Lifestyle / Female
Rabu, 08 Oktober 2025 | 14:41 WIB
Girls Take Over 2025. (dok. AstraZeneca)
Baca 10 detik
  • Girls Take Over 2025 menghadirkan ruang bagi remaja perempuan untuk memimpin dan menyuarakan ide demi kesetaraan kesehatan.

  • Tiga peserta terpilih menjalani peran strategis di AstraZeneca dan Plan Indonesia selama satu hari.

  • Program ini menegaskan pentingnya keterlibatan perempuan muda dalam memperkuat sistem kesehatan dan mendorong inovasi yang inklusif.

Suara.com - Perempuan muda kini tak hanya menjadi penonton dalam upaya membangun masa depan yang lebih setara, tapi juga tampil sebagai penggerak perubahan. Inilah semangat yang diusung dalam Girls Take Over 2025, inisiatif global yang memberi ruang bagi remaja perempuan untuk mengambil peran kepemimpinan dan menyuarakan ide-ide mereka demi mewujudkan kesehatan yang inklusif dan berkeadilan.

Tahun ini, kolaborasi antara AstraZeneca dan Plan International Indonesia kembali menghadirkan program Girls Take Over sebagai ajang pembuktian bahwa kesetaraan gender adalah kunci untuk menciptakan sistem kesehatan yang lebih kuat dan berkelanjutan.

Program tahunan yang diselenggarakan dalam rangka Hari Anak Perempuan Internasional pada 11 Oktober ini merupakan bagian dari kampanye global #GirlsBelongHere. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran terhadap faktor-faktor penyebab ketidaksetaraan gender sekaligus memberikan pengalaman kepemimpinan bermakna bagi generasi muda perempuan.

AstraZeneca dan Plan Indonesia membuka ruang bagi remaja perempuan berusia 15–24 tahun untuk mengambil peran strategis di posisi kepemimpinan dan menyuarakan gagasan mereka dalam mewujudkan solusi kesehatan yang lebih inklusif, terutama dalam penanggulangan penyakit tidak menular.

Tahun ini, tiga remaja perempuan terpilih mendapat kesempatan selama satu hari untuk memimpin dan mengambil alih peran sebagai Presiden Direktur serta Business Unit Director Respiratory, Immunology, Vaccine and Immune Therapies (RIVI) di AstraZeneca, dan Executive Director di Plan Indonesia.

Tak hanya menjadi simbol kepemimpinan, mereka juga berpartisipasi dalam forum diskusi lintas sektor bersama Kedutaan Besar Swedia, AstraZeneca, dan Plan Indonesia untuk membahas pencegahan serta promosi kesehatan terkait penyakit tidak menular di kalangan remaja.

Ketiga remaja perempuan terpilih adalah Nayla (19) dari Jakarta Timur, Diva (17) dari Jakarta Selatan, dan Salwa (18) dari Jakarta Selatan. Mereka merupakan bagian dari Peer Educators yang dibentuk AstraZeneca melalui program Young Health Programme (YHP) Indonesia, inisiatif yang mendorong anak muda berperan aktif dalam promosi kesehatan.

“Kesempatan bagi remaja perempuan untuk duduk di kursi kepemimpinan, meski hanya sehari, adalah simbol penting bahwa perempuan muda berhak atas ruang yang sama dalam membentuk masa depan. Kami percaya pengalaman ini akan menumbuhkan rasa percaya diri mereka sekaligus mendorong lahirnya solusi kesehatan yang lebih adil dan setara,” ujar Dini Widiastuti, Executive Director Plan Indonesia.

Esra Erkomay, Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia, juga menegaskan bahwa dirinya sangat mengapresiasi semangat para remaja perempuan yang berkesempatan merasakan langsung pengalaman memimpin di AstraZeneca.

Baca Juga: Generasi Sadar Mental Health, Tapi Kenapa Masih Takut Cari Bantuan Psikolog?

Salah satu peserta Girls Take Over #GirlsBelongHere 2025, Salwa, bersama Nayla dan Diva, telah aktif menyalurkan aktivisme mereka di berbagai bidang: pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM), promosi kepemimpinan perempuan di sekolah, hingga isu lingkungan.

Nayla dikenal aktif di bidang lingkungan, Diva terlibat dalam kegiatan Paskibra dan OSIS, sementara Salwa menjabat sebagai ketua redaksi majalah digital di sekolahnya.

“Menjadi bagian dari Girls Take Over memberi saya pengalaman nyata tentang bagaimana keputusan diambil dan bagaimana kolaborasi lintas sektor bisa menciptakan dampak. Ini menjadi bekal berharga bagi saya untuk terus berani mengambil peran—tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk menginspirasi teman-teman sebaya agar lebih peduli pada kesehatan dan kesetaraan, sekaligus menantang norma dan budaya yang masih sering membatasi gerak perempuan muda,” tutur Salwa menutup.

Load More