembapkan 24 Jam