Desa Naga yang terletak di Tasikmalaya, Jawa Barat, menyuguhkan pesona alam yang menakjubkan dan keunikan budaya yang kaya.
Dikenal juga dengan nama Kampung Naga, desa ini adalah destinasi favorit bagi wisatawan yang mencari pengalaman autentik dan ketenangan.
Dilansir dari javaprivatetour, keindahan alamnya yang mempesona, serta tradisi yang kental menjadi daya tarik utama desa ini.
Sejarah dan Budaya Kampung Naga
Kampung Naga adalah salah satu contoh penerapan nilai-nilai tradisional yang dipertahankan dengan baik oleh masyarakatnya.
Letaknya yang strategis antara Garut dan Tasikmalaya menjadikan desa ini mudah diakses, namun tetap mempertahankan nuansa alami dan budaya Sunda yang kental.
Masyarakat di Desa Naga menolak modernisasi dan tetap setia pada cara hidup tradisional, menjadikannya sebagai objek studi antropologi yang menarik.
Desa ini memiliki sekitar 113 rumah tradisional berbahan bambu dan kayu, yang memiliki atap terbuat dari daun palem.
Setiap rumah dibangun dengan cara yang sama untuk menghindari rasa iri di antara warga.
Baca Juga: Staycation di Artotel Living World Cibubur: Menginap, Hangout, dan Kulineran di Satu Tempat
Semua rumah menghadap utara dan selatan, yang menghadap ke arah timur-barat. Di sekeliling desa terdapat sawah yang menghijau dan aliran sungai Ciwulan, menambah keindahan pemandangan.
Perjalanan Menuju Desa Naga
Pengunjung yang datang ke Desa Naga akan merasakan pengalaman yang istimewa saat menuruni 450 anak tangga menuju desa.
Sekitar 20 menit perjalanan, Anda akan dihadapkan pada pemandangan rumah tradisional yang berdiri kokoh di tengah lembah hijau.
Suasana damai dan alami sangat terasa, menjadikannya tempat yang ideal untuk bersantai dan melupakan hiruk pikuk kota.
Interaksi dengan Masyarakat
Di Kampung Naga, pengunjung tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga berkesempatan untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat.
Anda dapat mengunjungi para pengrajin yang membuat kerajinan tangan dari bambu dan kayu, serta belajar tentang budaya lokal.
Kegiatan ini memberikan pengalaman yang tak terlupakan dan mendekatkan pengunjung dengan tradisi Sunda yang kaya.
Selama kunjungan, Anda akan diajak untuk bertemu dengan pemimpin tradisional desa yang akan membagikan cerita tentang sejarah Kampung Naga, serta menjelaskan pentingnya menjaga kelestarian budaya dan lingkungan.
Keberlanjutan dan Kemandirian Desa
Desa Naga mengedepankan prinsip kehausan dengan menjaga keseimbangan alam.
Masyarakat desa hidup tanpa listrik dan mengandalkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Hal ini menjadi contoh bagaimana tradisi dan kearifan lokal bisa berkolaborasi untuk menciptakan kehidupan yang harmonis.
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Desa Naga berprofesi sebagai petani dan perajin.
Mereka menghasilkan berbagai produk, termasuk kerajinan tangan yang bisa dibeli oleh wisatawan sebagai oleh-oleh.
Hal ini tidak hanya membantu perekonomian lokal, tetapi juga memastikan bahwa tradisi dan keterampilan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi tetap hidup.
Dengan suasana yang tenang dan lingkungan yang asri, Desa Naga memberikan pengalaman spiritual yang mendalam bagi para pengunjung.
Di sini, Anda akan merasakan aliran energi positif dari alam sekitar desa, yang mampu menyegarkan pikiran dan jiwa.
Banyak pengunjung yang mengaku merasa terhubung dengan tradisi dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat desa, menjadikan mereka lebih menghargai kehidupan yang sederhana dan harmonis.
Menghabiskan waktu di Kampung Naga tidak hanya sekedar berlibur, namun juga memberikan pembelajaran berharga tentang kehidupan berkelanjutan dan cara menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.
Desain desa yang terstruktur rapi dan keyakinan yang kuat terhadap warisan budaya menjadikan Kampung Naga sebagai destinasi ideal bagi wisatawan yang ingin mencari lebih dari sekadar liburan biasa.
Kontributor : Laili Nur Fajar Firdayanti
Berita Terkait
-
Staycation di Artotel Living World Cibubur: Menginap, Hangout, dan Kulineran di Satu Tempat
-
Menelusuri Mawatu, Wisata Berkelanjutan Berbasis Pesisir di Timur Indonesia
-
Jurus Prabowo Setop Wisata Bencana: Siapa Pejabat yang Disentil dan Mengapa Ini Terjadi?
-
Dari Safari ke Laut: Nikmati Dua Wajah Indah Bali dalam Satu Perjalanan
-
8 Spot Touring dan Camping di Yogyakarta untuk Libur Akhir Tahun 2025, Cocok Buat Healing
Terpopuler
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
Terkini
-
Urutan Basic Skincare Malam Menurut Dokter Tompi, Simpel dan Efektif
-
Sejarah Hari Ibu 22 Desember: Perjuangan Sejak 1928, Kini Keluar Jalur
-
Makanan Sehat vs Skincare: Mana yang Lebih Bikin Kulit Glow Up?
-
Mengayuh Harapan di Ujung Timur: Dukungan Sepeda untuk Rumah Belajar Melang
-
5 Sepatu Nike yang Lagi Diskon 50% Lebih di Zalora, Jadi Ratusan Ribu Saja!
-
4 Moisturizer Ginseng untuk Lawan Tanda Penuaan di Usia 50-an
-
5 Motor Matic untuk Touring dengan Jok Empuk dan Suspensi Nyaman
-
6 Urutan Skincare Sebelum Makeup yang Benar agar Tidak Longsor dan Tahan Lama Seharian
-
5 Moisturizer Terbaik untuk Flek Hitam Usia 30 Tahun ke Atas
-
Memahami Bedanya Kering vs Dehidrasi: Begini Cara Efektif Melembabkan Kulit