Suara.com - Bagi mahasiswa Sosiologi, kamu pasti kerap mengenal istilah Teori Ketimpangan Sosial. Teori ini sering digunakan untuk meneliti fenomena kesenjangan dan ketimpangan yang terjadi di masyarakat.
Umumnya teori ketimpangan sosial terbagi atas dua jenis yakni teori klasik dan teori modern.
Perlu diketahui, ketimpangan sosial adalah keadaan yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan akses untuk mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
Mengutip Ruang Guru, berikut ini beberapa teori ketimpangan sosial klasik yang banyak digunakan untuk meneliti:
Teori Ketimpangan Sosial Klasik
1. Teori Struktural Fungsional (Emile Durkheim)
Menurut Emile Durkheim, ketimpangan sosial tidak dapat dihindari dan memiliki peran penting dalam masyarakat. Ini karena ketimpangan berfungsi untuk menciptakan sistem meritokrasi, yaitu sistem yang digunakan untuk menilai seseorang berdasarkan kualitas dan keahliannya.
Contoh dari teori ini adalah masyarakat yang berpendidikan dan berketerampilan rendah mengisi pekerjaan dengan penghasilan yang rendah juga. Namun, hal ini justru dibutuhkan oleh orang dengan pendidikan dan keterampilan tinggi.
2. Teori Konflik (Karl Marx)
Baca Juga: 3 Teori Evolusi dalam Pelajaran Sosiologi
Menurut teori konflik, ketimpangan sosial dapat terjadi akibat adanya eksploitasi oleh kelompok yang lebih kuat. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kapitalisme yang lebih menguntungkan pemodal, tetapi lebih merugikan pekerja atau buruh.
Contoh yang sesuai dengan teori ini adalah kontrak kerja yang tidak jelas atau sewenang-wenang, sehingga pekerja lebih rentan dipecat. Adanya ketidakadilan upah dan perlindungan kerja bagi buruh atau pekerja juga merupakan contoh kasus yang sesuai.
Kelemahan dari teori ini adalah terlalu berfokus pada aspek ekonomi dalam ketimpangan sosial. Padahal, terdapat beberapa bentuk ketimpangan sosial selain dari ketimpangan ekonomi.
3. Teori Kelas, Status, Kekuasaan (Max Weber)
Teori ini beranggapan bahwa ketimpangan sosial memiliki 3 dimensi, yaitu status, kekayaan, dan kekuasaan. Jadi sebenarnya, teori ini mengisi kekurangan pada teori konflik yang terlalu berfokus pada masalah ekonomi.
Pada dimensi kelas, ketimpangan sosial bergantung pada usaha individu untuk mencapai kekayaan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
- 5 Promo Asus ROG Xbox Ally yang Tidak Boleh Dilewatkan Para Gamer
Pilihan
-
Bahlil Vs Purbaya soal Data Subsidi LPG 3 Kg, Pernah Disinggung Sri Mulyani
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Baterai Besar Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
-
Dapur MBG di Agam Dihentikan Sementara, Buntut Puluhan Pelajar Diduga Keracunan Makanan!
-
Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
Terkini
-
7 Rekomendasi Skincare Skintific untuk Atasi Flek Hitam, Bikin Kulit Mulus dan Glowing
-
Harta Deddy Corbuzier Nyaris Rp1 T, Nafkah Bulanan untuk Sabrina Chairunnisa Tak Terduga
-
Rekam Jejak Niluh Djelantik, Anggota DPD Bali 'Kawal' Pembongkaran Tembok di Kawasan GWK
-
4 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik untuk Lansia, Nggak Bikin Lecet dan Nyeri
-
Tak Cuma Hamburger, Ini 10 Menu Kuliner Amerika Serikat Populer yang Menarik Dicoba
-
Rayyanza Malik Ahmad Sekolah di Mana? Sudah Pandai Mengaji Al-Fatihah
-
5 Rekomendasi Moisturizer untuk Orang Tua: Kulit Jadi Lembap, Sehat, dan Awet Muda
-
4 Cara Membedakan Sepatu New Balance 2002R Ori vs KW, Segini Harga Aslinya
-
Peta Digital Buatan Anak Bangsa Raih Pengakuan Global di Asia Pasifik, Ini Kata Sosok di Baliknya
-
4 Rekomendasi Bat Ping Pong Murah Mulai 80 Ribu per Oktober 2025