Suara.com - Ibu rumah tangga bernama Nuraini (30), warga Kota Jayapura, Papua, Rabu (4/3/2015), akhirnya menghembuskan nafas terakhir setelah mengalami pendarahan hebat.
Kemarin, Nuraini yang baru melahirkan anak pertama, mengalami pendarahan hebat di RSUD Dok II Jayapura.
Suami Nuraini, Ady, menceritakan perjuangan keluarga sebelum Nuraini kembali ke Yang Maha Kuasa. Setelah terjadi pendarahan, kata dia, Nuraini sangat membutuhkan transfusi darah. Golongan darahnya O.
Keluarga pun mendatangi kantor Palang Merah Indonesia. Sampai di sana, mereka mengelus dada. Jenis darah yang dibutuhkan Nuraini tidak tersedia.
“Kita sudah ke PMI, tapi di sana mereka bilang tidak ada golongan darah O," kata Ady.
Tak hilang akal, keluarga pun menghubungi semua saudara maupun teman-teman. Dan keluarga berhasil mendapatkannya. Sayangnya, belum cukup.
"Tapi sampai hari Selasa kemarin, hanya tiga kantong darah yang berhasil terkumpul, sementara darah yang dibutuhkan 10 kantong," kata Ady.
Terlepas dari takdir, pihak keluarga masih menyayangkan PMI Kota Jayapura yang acapkali mengalami kekosongan darah. Padahal, kantor PMI Kota Jayapura belum lama ini diresmikan oleh Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, tepatnya pada 26 Februari 2015.
“Harusnya PMI bisa mengantisipasi kekosongan darah. Bagaimana dengan masyarakat lainnya yang membutuhkan darah dengan tiba-tiba. Kan, kasihan
jika kejadiannya bisa seperti yang istri saya alami,” katanya.
Ketua PMI Kota Jayapura, Nuralam, mengakui stok darah golongan O kosong.
“Iya memang saat ini, stok darah kosong khususnya darah jenis O tidak tersedia di PMI Kota Jayapura. Kita tahu bahwa darah jenis ini sangat sulit didapat. Itu yang menjadi kendala kami,” kata Nuralam saat dikonfirmasi suara.com via telepon seluler.
Menurut Nuralam, PMI Kota Jayapura kesulitan untuk mendapatkan darah, sebab masih kurangnya partisipasi warga mendonorkan darah. Itu sebabnya, Wakil Wali Kota Jayapura ini mengajak warga untuk aktif menyumbang darah ke PMI.
"Selain kita jadi sehat donor darah juga membantu saudara kita yang membutuhkan. Ingat bahwa setetes darah sangat berarti untuk mereka yang membutuhkan,"kata dia.
Setiap tahun, PMI Kota Jayapura hanya bisa meng-cover 50 persen kebutuhan darah di warga Kota Jayapura. Kata Nuralam, setiap bulan, PMI Kota Jayapura kekurangan 1.500 kantong darah. Idealnya, lanjut dia, PMI menerima sebanyak 25 pendonor setiap hari. (Lidya Salmah)
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Bank Dunia Ingatkan Menkeu Purbaya: Defisit 2027 Nyaris Sentuh Batas Bahaya 3%
-
Kelangsungan Usaha Tidak Jelas, Saham Toba Pulp Lestari (INRU) Digembok BEI Usai Titah Prabowo
-
Satu Calon Pelatih Timnas Indonesia Tak Hadiri Proses Wawancara PSSI, Siapa?
-
5 HP Tahan Air Paling Murah untuk Keamanan Maksimal bagi Pencinta Traveling
-
Rupiah Dijamin Stabil di Akhir Tahun, Ini Obat Kuatnya
Terkini
-
KPK Rampungkan Penyidikan, Noel Ebenezer Cs Segera Diadili Kasus Pemerasan K3
-
Prabowo Pastikan Hunian Tetap Dibangun, Korban Bencana Sumatra Dapat Huntara Lebih Dulu
-
Tragis! Tergelincir di Tikungan, Pemotor Tewas Seketika Disambar Bus Mini Transjakarta
-
Wafat di Pesawat Usai Tolak Tambang Emas, Kematian Wabup Sangihe Helmud Hontong Kembali Bergema
-
PLN Pastikan Kesiapan SPKLU Lewat EVenture Menjelang Natal 2025 & Tahun Baru 2026
-
Soal Polemik Perpol Baru, Kapolri Dinilai Taat Konstitusi dan Perkuat Putusan MK
-
Kritik Penunjukan Eks Tim Mawar Untung sebagai Dirut Antam, KontraS: Negara Abai Rekam Jejak HAM!
-
Mendagri Tito Serahkan Bantuan untuk Warga Terdampak Bencana di Sumbar
-
Detik-Detik Pengendara Motor Tewas Tertabrak Bus Minitrans di Pakubuwono Jaksel
-
Jawab Kritik Rektor Paramadina, Wamendiktisaintek Tegaskan Fokus Pemerintah Bukan Kuota PTN