Suara.com - Jumlah wisatawan ke kawasan Taman Nasional Komodo di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur terus meningkat sejak 2010.
Data Balai TN Komodo mencatat, kunjungan terbanyak terjadi pada 2019 hingga mencapai 219 ribu pengunjung per tahun.
Peningkatan jumlah kunjungan itu ternyata sedikit banyak mengubah perilaku hewan melata tersebut.
Kepala Balai TN Komodo Lukita Awang mengatakan, karakter komodo yang ada di area pariwisata berbeda dengan yang di luar area wisata.
Sebagai informasi, dari sekitar 60 hektare luas daratan TN Komodo, hanya sekitar dua persen yang dimanfaatkan untuk aktivitas pariwisata.
"Komodo di tempat wisata berubah, kewaspadaan mereka berkurang, dia jadi cenderung dekat dengan manusia," kata Lukito saat konferensi pers TN Komodo di kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, Senin (27/6/2022).
Temuan itu berdasarkan penelitian yang dilakukan Balai Taman Nasional pada 2016 lalu.
Ketika itu, kunjungan wisatawan di TN Komodo meningkat hingga lebih dari 100 ribu untuk pertama kalinya.
Dikatakan, komodo yang tinggal di luar area pariwisata, masih berperilaku alami dengan memilih menjauh jika bertemu manusia.
Baca Juga: Duh Warga Jakarta Ditipu Agen Wisata Labuan Bajo, Duit Rp46,3 Juta Melayang
Selain dari karakter, berat badan komodo di area pariwisata juga rata-rata lebih besar. Komodo di dekat wisata terberat bisa sampai 100 kilogram.
Sementara yang tidak dekat dengan lokasi wisata paling besar sekitar 80 kilogram. Menurut Lukito, hal tersebut akibat adanya atraksi pemberian pakan terhadap komodo.
"Maka sejak tahun 2017, kami menghentikan pemberian pakan. Dengan adanya perubahan seperti ini, kita perlu kajian tentang daya dukung dan daya tampung, jangan sampai perilaku komodo berdampak yang kita belum tahu sekarang," ujarnya.
Dalam acara serupa, Kepala Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung Taman Nasional Komodo Irman Firmansyah menambahkan, perubahan perilaku itu pasti terjadi karena adanya aktivitas wisata di dalam habitat komodo.
Menurutnya, dampak dari perubahan tersebut akan mempengaruhi daya jelajah komodo untuk mencari mangsa sebagai sumber makanannya.
"Kalau komodo besar jadi sulit bergerak, kemampuan bergerak jadi lambat. Artinya akan ada rantai ekosistem membludak mangsanya karena komodo lambat."
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
Terkini
-
5 Powder Foundation Paling Bagus untuk Pekerja, Tak Perlu Bolak-balik Touch Up
-
5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan
-
5 Shio Paling Beruntung 21 November 2025, Rezeki Lancar dan Asmara Harmonis
-
5 Moisturizer Sachet yang Mencerahkan Wajah, Praktis Dibawa Traveling
-
Apakah Habib Bahar bin Smith Keturunan Nabi? Lagi Viral gegara Isu Pernikahan Rahasia
-
Semesta Lagi Romantis, Ini 6 Shio dengan Asmara Paling Bersinar pada 21 November 2025
-
Terpopuler: Breaking News Pelatih Timnas Indonesia hingga Jokowi Melemah
-
Menu Sarapan Rendah Gula yang Cocok untuk Program Diet Harianmu: Praktis, Kenyang Lebih Lama
-
Siswi SMA Cetak Prestasi Nasional Lewat Riset Biolarvasida dari Limbah Dapur
-
Finansial Serba Digital: Praktis Buat Urban, Tantangan Buat Indonesia