Suara.com - Pariwisata maraton kini menjadi salah satu tren wisata yang paling cepat berkembang di dunia.
Fenomena ini tidak hanya mengubah cara wisatawan merencanakan perjalanan, tetapi juga memberikan dampak besar terhadap perekonomian, citra, dan budaya kota-kota penyelenggara maraton internasional.
Lonjakan Peserta Maraton Dunia
Dilansir dari TTW (23/9/2024), Menurut laporan terbaru, jumlah peserta maraton global melonjak 9% pada tahun 2024.
Acara-acara besar seperti New York City Marathon dan Tokyo Marathon mencatatkan rekor jumlah pelari, menandakan semakin banyak wisatawan yang memilih destinasi berdasarkan event lari yang diselenggarakan.
Contohnya, New York City Marathon pada tahun 2024 menarik lebih dari 55.000 peserta, sementara Tokyo Marathon di tahun 2025 mencatatkan lebih dari 38.000 pelari.
Ini menunjukkan bahwa maraton bukan sekadar lomba, tetapi juga magnet bagi para pelancong dari seluruh dunia.
Perubahan Motivasi Wisatawan
Jika dulu perjalanan identik dengan bersantai dan menikmati pemandangan, kini banyak wisatawan yang mencari pengalaman aktif yang menantang fisik.
Baca Juga: Ekonomi Lesu Bikin Tren Wisata Bergeser ke Arah Liburan Hemat, Hotel Mewah Bukan Pilihan Utama!
Maraton telah berevolusi menjadi kombinasi antara olahraga, eksplorasi budaya, dan pencapaian pribadi.
Wisatawan tidak hanya datang untuk berlari, tetapi juga menikmati kuliner lokal, mengunjungi atraksi wisata, serta berinteraksi dengan komunitas setempat. Hal ini menciptakan pengalaman yang lebih mendalam dan berarti bagi para pelancong.
Dampak Ekonomi yang Signifikan
Penyelenggaraan maraton mendorong pertumbuhan ekonomi lokal secara signifikan. Peserta dan keluarga mereka menghabiskan biaya untuk akomodasi, transportasi, makanan, hingga souvenir.
Lonjakan kunjungan pada akhir pekan maraton menciptakan peluang pendapatan bagi hotel, restoran, dan bisnis lokal lainnya.
Menurut analisis, maraton dapat meningkatkan pendapatan lokal hingga jutaan dolar, memberikan dorongan yang sangat dibutuhkan untuk sektor pariwisata kota-kota penyelenggara.
Maraton sebagai Branding Kota
Lebih dari sekadar ajang olahraga, maraton telah bertransformasi menjadi sarana promosi kota.
Event-event seperti Berlin Marathon dan Boston Marathon tidak hanya menarik pelari, tetapi juga meningkatkan citra kota sebagai destinasi aktif, inklusif, dan berbudaya.
Liputan media internasional dan unggahan di media sosial oleh peserta memberi eksposur global yang memperkuat daya tarik wisata kota-kota tersebut.
Melalui maraton, kota-kota ini memperkenalkan keunikan budaya dan sejarah mereka, menarik perhatian wisatawan yang lebih luas.
Prospek di Masa Depan
Dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan dan gaya hidup aktif, pariwisata maraton diprediksi akan terus berkembang. Generasi muda kini melihat maraton sebagai ajang pencapaian sosial sekaligus atletik.
Komunitas lari daring, platform pendaftaran digital, dan paket wisata khusus pelari diperkirakan akan semakin mendorong minat berpartisipasi di berbagai maraton dunia.
Inovasi dalam penyelenggaraan maraton, seperti integrasi teknologi dan peningkatan layanan bagi pelari, juga akan menjadi faktor penting dalam menarik lebih banyak peserta.
Pariwisata maraton merevolusi cara wisatawan menikmati perjalanan. Selain menawarkan pengalaman unik, fenomena ini juga meningkatkan ekonomi, memperkuat branding kota, dan menciptakan interaksi budaya.
Dengan tren yang terus naik, maraton akan menjadi salah satu pilar penting dalam industri pariwisata global di masa depan.
Melalui kombinasi antara tantangan fisik dan eksplorasi budaya, pariwisata maraton tidak hanya mengubah cara kita melihat perjalanan, tetapi juga memberikan kontribusi yang signifikan bagi masyarakat dan ekonomi lokal.
Maraton tidak hanya sekedar acara lomba; ia adalah ujian ketahanan yang membawa pelari melintasi berbagai medan, dari jalanan kota yang ramai hingga pemandangan alam yang menakjubkan.
Setiap maraton memiliki keunikan tersendiri yang mencerminkan karakter kota tempat penyelenggaraannya.
Kontributor : Laili Nur Fajar Firdayanti
Berita Terkait
-
Ekonomi Lesu Bikin Tren Wisata Bergeser ke Arah Liburan Hemat, Hotel Mewah Bukan Pilihan Utama!
-
Wonderful Indonesia 2025: Branding Global, Investasi Lokal, dan Wisata Berkelanjutan
-
Semakin Ramah Muslim, Ini Panduan Destinasi Wisata dan Kuliner Halal di Hong Kong
-
10 Negara yang Paling Sepi Turis, Cocok untuk Petualangan
-
Wisata Urban Jakarta Diperkenalkan di Surabaya, Jadi Primadona Baru Traveler
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Uang Jemaah Disita KPK, Khalid Basalamah Terseret Pusaran Korupsi Haji: Masih Ada di Ustaz Khalid
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 24 September 2025: Kesempatan Dapat Packs, Coin, dan Player OVR 111
- Apa Kabar Janji 50 Juta Per RT di Malang ?
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Lebih Bagus Sunscreen SPF 30 atau 50? Simak Penjelasan Ahli biar Gak Asal Pakai Lagi
-
Siap-Siap Healing! Ini Jadwal Long Weekend 2026, Ada Libur Panjang hingga 7 Hari
-
Sirene "Tot Tot Wuk Wuk" dan Lampu Strobo Hanya untuk Kendaraan Tertentu, Ini Daftarnya
-
5 Stages of Grief dalam Perceraian, Kamu di Tahap Mana?
-
Berapa Harga Parfum Kolaborasi Nagita Slavina dengan Rahasia Fragrance? Wanginya Feminin dan Elegan
-
Dadan Hindayana Kuliah S2 di Mana? Kepala BGN Ternyata Ahli Serangga
-
4 Rekomendasi Lipstik MOP Beauty yang Cocok untuk Bibir Hitam, dari Nude sampai Merah Menyala
-
Diborong Tasya Farasya demi Move On dari Eks Suami, Berapa Harga Piyama Victoria Secret?
-
Apakah Burger Tidak Sehat? Diprotes Ahli Gizi karena Masuk Menu MBG
-
Flek Hitam Bikin Minder? Ini 4 Sunscreen Wardah untuk Mengatasinya, Mulai Rp30 Ribuan