Suara.com - Jakarta belakangan dipenuhi kabar yang bikin hati campur aduk. Demo besar di depan Gedung DPR akhir Agustus 2025 awalnya berjalan damai dengan ribuan massa turun ke jalan. Mahasiswa, buruh, pelajar, hingga para pengemudi ojek online bersatu menyuarakan keresahan mereka. Sayangnya, suasana berubah ricuh hingga menelan korban jiwa dan memunculkan luka sosial.
Di balik hiruk-pikuk itu, muncul sosok Raden Dymasius Yusuf Sitepu yang mengingatkan publik akan satu hal penting: jangan sampai energi rakyat justru terseret ke jurang perpecahan.
Dari Jalan Hidup yang Penuh Perjuangan
Dymasius bukan datang dari keluarga berada. Ia tumbuh di Pejompongan, Jakarta, merasakan betul apa itu perjuangan ekonomi sehari-hari. Dari pengalaman susah, ia paham bagaimana kerasnya hidup bisa membuat orang terpecah atau malah saling menguatkan.
Kini, setelah menempuh pendidikan di National University of Singapore (NUS) dan Nanyang Technological University (NTU), ia tetap menegaskan satu nilai: persatuan di tengah keberagaman.
Jangan Terjebak Taktik Pecah Belah
Melihat demo yang sempat ricuh, Dymasius mengaku bangga dengan kepedulian rakyat tapi prihatin ketika muncul aksi pembakaran, penjarahan, bahkan isu pengkambinghitaman etnis tertentu. Baginya, hal itu mengingatkan pada taktik lama “divide et impera” alias politik pecah belah.
“Indonesia sudah jauh lebih pintar. Jangan biarkan tragedi 1998 terulang. Kita harus kembali pada semangat Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya penuh semangat.
Warga Jaga Warga, Kekuatan Sesungguhnya
Baca Juga: Ketua Komisi XI Bantah Ada Agenda Menikmati Sydney Marathon di Tengah Rangkaian Demo Jakarta
Bagi Dymasius, konsep sederhana seperti warga jaga warga adalah kunci. Bahwa solidaritas, saling peduli, dan menjaga satu sama lain bisa menjadi fondasi perubahan positif. Ia percaya energi rakyat lebih berharga jika diarahkan untuk membangun, bukan meruntuhkan.
Lewat platform pribadinya, Dymasius bahkan membuka ruang komunikasi. “Kalau melihat ketidakadilan, sampaikan ke saya lewat website atau TikTok. Mari kita jaga sesama,” pesannya.
Di era digital, ketika informasi cepat tersebar dan emosi gampang meledak, pesan Dymasius terasa makin relevan. Ia mengingatkan bahwa perubahan sejati lahir dari kebersamaan, bukan saling menyalahkan. Dari cerita hidupnya, kita belajar: jadi kuat itu bukan berarti sendiri, tapi berani menjaga orang lain juga.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- Apa Acara Trans7 yang Diduga Lecehkan Pesantren Lirboyo? Berujung Tagar Boikot di Medsos
- 3 Alasan Presiden Como Mirwan Suwarso Pantas Jadi Ketum PSSI yang Baru
- 5 Sepatu Nineten Terbaik untuk Lari, Harga Terjangkau Mulai Rp300 Ribu
Pilihan
-
Purbaya Mau Turunkan Tarif PPN, Tapi Dengan Syarat Ini
-
Isu HRD Ramai-ramai Blacklist Lulusan SMAN 1 Cimarga Imbas Kasus Viral Siswa Merokok
-
Sah! Garuda Indonesia Tunjuk eks Petinggi Singapore Airlines jadi Direktur Keuangan
-
Gaji Program Magang Nasional Dijamin Tak Telat, Langsung Dibayar dari APBN
-
Emas Terbang Tinggi! Harga Antam Tembus Rp 2.596.000, Cetak Rekor di Pegadaian
Terkini
-
Gen Z Melek Finansial: Aplikasi AI Hingga Boardgame Ubah Cara Anak Muda Mengelola Uang!
-
16 Arti Mimpi Gigi Copot: Mengungkap Makna dari Primbon Jawa, Islam, dan Psikologi
-
Biodata dan Profil Rinaldy Yunardi: Jenius Perancang Mahkota Kylie Jenner
-
7 Sunscreen Terbaik untuk Olahraga, Jaga Kulit Tetap Glowing Mulai Rp30 Ribuan
-
6 Shio Paling Beruntung Kamis 16 Oktober 2025, Kamu Termasuk?
-
4 Rekomendasi Parfum yang Tahan Lama, Sekali Semprot Wangi Menempel Sepanjang Hari
-
4 Sunscreen Wardah untuk Mencerahkan Kulit, Cegah Flek Hitam dari Paparan Matahari
-
Glamping Lakeside Alahan Panjang Buka Sejak Kapan? Tak Berizin, Kini Disanksi Buntut Bulan Madu Maut
-
Aries Cocok dengan Zodiak Apa? Ini 5 Pasangan yang Bisa Mengimbangi Energi Api Aries
-
Glamor Kabaret Hadir di Jakarta: Perpaduan Spektakuler Fashion dan Mixology