Suara.com - Bentrokan terjadi di salah satu kawasan perbelanjaan terkenal dan padat di Hongkong, Jumat (3/10/2014), saat ratusan pendukung pemerintah Cina menyerbu tenda-tenda dan merobek spanduk milik pengunjuk rasa pro-demokrasi, serta memaksa mereka mundur.
Puluhan ribu pengunjuk rasa turun ke jalan di Hongkong sepanjang pekan ini menuntut demokrasi penuh di kawasan bekas koloni Inggris tersebut, termasuk sistem pemungutan suara langsung untuk memilih pemimpin mereka pada 2017.
Di distrik Mong Kok, salah satu lokasi paling padat di muka bumi dengan gedung-gedung apartemen tinggi yang berdempetan dengan bar, restoran, dan pasar terbuka, sekitar 1.000 pendukung Beijing bentrok dengan sekitar 100 pengunjuk rasa, meludah dan melempar botol air mineral.
Polisi membentuk rantai manusia untuk memisahkan dua kelompok tersebut ditingkahi suara sirine.
Beberapa pengunjuk rasa memayungi polisi yang kehujanan, sementara pendukung Beijing meneriaki polisi karena gagal menghadapi pendemo.
"Kami semua bosan dan kehidupan kami terganggu," kata seorang guru, Victor Ma (42).
"Anda tidak akan menyandera warga Hongkong karena ini tidak akan berhasil. Itu sebabnya mereka sangat marah di sini,” lanjutnya.
Mong Kok populer di kalangan turis dari daratan utama, namun tidak terlalu dikenal turis Barat seperti halnya kawasan perbelanjaan mewah Causeway Bay, dimana pejalan kaki mencoba menyingkirkan barikade yang diletakkan oleh pengunjuk rasa Occupy Central.
Pemimpin Hongkong Leung Chun-ying sepakat melakukan pembicaraan dengan pendemo pro-demokrasi, namun dia menolak mundur.
Dia dan pendukung pemerintahan di Beijing menegaskan bahwa mereka tidak akan berubah pikiran pasca kerusuhan.
Menteri Keuangan John Tsang memperingatkan bahwa demonstran yang berkumpul di pusat keuangan Central di kota itu bakal menciptakan kerusakan "permanen" bagi pusat keuangan Asia.
Cina mengendalikan Hongkong di bawah formula "satu negara dua sistem" berdasar konstitusi-kecil yang memberikan beberapa otonomi dan kebebasan bagi Hongkong, sesuatu yang tidak diperoleh di daratan utama, serta hak memilih universal sebagai tujuan akhir.
Namun Beijing pada 31 Agustus memutuskan akan menyeleksi kandidat yang bisa ikut pemilihan kepala eksekutif pada 2017, sehingga membuat pegiat demokrasi marah dan turun ke jalan. [Reuters]
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Wamenkomdigi: Pemerintah Harus Hadir untuk Memastikan AI Jadi Teknologi yang Bertanggung Jawab
-
Gubernur Riau Jadi Tersangka KPK! Kemendagri Siapkan Pengganti Sementara
-
Pramono Anung Rombak Birokrasi DKI: 1.842 Pejabat Baru, Janji Pelayanan Publik Lebih Baik
-
Gubernur Riau Jadi Tersangka, PKB Proses Status Kader Abdul Wahid Secara Internal
-
Raperda KTR DKI Disahkan! Ini Titik-Titik yang Dilarang untuk Merokok dan Jual Rokok
-
BNN Gerebek Kampung Bahari, 18 Orang Ditangkap di Tengah Perlawanan Sengit Jaringan Narkoba
-
KPK Kejar Korupsi Whoosh! Prabowo Tanggung Utang, Penyelidikan Jalan Terus?
-
Ahli Hukum Nilai Hak Terdakwa Dilanggar dalam Sidang Sengketa Tambang Nikel Halmahera Timur
-
Cak Imin Instruksikan BGN Gunakan Alat dan Bahan Pangan Lokal untuk MBG
-
MRT Siapkan TOD Medan Satria, Bakal Ubah Wajah Timur Jakarta