Lifestyle / Female
Kamis, 18 September 2025 | 14:04 WIB
Tutut Soeharto (instagram.com/tututsoeharto)
Baca 10 detik
Baca 10 detik
[batas-kesimpulan]

Suara.com - Profil Tutut Soeharto turut menjadi perhatian.

Ini setelah pemilik nama asli Siti Hardiyanti Rukmana menggugat Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa di PTUN Jakarta pada 12 September 2025.

Gugatan ini terkait larangan bepergian Tutut Soeharto ke luar negeri.

Lantas, seperti apa profil dan pendidikan Tutut Soeharto?

Profil Tutut Soeharto dan Jejak Kariernya

Tutut Soeharto (instagram.com/tututsoeharto)

Tutut Soeharto lahir di Jakarta pada 23 Januari 1949. Saat kelahirannya, sang ayah, Presiden RI ke-2 Soeharto, masih menjabat sebagai jenderal militer Indonesia.

Tutut sendiri adalah anak pertama dari pasangan Soeharto dan Siti Hartinah (Ibu Tien).

Sejak kecil, Tutut sering disapa "Tuti" atau "Hastuti", tapi nama "Tutut" melekat kuat karena kedekatannya dengan sang ayah.

Keluarga Cendana, julukan untuk keluarga Soeharto, dikenal sebagai simbol kekuasaan Orde Baru. Tutut sendiri turut memainkan peran penting sebagai pendamping ayahnya dalam berbagai acara resmi.

Baca Juga: Punya Utang Rp700-an Miliar ke Negara, Seberapa Kaya Tutut Soeharto?

Sebagai putri sulung, Tutut digadang-gadang sebagai penerus politik ayahnya. Ia sering mendampingi Soeharto dalam kunjungan kenegaraan, yang membentuk citranya sebagai figur yang dekat dengan kekuasaan.

Karier politik Tutut mencapai puncak pada 1998. Kala itu, ia diangkat sebagai Menteri Sosial Republik Indonesia di Kabinet Pembangunan VII.

Jabatan ini dipegangnya hingga akhir era Orde Baru, meski masa jabatannya singkat akibat reformasi 1998 yang menumbangkan ayahnya.

Setelah itu, Tutut mendirikan Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) pada 2002, untuk melanjutkan ideologi pembangunan Orde Baru. Partai ini sempat maju dalam Pemilu 2004, tapi tak mencapai sukses signifikan.

Di sisi bisnis, Tutut dikenal sebagai pengusaha sukses dengan aset fantastis. Ia terlibat dalam berbagai proyek infrastruktur pada era ayahnya, seperti pengelolaan jalan tol melalui PT Jamsostek dan perusahaan properti.

Nama Tutut juga tercatat dalam daftar orang terkaya Indonesia. Kekayaan diprediksi mencapai Rp3,06 triliun yang berasal dari warisan keluarga dan investasi pribadi.

Saat ini, di usia 76 tahun, Tutut lebih fokus pada kegiatan sosial dan keluarga. Ia menikah dengan pengusaha Indra Rukmana dan memiliki tiga anak, termasuk Danty Rukmana yang aktif di dunia hiburan.

Melalui akun Instagram @tututsoeharto, ia sering berbagi momen kehidupan sehari-hari, mulai dari kegiatan amal hingga sajak-sajak yang ia tulis.

Meski sempat tersandung isu korupsi pasca-reformasi, Tutut tetap berupaya menjaga citra positifnya sebagai filantropis.

Pendidikan Tutut Soeharto

Tutut Soeharto (instagram.com/tututsoeharto)

Pendidikan Tutut mencerminkan latar belakang keluarganya yang elit namun tetap berakar pada sistem pendidikan nasional. Ia menempuh pendidikan dasar dan menengah di sekolah-sekolah ternama di Jakarta.

Untuk sekolah menengah atas, Tutut belajar di SMA I Budi Utomo, salah satu sekolah favorit di ibu kota yang dikenal melahirkan banyak tokoh nasional.

Di sana, ia dididik dengan kurikulum standar yang menekankan disiplin dan prestasi akademik, meski lingkungan keluarganya memberikan akses istimewa.

Setelah lulus SMA, Tutut melanjutkan studi ke Universitas Trisakti di Jakarta. Universitas swasta ini, yang didirikan pada 1965, menjadi pilihan Tutut untuk mengejar gelar sarjana.

Pendidikan di Trisakti, yang terkenal dengan fakultas ekonomi dan hukum, kemungkinan membekalinya pengetahuan tentang manajemen dan administrasi negara, keterampilan yang terbukti berguna saat ia menjabat menteri.

Ayahnya, Soeharto, dikenal sebagai figur yang mendukung pendidikan anak-anaknya. Ia sering membangunkan Tutut pagi-pagi untuk belajar dan menyiapkan kebutuhan sekolahnya, meski jadwal militer ayahnya yang padat.

Pendidikan Tutut tidak hanya formal, tapi juga dipengaruhi oleh pengalaman keluarga.

Sebagai anak presiden, Tutut Soeharto terpapar pada pelajaran informal tentang diplomasi dan ekonomi nasional sejak dini. Hal ini membentuknya menjadi sosok yang cerdas dan strategis, meski kritik sering menyiratkan bahwa kesuksesannya lebih karena nepotisme daripada prestasi akademik semata.

Load More