- Purbaya Tancap Gas dengan Jurus 'Fantastis', Tapi Dinilai Salah Alamat.
- Bank Sebenarnya Sudah Punya Uang, Tapi 'Mati Gaya'.
- Dunia Usaha Masih 'Wait and See', Kenaikan Kredit Melambat.
Suara.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa langsung tancap gas usai dilantik dengan mengumumkan kebijakan ambisius dengan menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen dan menyuntikkan likuiditas Rp200 triliun ke perbankan.
Namun, di balik angka-angka fantastis itu, efektivitas kebijakan ini menuai keraguan. Dalam analisa Core Indonesia bertajuk "Tantangan Struktural di Balik Kebijakan Injeksi Likuiditas" lembaga ini menunjukkan bahwa jurus ini mungkin salah diagnosis, karena masalah utama ekonomi Indonesia bukan kekurangan likuiditas, melainkan lemahnya permintaan domestik.
Data menunjukkan, dana yang menganggur di perbankan, atau undisbursed loan, pada Juni 2025 sudah mencapai Rp2.304 triliun. Angka ini naik 9% dari tahun lalu, menandakan bank sudah punya uang, tapi tidak tahu ke mana harus menyalurkan. Pertumbuhan kredit juga melambat, dari 7,72% di Juni menjadi 7,03% di Juli 2025.
"Terlebih, kredit ke sektor manufaktur anjlok dari 11% menjadi 6%, bukti nyata bahwa dunia usaha masih "wait and see", sebut laporan itu.
Dalam analisis mendalam Core Indonesia mengungkap, ada tiga persoalan struktural yang jauh lebih mendesak ketimbang suntikan likuiditas:
- Deindustrialisasi yang Mempercepat: Kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB merosot tajam, dari 27,4% pada 2005 menjadi hanya 16,9% di kuartal II 2025. Tanpa industri yang kuat, target pertumbuhan 8% hanyalah mimpi.
- Penciptaan Lapangan Kerja Terbatas: Lebih dari setengah dari 145 juta pekerja Indonesia berada di sektor informal. Mereka tidak punya perlindungan hukum dan jaminan sosial. Ini menciptakan ketimpangan yang mengakar.
- Kemiskinan dan Ketimpangan Struktural: Sektor pertanian menyerap hampir 29% tenaga kerja, tetapi hanya menyumbang 12,3% PDB. Kondisi ini menunjukkan produktivitas yang sangat rendah dan memperlihatkan lingkaran kemiskinan yang sulit diputus.
Kebijakan injeksi likuiditas, tanpa dibarengi stimulus fiskal yang tepat sasaran, berisiko hanya menumpuk dana menganggur dan tidak akan menyentuh akar masalah ekonomi. Indonesia bisa belajar dari Vietnam dan Tiongkok, yang mencapai pertumbuhan tinggi berkat transformasi struktural dan penguatan sektor manufaktur yang konsisten.
Suntikan Rp200 triliun ini mungkin hanya bersifat simtomatik, mengobati gejala tanpa menyembuhkan penyakit. Tanpa reformasi struktural yang mendalam, pertumbuhan 8% akan sulit terwujud, dan tantangan ekonomi akan terus membayangi.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
Terkini
-
Bank Mandiri Dorong Akselerasi Inklusivitas, Perkuat Ekosistem Kerja dan Usaha Ramah Disabilitas
-
Purbaya Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Global Capai 3% Buntut Penurunan Suku Bunga The Fed
-
SIM Mati Bisa Diperpanjang? Ini Syarat Terbaru dan Biayanya
-
LPDB Dorong Koperasi Pondok Pesantren Jadi Mitra Strategis Koperasi Desa Merah Putih
-
Minim Sentimen, IHSG Berakhir Merosot ke Level 8.618 Hari Ini
-
Rundown dan Jadwal Ujian CAT PPPK BGN 2025 18-29 Desember 2025
-
ESDM Mulai Jalankan Proyek Pipa Gas Dusem, Pasok Energi dari Jawa ke Sumatera
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Riset: Banyak Peminjam Pindar Menderita Gunakan Skema Pembayaran Tadpole
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia