Lifestyle / Komunitas
Jum'at, 28 November 2025 | 20:25 WIB
Ilustrasi skill PR membaca data. (Dok. KHM)
Baca 10 detik
  • Kemampuan utama Public Relations (PR) masa kini adalah melek data, bukan sekadar luwes berbicara di depan publik.
  • Pemahaman data esensial bagi PR untuk menghindari strategi komunikasi yang meleset dan pesan tidak relevan.
  • Diskusi Kelas Humas Muda Vol. 4 menggarisbawahi pentingnya interpretasi data untuk komunikasi berdampak dan antisipasi krisis.

Suara.com - Mau berkarier sebagai Public Relations alias PR? Kamu harus tahu modal utama yang harus dimiliki.

Dulu, PR dianggap sebagai sosok yang luwes berbicara, ramah, jago menjalin relasi, dan selalu tampil meyakinkan di depan publik.

Semua itu masih penting—tapi sekarang sudah bukan lagi modal utama. PR masa kini dituntut punya satu kemampuan tambahan yang krusial: melek data.

Kenapa data jadi sepenting itu?

Karena percakapan publik hari ini nggak lagi mengalir secara organik saja. Ada tren, ada sentimen, ada perubahan perilaku audiens yang bisa muncul hanya dalam hitungan jam.

Tanpa pemahaman data, PR hanya menebak-nebak. Akibatnya, strategi komunikasi bisa meleset, pesan jadi tidak relevan, dan brand berisiko kehilangan kepercayaan publik.

Di sisi lain, PR yang memahami data bisa membaca peta secara lebih tepat—mulai dari momentum yang cocok untuk meluncurkan kampanye, pola perilaku audiens, sampai potensi krisis yang bisa diantisipasi lebih awal. Data jadi kompas, bukan sekadar pelengkap laporan.

Itulah yang dibahas dalam diskusi industri kehumasan, Kelas Humas Muda (KHM) Vol. 4: When PR Meets Data. 

Perwakilan Komdigi, Andi Muslim, menyebut bahwa kecakapan mengolah dan menginterpretasi data menjadi kunci dalam merancang komunikasi publik yang inklusif dan berdampak.

Baca Juga: Prediksi Karier Terbaik Sesuai Tanggal Lahir, Cek Apakah Pekerjaanmu Sudah Tepat!

Di tengah dinamika media sosial dan banjir informasi, PR dituntut mampu membaca apa yang sebenarnya terjadi—bukan hanya apa yang terlihat di permukaan.

Tiga pembicara lintas profesi turut membagikan perspektif, yaitu Irfan Prabowo (Fanbul), CEO Infipop, berbagi tentang data dari sisi entrepreneur; Chrysanti Tarigan, Head of Corporate Communication Candara Asri Group, dari perspektif humas korporasi; serta Banadhi Kurnia Dewi, content creator dan MC profesional, membahas bagaimana data juga menentukan strategi konten.

Karier PR hari ini menuntut seseorang yang bisa membaca ruangan dan membaca data. Yang bisa berbicara meyakinkan, namun juga mampu memahami angka, tren, dan insight yang jadi dasar dari setiap pesan.

Karena di zaman sekarang, menjadi PR yang hebat bukan soal siapa yang paling pandai bicara, tapi siapa yang paling tepat membaca.

Load More