Suara.com - Ras Melanesia sempat jadi perbincangan hangat di masyarakat. Pasalnya ras ini disebut-sebut sebagai asal usul nenek moyang bangsa Indonesia, yang juga dibahas dalam buku 'Diaspora Melanesia di Nusantara'.
Buku ini diterbitkan oleh Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang diterbitkan pada 2015 silam.
Buku ini setebal 475 halaman ini berisi tentang kajian keilmuan tentang populasi dan kebudayaan Melanesia.
Ditulis dan disusun oleh para peneliti dan ilmuwan sejarah, arkeologi hingga antropologi seperti Truman Simanjuntak. Herawati Sudoyo, Multamia RMT Lauder, Allan Lauder, Ninuk Kleden Probonegoro, Rovicky Dwi Putrohari, Desy Polla Usmany, Yudha P. N. Yapsenang, Edward L. Poelinggomang, dan Gregorius Neonbasu.
Adapun nama ras Melanesia cukup asing terdengar, mengingat masyarakat Indonesia sebagian besar bagian dari ras Mongoloid. Apalagi ras ini tidak banyak ditulis dalam buku sejarah maupun pengetahuan umum.
Adapun sebagian darah masyarakat Indonesia, merupakan ras Melanesia, dan sebagian besar ras Melanesia di dunia terdapat di Indonesia, yakni sekira 80 persen dari jumlah penduduknya.
Persebaran Ras Melanesia
Dalam buku dijelaskan pusat ras Melanesia dibagi atas tiga wilayah. yakni di Nusantara, Melanesia barat dan Australia.
Melanesia barat, khususnya di wilayah pulau besar, tersebar di Papua dan Papua Nugini. Sehingga Indonesia masih berada dalam satu rumpun, sejarah dan budaya yang dihidupkan ras Melanesia hingga saat ini.
Baca Juga: Para Pengguna Roda Empat di Bumi Cenderawasih Didorong Terapkan Aplikasi MyPertamina
Peninggalan di Papua Nugini ini lalu menyebar hingga Maluku, Maluku Utara, dan wilayah sekitarnya.
Kedatangan Ras Melanesia di Indonesia, Papua, dan Australia
Perkembangan ras Melanesia di Australia sudah ada dan berkembang sejak 50.000-60.000 tahun lalu.
Di Papua sudah ditemukan buktinya sejak 45.000 tahun lalu. Sementara di Indonesia, bukti peninggalan sejarahnya sudah ditemukan sejak 45.000 hingga 50.000 tahun lalu.
Sejak sekitar paruh kedua Pleistosin Atas telah dimulai dinamika kehidupan populasi Melanesia di Nusantara dan kawasan Pasifik.
Kehidupan yang terus berlangsung, hingga berakhirnya zaman es, menyebabkan kenaikan muka laut dan memperluas penyebaran populasi dan geografi hunian ras melanesia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- 7 Rekomendasi Parfum Terbaik untuk Pelari, Semakin Berkeringat Semakin Wangi
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
- 8 Moisturizer Lokal Terbaik untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Solusi Flek Hitam
- 15 Kode Redeem FC Mobile Aktif 10 Oktober 2025: Segera Dapatkan Golden Goals & Asian Qualifier!
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Terpopuler: Viral Pejabat Salip Mobil Sultan HB X, Glamping Maut di Solok Belum Berizin?
-
4 Kebiasaan yang Justru Bikin Flek Hitam Makin Parah, Skincare Mahal Pun Tidak Ngefek
-
6 Shio yang Beruntung dalam Percintaan 13 Oktober 2025, Kamu Termasuk?
-
Sosok Tis'ah Djahri, Ibu Olla Ramlan yang Meninggal Dunia
-
Wonderful Indonesia Tourism Fair 2025: Panggung Dunia untuk Pesona Pariwisata Indonesia!
-
5 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Kolagen untuk Hilangkan Kerutan, Murah Meriah Mudah Ditemukan
-
Sunscreen Seperti Apa yang Cocok untuk Usia 40 Tahun ke Atas? Simak Tips dari Dokter
-
Harga & Spesifikasi Mito Android TV 32 Inch, Suvenir Mewah di Pernikahan Amanda Manopo
-
7 Parfum yang Cocok untuk Olahraga, Wanginya Sopan Tidak Menyengat
-
Daftar Universitas Terbaik Indonesia Menurut THE WUR, UGM Kalah dari Swasta?