Suara.com - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) meminta Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) dan dan Wakil Presiden terpilih, Jusuf Kalla (JK) untuk menangani masalah HAM. KontraS memberikan penilaian buruk soal HAM pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Penilaian Presiden SBY, kalau kita beri nilai C- atau D+, ini untuk akademis adalah nilai yang buruk. Indokatornya jelas, tidak ada kasus penegakan hukum HAM yang selesai. Kekerasan meningkat, aktor pelaku kekerasan HAM bertambah, secara geografis kewilayahan meluas, frekuensinya meningkat. Satu tingkat positif dari pemerintahan adalah mempromosikan masalah HAM, tapi di sisi lain digrogoti oleh virus peraturan perundang-undangan yang mengurangi kebebasan sipil dan politik," tutur Wakil Kordinator KontraS, Chrisbantoro, dalam konfrensi persnya di Kantor KontraS, Menteng, Jakarta, Minggu (24/8/2014).
Kordinator KontraS, Haris Azhar, menambahkan, Pemerintahan Jokowi-JK harus bisa menjalankan agenda HAM dengan baik.
Harris pun mempertanyakan tujuan pembentukan tim transisi yang dibuat Presiden SBY. Dia takut, ada agenda khusus yang ingin dimasukan Presiden SBY kepada Jokowi-JK.
"Apa yang ditransisikan? Melihat pemerintahan sebelumnya (Presiden SBY), kami mengkritik Jokowi-JK untuk tidak menjalankan sejumlah program Presiden SBY, apalagi terkait HAM," kata Haris.
Selain itu, dia mencatat ada beberapa yang urgensinya supaya bisa dijalankan pada pemerintahan Jokowi-JK nanti. Di antaranya, Jokowi-JK untuk tidak akomodatif dengan nama-nama tertentu yang terlibat dan bertanggungjawab dalam beberapa kasus HAM, yaitu Wiranto dan Hendropriyono.
"Kedua, Kami minta Jokowi-JK, juga menyusun konsep komite penanganan pelaggaran HAM berat. Komite ini nantinya untuk mendorong proses hukum HAM supaya berjalan dengan baik," katanya.
Dia melanjutkan, KontraS meminta Jokowi-JK, supaya segera menyusun komite nasional penyelesaian sengketa agraria. Komite ini penting untuk mediasi kasus sengketa tanah, akses keadilan klarifikasi hak penggunaan tanah yang bersengketa, serta untuk pembebasan aktivisi lingkungan yang ditangkap.
"Kami juga meminta supaya Tim Pencari Fakta (TPS) untuk Munir dibuka. Itu dulu janji Presiden SBY, tapi sampai sekarang belum melakukan apa-apa. Jokowi-JK harus bisa menindaklanjutinya," kata Haris.
Kemudian, Jokowi-JK diharapkan bisa memberikan kekebasan HAM, khususnya kebebasan beragama sekaligus untuk dijadikan rangkaian panjang hak asasi terhadap minoritas.
"Kami juga meminta Jokowi-JK mengadakan penegakan dan pengamanan hukum dan HAM di Papua dan Aceh," tuturnya.
Juga, sambung Haris, KontraS memberikan masukan untuk kabinet Jokowi-JK nanti untuk di sejumlah posisi, diharapkan memiliki latar belakang HAM.
"Yang penting Menkopolhukam, Menteri Agama, Jaksa Agung, Menkumham, Kepala BPN, tahu soal HAM. Khusus Menkumham, orang yang kerja di HAM bukan pengacara," katanya.
Sejumlah masukan ini, kata Haris, akan diberikan kepada Jokowi-JK langsung bukan melewati Rumah Transisi bentukan Jokowi. "Kita akan serahkan langsung ke Jokowi," tutur Haris.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
Terkini
-
Indonesia di Ambang Amarah: Belajar dari Ledakan di Nepal, Rocky Gerung dan Bivitri Beri Peringatan!
-
Ganggu Masyarakat, Kakorlantas Bekukan Penggunaan Sirene "Tot-tot Wuk-wuk"
-
Angin Segar APBN 2026, Apkasi Lega TKD Bertambah Meski Belum Ideal
-
Digerebek Satpol PP Diduga Sarang Prostitusi, Indekos di Jakbar Bak Hotel: 3 Lantai Diisi 20 Kamar!
-
Usai Siswa Keracunan Massal, DPR Temukan Ribuan SPPG Fiktif: Program MBG Prabowo Memang Bermasalah?
-
RUU Perampasan Aset Mesti Dibahas Hati-hati, Pakar: Jangan untuk Menakut-nakuti Rakyat!
-
Ucapan Rampok Uang Negara Diusut BK, Nasib Wahyudin Moridu Ditentukan Senin Depan!
-
Survei: Mayoritas Ojol di Jabodetabek Pilih Potongan 20 Persen Asal Orderan Banyak!
-
Sambut Putusan MK, Kubu Mariyo: Kemenangan Ini Milik Seluruh Rakyat Papua!
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri