Suara.com - Polusi plastik kini menjadi salah satu ancaman paling serius terhadap ekosistem laut global. World Wide Fund for Nature (WWF) memperingatkan bahwa tanpa intervensi global yang cepat dan terkoordinasi, jumlah plastik di laut bisa melebihi jumlah ikan pada tahun 2050.
"Polusi plastik adalah contoh paling nyata dari kerusakan yang kita timbulkan terhadap planet ini. Dari pantai lokal hingga wilayah Arktik yang terpencil, plastik mencekik lautan dan membunuh satwa liar," tulis WWF dalam pernyataan resminya, Kamis (5/6/2025).
Data menunjukkan bahwa satu dari dua penyu laut telah memakan plastik, dan sekitar 90 persen burung laut memiliki plastik di dalam perutnya.
Lebih lanjut, diperkirakan 14 juta ton plastik dibuang ke laut setiap tahunnya. Limbah tersebut tidak hanya mencemari laut, tetapi juga terurai menjadi mikroplastik yang masuk ke rantai makanan manusia melalui ikan, air minum, bahkan udara yang dihirup.
WWF menegaskan bahwa seluruh negara terlibat dalam krisis ini—baik sebagai produsen maupun konsumen plastik—dan setiap negara juga harus berperan dalam penyelesaiannya.
Oleh karena itu, WWF menyerukan agar negara-negara mendukung terbentuknya perjanjian global yang mengikat secara hukum di bawah naungan PBB untuk menghentikan kebocoran plastik ke laut.
“Dengan bersatu dalam menghadapi polusi plastik, kita bisa membuktikan bahwa aksi kolektif yang kuat untuk memulihkan alam adalah hal yang mungkin dilakukan,” kata WWF.
WWF juga memberikan sejumlah rekomendasi praktis untuk masyarakat agar bisa berkontribusi dalam mengurangi limbah plastik sehari-hari:
1. Gunakan cangkir kopi isi ulang
Baca Juga: Sampah Plastik Kian Mengkhawatirkan Hingga Lintas Batas, Perlu Gerak Cepat dan Kolaborasi
Di Inggris, pada 2019, diperkirakan 4,2 miliar gelas kopi sekali pakai dan 2,9 miliar tutup gelas terjual—namun hanya 7 persen yang didaur ulang. Membawa cangkir sendiri bisa mengurangi limbah signifikan dan sebagian kedai kopi bahkan menawarkan diskon.
2. Bawa botol minum sendiri
Produksi plastik global mencapai 78 juta ton per tahun, namun hanya 2 persen berbahan daur ulang. Botol plastik adalah salah satu sampah paling umum dalam pembersihan pantai dan kerap ditemukan dalam perut burung laut.
3. Hindari sendok garpu dan sedotan plastik
Inggris diperkirakan menggunakan 4,25 miliar peralatan makan sekali pakai tiap tahun. Dengan membawa peralatan makan sendiri, kita dapat mengurangi potensi sampah yang masuk ke laut.
4. Gunakan wadah makanan sendiri saat membeli makanan luar
Membawa kotak makan ke kafe atau warung makan dapat mengurangi penggunaan kemasan sekali pakai.
5. Ganti cling wrap dengan alternatif ramah lingkungan
Cling film sulit didaur ulang. Alternatif seperti aluminium foil (yang bisa didaur ulang), beeswax wrap, atau wadah makan tahan lama dapat menjadi pilihan lebih ramah lingkungan.
6. Waspadai plastik dalam kantong teh
Beberapa kantong teh mengandung plastik tersembunyi yang tidak bisa terurai secara alami. Alternatifnya adalah menggunakan teh daun lepas dan saringan teh.
7. Berhenti mengunyah permen karet berbahan plastik
Permen karet konvensional terbuat dari polimer plastik dan mencemari jalanan serta lingkungan laut. Cari merek yang menyediakan permen karet tanpa plastik.
8. Hindari glitter
Glitter terbuat dari plastik mikro dan sangat sulit terurai. Bahkan "glitter biodegradable" seringkali hanya nama, tanpa jaminan waktu hancurnya di alam.
9. Gunakan ulang plastik yang sudah ada
Bila menghindari plastik sepenuhnya belum memungkinkan, pastikan plastik yang digunakan bisa dimanfaatkan kembali: isi ulang, jadikan wadah, atau pakai sebagai tempat penyimpanan di rumah.
Akar Masalah: Sistem Produksi dan Konsumsi
Polusi plastik tidak hanya soal limbah akhir, tetapi juga bagaimana plastik diproduksi dan dikonsumsi. WWF menekankan pentingnya pendekatan berbasis ekonomi sirkular—yakni mendesain ulang produk agar lebih tahan lama, dapat dipakai ulang, dan mudah didaur ulang.
Meskipun banyak negara telah menerapkan kebijakan pelarangan plastik sekali pakai, keberhasilan upaya ini bergantung pada keterlibatan masyarakat dan dunia usaha secara luas.
Polusi plastik adalah masalah bersama. Mengubah pola konsumsi pribadi, mendukung kebijakan publik yang progresif, dan mendesak pertanggungjawaban produsen adalah langkah yang saling melengkapi menuju solusi jangka panjang.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Seberapa Kaya Rahayu Saraswati? Keponakan Prabowo Resmi Mundur dari DPR
-
Mengenal Apa Itu Mental Pengemis, Disebut Yudo Anak Menkeu sebagai Ciri Orang Miskin
-
Art Jakarta 2025 Siap Berpameran di JIExpo Awal Oktober 2025
-
5 Aroma Parfum Pria Tahan Lama yang Cocok untuk Pekerja Lapangan
-
Viral di Medsos, Edit Foto Jadi Gantungan Kunci Pakai Aplikasi Apa?
-
5 Rekomendasi Hand Body Lotion Marina: Wangi, Murah, dan Bikin Kulit Cerah
-
Sepatu Lari vs Sepatu Jalan: Kualitas Mempengaruhi Kinerja?
-
Daftar 53 Aset Tanah dan Bangunan Yusril Ihza Mahendra, Tersebar dari Belitung hingga Jepang
-
Kenali Tanda Diabetes Tipe 1 pada Anak, Orang Tua Wajib Waspada!
-
Sebelum Diangkat Jadi Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa Kerja Apa?