Suara.com - Menjelang liburan musim panas, ribuan mahasiswa di Kota Bath, Inggris, bersiap meninggalkan kos-kosan mereka untuk kembali ke kampung halaman atau berlibur.
Namun, di tengah kesibukan berkemas, muncul satu pertanyaan penting: ke mana perginya barang-barang yang tidak lagi dibawa pulang?
Alih-alih berakhir di tempat sampah, barang-barang tersebut kini dapat disalurkan ke tempat yang lebih bermanfaat. Sebanyak 15 tong donasi berwarna merah terang dipasang secara sementara di sekitar kawasan perumahan mahasiswa.
Inisiatif ini merupakan bagian dari skema “Pack for Good” yang telah dijalankan selama satu dekade oleh Pemerintah Kota Bath dan North East Somerset, bekerja sama dengan komunitas mahasiswa dan lembaga amal seperti British Heart Foundation.
Program ini bukan sekadar bentuk kepedulian sosial, tetapi juga bagian dari strategi pengelolaan sampah berkelanjutan. Tahun lalu, skema ini berhasil mencegah 32,7 ton barang terbuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) dan mengumpulkan lebih dari £60.000 (sekitar Rp1,3 miliar) untuk amal. Para relawan mendatangi ribuan rumah untuk memberi saran daur ulang dan memfasilitasi proses donasi.
“Ketika mahasiswa berkemas, mereka memiliki banyak barang yang tidak bisa mereka bawa dan ingin mereka sumbangkan. Tong-tong ini menyediakan cara mudah untuk melakukannya,” kata Ghika Savva, manajer Student Community Partnership (SCP), melansir BBC, Kamis (5/6/2025).
Barang-barang yang didonasikan meliputi pakaian, sepatu, peralatan makan, buku, hingga DVD dan CD. Menurut Savva, selama barang masih layak dan bisa dijual di toko amal, maka barang tersebut cocok untuk didonasikan.
Benji Orford Thompson, petugas komunitas dari serikat mahasiswa Universitas Bath, menyebut skema ini sebagai cara yang sangat baik untuk berkontribusi bagi lingkungan, baik secara sosial maupun lingkungan.
“Ada banyak barang yang tidak tahu harus diapakan. Ini solusi yang jelas: disumbangkan, bukan dibuang,” ujarnya.
Baca Juga: Jerat Paramedis May Day Tersangka, TAUD: Polisi Banyak Salahi Prosedur Hukum Demi Bungkam Kritik
Donasi sebagai Instrumen Ekonomi Sirkular
Donasi barang bekas memainkan peran krusial dalam membangun ekonomi sirkular, di mana produk dan material dipertahankan dalam siklus penggunaan selama mungkin. Praktik ini memperpanjang usia pakai barang, mengurangi permintaan terhadap produk baru, dan pada saat yang sama menekan jumlah sampah yang berakhir di TPA.
Barang-barang seperti pakaian dan elektronik, jika disumbangkan dan digunakan kembali, akan mengurangi kebutuhan produksi barang baru—proses yang memerlukan energi dan sumber daya besar. Dengan demikian, donasi turut menghemat air, energi, serta menurunkan emisi gas rumah kaca.
Lebih dari itu, donasi juga berkontribusi pada pengurangan emisi metana, salah satu gas rumah kaca paling berbahaya yang dihasilkan dari pembusukan sampah organik di TPA. Setiap kilogram barang yang dialihkan dari TPA adalah langkah nyata dalam mitigasi perubahan iklim.
Manfaat Sosial dan Ekonomi
Selain manfaat lingkungan, skema seperti “Pack for Good” membawa dampak sosial dan ekonomi yang tidak kalah penting. Barang-barang donasi umumnya dijual kembali melalui toko amal. Hasil penjualannya digunakan untuk mendanai layanan kesehatan, pendidikan, dan program sosial lainnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kelangsungan Usaha Tidak Jelas, Saham Toba Pulp Lestari (INRU) Digembok BEI Usai Titah Prabowo
-
Satu Calon Pelatih Timnas Indonesia Tak Hadiri Proses Wawancara PSSI, Siapa?
-
5 HP Tahan Air Paling Murah untuk Keamanan Maksimal bagi Pencinta Traveling
-
Rupiah Dijamin Stabil di Akhir Tahun, Ini Obat Kuatnya
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
Terkini
-
Pameran Fotografi Cetak Tua Aphic Week 2025 Kembali Digelar Mahasiswa ISI Yogyakarta
-
Murah tapi Mewah, 6 Skincare Lokal Mengandung Kolagen di Bawah Rp100 Ribu
-
Cari Lipstik Tahan 24 Jam? Cek 5 Pilihan yang Worth It Dicoba, Mulai Rp60 Ribuan Saja
-
Profil Iin Mutmainnah, Perempuan Pertama yang Jadi Wali Kota Jakarta Barat
-
Lewat 'Kebun Mama', Ratusan Perempuan Komunitas di NTT Gerakkan Ketahanan Pangan Lokal
-
Bye-Bye Kerutan, 5 Rekomendasi Eye Cream Kolagen untuk Wanita Usia 50-an
-
Cara Membuat Kartu Keluarga Baru Secara Online Gratis Tanpa Biaya Tambahan
-
Cek Ramalan Zodiak Paling Beruntung 18 Desember 2025, Siap-Siap Terima Kabar Baik!
-
Rekomendasi Sunscreen Terlaris di Shopee 2025 dari 7 Merek Lokal, Wardah Mendominasi
-
Cara Buat Akta Kelahiran Anak Secara Online dan Offline di Dukcapil dengan Mudah