Lifestyle / Male
Jum'at, 03 Oktober 2025 | 10:22 WIB
Ilustrasi Hacker Bjorka. [Suara.com/Rochmat]

Semua transaksi dilakukan dengan cryptocurrency, metode yang membuat identitas pembeli dan penjual sulit ditelusuri. Dari sinilah ia mulai membangun reputasi, meski masih di lingkaran kecil komunitas peretas.

Puncak ketenarannya terjadi pada tahun 2022, ketika sederet kebocoran data besar mengguncang Indonesia.

Ia mengklaim berhasil menguasai 1,3 miliar data registrasi kartu SIM, 44 juta data MyPertamina, hingga 3,2 miliar data dari aplikasi PeduliLindungi.

Tidak berhenti sampai di situ, Bjorka juga membocorkan data pribadi sejumlah pejabat dan tokoh publik, mulai Johnny G. Plate, Luhut Pandjaitan, hingga Deddy Corbuzier.

Masih di tahun yang sama, Bjorka kembali bikin heboh dengan klaim membocorkan 679 ribu dokumen milik Presiden Jokowi untuk periode 2019-2021.

Walau belakangan dinilai sebagian besar hanyalah surat-menyurat administratif, publik tetap geger karena aksi itu menyasar langsung pada kepala negara.

Tahun 2023 juga tak kalah heboh. Bjorka mengaku menguasai 19,5 juta data peserta BPJS Ketenagakerjaan yang dijual seharga 10 ribu dolar AS.

Untuk membuktikan klaimnya, ia bahkan merilis 100 ribu data sampel gratis berisi nama, NIK, alamat, nomor telepon, hingga informasi pekerjaan.

Lalu pada 2024, gaung nama Bjorka kembali terdengar setelah muncul klaim penjualan 2 GB data NPWP yang memuat informasi pajak jutaan warga.

Baca Juga: Polisi Tangkap Pemilik Hacker Bjorka? Pelaku Ditangkap di Minahasa

Yang membuat publik makin heboh, dalam data itu disebut ada nama-nama penting seperti Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming, Kaesang Pangarep, Sri Mulyani, Erick Thohir, hingga Airlangga Hartarto.

Data tersebut ditawarkan dengan harga fantastis, yakni 10 ribu dolar AS, di forum peretas internasional.

Memasuki 2025, Bjorka semakin nekat. Ia melalui akun media sosial @bjorkanesiaa mengunggah cuplikan 4,9 juta data nasabah bank swasta.

Ia bahkan mengirim pesan langsung ke akun resmi bank itu, mengaku sudah menguasai database, dan berniat melakukan pemerasan.

Setelah enam bulan penyelidikan intensif, identitas aslinya berhasil terkuak, dan WFT pun ditangkap.

Penangkapan dan Ancaman Hukuman

Load More