- Sejumlah negara melarang perayaan Natal terbuka karena ketaatan ketat pada hukum serta budaya Islam.
- Korea Utara juga melarang perayaan Natal sebagai kebijakan politik menentang pengaruh budaya Barat.
- 25 Desember pun jadi hari biasa di kalender mereka.
Pemerintah berargumen bahwa festival Kristen tidak memiliki tempat dalam budaya negara tersebut. Bagi warga asing atau minoritas Kristen yang tinggal di sana, merayakan Natal harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan sepenuhnya tersembunyi demi keselamatan diri.
4. Brunei Darussalam
Brunei Darussalam juga memiliki aturan yang sangat spesifik mengenai hal ini, meskipun Brunei memiliki populasi non-Muslim yang cukup signifikan.
Sultan Brunei memberlakukan larangan ketat terhadap perayaan Natal secara terbuka sejak tahun 2015, sejalan dengan penerapan hukum Syariah.
Sehingga mengenakan topi Santa, menyalakan lilin, memasang pohon Natal di tempat umum, atau menyanyikan lagu rohani secara terbuka bisa berujung pada hukuman penjara hingga lima tahun atau denda yang besar.
Meskipun umat Kristen diizinkan merayakan Natal, mereka harus melakukannya secara pribadi di dalam rumah dan tidak boleh mengundang tamu Muslim ke dalam perayaan tersebut.
5. Tajikistan
Tajikistan, sebuah negara di Asia Tengah bekas pecahan Uni Soviet, memiliki pendekatan yang unik.
Meskipun konstitusinya bersifat sekuler, dalam beberapa tahun terakhir pemerintah telah menindak tradisi-tradisi yang dianggap "asing" atau kebarat-baratan, termasuk Natal.
Larangan di Tajikistan sering kali menyasar sekolah-sekolah dan universitas. Penggunaan kembang api, makan-makan mewah, pemberian hadiah, dan penggalangan dana untuk Tahun Baru atau Natal dilarang di institusi pendidikan.
Bahkan, figur "Father Frost" (versi Rusia dari Sinterklas) telah dilarang muncul di layar televisi nasional. Pemerintah setempat mendorong warganya untuk fokus pada festival budaya tradisional mereka sendiri daripada mengadopsi liburan gaya Barat.
Baca Juga: Indonesia Bisa Jadi Negara Maju? Ini Syarat dari Menkeu Purbaya
Itulah 5 negara yang melarang perayaan Natal. Ketiadaan perayaan Natal di negara-negara ini menawarkan perspektif baru tentang betapa beragamnya budaya manusia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Resmi Dibuka, Pusat Belanja Baru Ini Hadirkan Promo Menarik untuk Pengunjung
- Nggak Perlu Jutaan! Ini 5 Sepatu Lari Terbaik Versi Dokter Tirta untuk Pemula
- Kenapa Motor Yamaha RX-King Banyak Dicari? Motor yang Dinaiki Gary Iskak saat Kecelakaan
- 5 Shio Paling Beruntung di 1 Desember 2025, Awal Bulan Hoki Maksimal
- 5 Moisturizer dengan Kolagen agar Kulit Tetap Elastis dan Muda
Pilihan
-
5 HP Memori 512 GB Paling Murah Desember 2025: Ideal untuk Gamer dan Content Creator Pemula
-
Roblox Ditunjuk Jadi Pemungut PPN Baru, Penerimaan Pajak Digital Tembus Rp43,75 T
-
Bank Indonesia Ambil Kendali Awasi Pasar Uang dan Valuta Asing, Ini Fungsinya
-
Geger Isu Patrick Kluivert Dipecat Karena Warna Kulit?
-
Parah! SEA Games 2025 Baru Dimulai, Timnas Vietnam U-22 Sudah Menang Kontroversial
Terkini
-
5 Rekomendasi Sabun Cuci Muka Gentle untuk Usia 50-an, Nggak Bikin Wajah Ketarik
-
20 Contoh Soal IPA Kelas 7 Kurikulum Merdeka dan Kunci Jawaban Lengkap
-
Transformasi Pendidikan, Mengapa Inovasi Jadi Kunci Masa Depan Belajar di Indonesia
-
Tren Smart Luxury: Pasar Barang Mewah Bekas Semakin Diminati di Jakarta
-
Literasi Keuangan Rendah: Mengapa Anak Sekolah Perlu Belajar Bisnis dan Menabung?
-
3 Shio Paling Beruntung 4 Desember 2025, Cek Hokimu Hari Ini
-
Apa Obat Flek Hitam di Apotek Paling Ampuh? Ini 7 Rekomendasinya Untuk Usia 35 Tahun ke Atas
-
4 Sunscreen dengan Kolagen untuk Bantu Wajah Tetap Halus dan Kencang
-
6 Moisturizer untuk Mencerahkan Wajah dari Korea, Mulai Rp95 Ribuan
-
3 Zodiak yang Akan Mendapat Kesuksesan Finansial Besar Mulai 4 Desember 2025