Suara.com - Viral di media sosial sebuah rekaman yang memperlihatkan suku pedalaman Hongana Manyawa di Halmahera, Maluku Utara, tengah menghalangi buldoser. Video itu diduga direkam oleh salah satu pekerja PT Weda Bay Nickel yang akan membuka lahan pertambangan di lokasi tersebut. Atas peristiwa ini profil PT Weda Bay Nickel pun menjadi sorotan publik.
Diketahui, video viral itu dibagikan oleh sebuah organisasi nirlaba Survival International di akun X (dulu Twitter) miliknya. Video yang ramai diperbincangkan netizen di jagat maya tersebut menggambarkan tentang aktivis yang disebut sebagai 'genosida' terhadap tanah serta masyarakat adat pedalaman.
Dalam video yang beredar memperlihatkan pekerja nampak sedang melakukan operasi penebangan serta penambangan di wilayah Halmahera, Maluku Utara. Operasi ini dilakukan dengan cara membabat hutan hujan yang lama ditempati oleh suku pedalaman Hongana Manyawa yang belum pernah melakukan kontak dengan masyarakat di luar.
Saat itu, terlihat dua pria dari suku Hongana Manyawa yang mendekati para pekerja. Salah satu pria langsung melambaikan senjata seperti tombak dan parang seakan tak terima dengan kehadiran orang dari luar.
Lantaran merasa terancam dengan kehadiran orang Hongana, pekerja pun akhirnya menyalakan mesin buldoser hingga membuat kedua orang dari pedalaman itu pergi. Peristiwa tersebut menarik perhatian para peneliti dari luar negeri, salah satunya Callum Russell dari Asia Research and Advocacy Officer di Survival International.
“Hal ini sangat mengejutkan karena kami tidak mengetahui bahwa sebagian hutan itu telah ditembus oleh perusahaan. Hal ini terjadi jauh lebih cepat dari yang kami perkirakan,” ungkap Russell kepada IFLScience.
Kehidupan Suku Hongana Manyawa Terancam
Diperkirakan ada 300 sampai 500 orang suku Hongana Manyawa yang belum terkoneksi dengan dunia luar dan tinggal di pedalaman hutan hujan di Pulau Halmahera. Sebagian besar wilayah mereka saat ini dialokasikan untuk perusahaan pertambangan, dan di sejumlah daerah, ekskavator sudah mulai beroperasi.
Seperti yang diketahui, proyek ini adalah bagian dari rencana pemerintah Indonesia melalui PT Weda Bay Nickel untuk menjadi produsen utama baterai mobil listrik. Adapun cara yang dilakukan dengan menambang dan meleburkan nikel serta mineral lainnya. Ini menjadi proyek bernilai miliaran dolar yang dilakukan perusahaan internasional seperti Tesla serta beberapa perusahaan Perancis, Jerman dan Cina.
Hongana Manyawa yang pernah tidak terjamah masyarakat luar, kini keberadaannya terancam musnah akibat peralihan lingkungannya untuk pembangunnan industri mobil listrik. Sehingga, kondisi tersebut membuat Hongana Manyawa membutuhkan dukungan khusus.
Profil PT Weda Bay Nickel
Di kalangan aktivis lingkungan, PT Weda Bay Nickel (WBN) Indonesia dan salah satu badan Bank Dunia (World Bank atau WB) yakni Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) baru-baru ini menjadi bahasan yang penting krena perusahaan itu berkaitan dalam penambangan nikel di Halmahera, Maluku Utara.
PT Weda Bay Nickel adalah perusahaan pertambangan dan pengolahan hidrometalurgi nikel serta kobalt kelas dunia yang dikembangkan di Pulau Halmahera, Maluku Utara. PT WBN sebenarnya dimiliki oleh perusahaan yang berbasis di Singapura, bernama Strand Minerals PTE. LTD dan Perusahaan Pertambangan Indonesia PT (Persero) Aneka Tambang Tbk. (ANTAM).
Strand dimiliki oleh ERAMET S.A. dan Mitsubishi Corporation serta PAMCO. PT Weda Bay Nickel secara resmi telah menandatangani Kontrak Karya (KK) Generasi ke-7 dengan Pemerintah RI pada bulan Februari tahun 1998 untuk penambangan dan pengolahan nikel serta kobalt dalam wilayah kontrak seluas 54.874 hektar yang terletak di Kabupaten Halmahera Tengah dan Halmahera Timur. Provinsi Maluku Utara.
Berdasarkan kesepakatan dalam Kontrak Karya, Pemerintah menetapkan PT WBN, sebagai perusahaan penanaman modal asing, sehingga berhak untuk menjalankan seluruh tahapan operasi. Adapun Kontrak Karya didasarkan pada jangka waktu produksi sekitar 30 tahun dan bisa diperpanjang menjadi 50 tahun dengan tambahan dua periode masing-masing selama 10 tahun.
Tag
Berita Terkait
-
Indonesia Kaya Logam Mineral Nikel, Yoonsoo Shin Berikan Pandangan Perlunya Ban Khusus EV di Tanah Air
-
Profil Gus Mus dan Fakta Unik Puisi 'Republik Rasa Kerajaan', Pernah Dibaca Buat Sindir Orde Baru
-
Lihat Pengalaman Ibunya, Amanda Gonzales Sempat Berpikir Ogah Menikah dengan Pemain Bola
-
Profil Muhammad Husein, Relawan Gaza asal Indonesia yang Diisukan Meninggal
-
Beredar Kabar YouTuber Muhammad Husein Meninggal di Palestina, Lembaga INH Buka Suara
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
Pilihan
-
Jokowi Takziah Wafatnya PB XIII, Ungkap Pesan Ini untuk Keluarga
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
Terkini
-
5 Rekomendasi Lip Balm Terbaik yang Bisa Mencerahkan Bibir Jadi Pink
-
5 Fakta Unik Keraton Solo: Berdiri Sejak Kapan?
-
7 Facial Wash Mengandung Niacinamide dan Salicylic Acid untuk Kulit Cerah Bebas Jerawat
-
5 Produk Viva yang Ampuh Hilangkan Bekas Jerawat, Harga Mulai Rp6 Ribu Saja
-
3 Rekomendasi Lipstik Viva dan Pilihan Warna Terbaiknya, Mulai Rp14 Ribu
-
5 Fakta Ompreng 'Palsu' MBG: Diduga Tidak Halal dan Pakai Bahan Berbahaya!
-
5 Rekomendasi Sepatu Trail Running Hoka Terbaik Buat Medan Ekstrem
-
4 Moisturizer Viva untuk Flek Hitam dan Kerutan usia 40-an, Harga Murah Meriah
-
5 Lip Balm Terbaik untuk Bibir Hitam Usia 40 Tahun ke Atas, Perbaiki Skin Barrier
-
Gelora Literasi Bangkit di Big Bad Wolf: Ribuan Pengunjung Serbu Bazar Buku Terbesar