Suara.com - Dua kakak beradik, Mohammad Aesop dan Untas Begum tidak pernah membayangkan nasibnya terdampar di kamp penampungan Kuala Langsa, Kota Langsa, Naggroe Aceh Darussalam. Mereka yatim piatu.
Sama seperti anak-anak lainnya, Aesop yang berusia 10 tahun dan Begum yang berusia 8 tahun cerita soal keadaannya selama dalam pelarian dari Myanmar. Mereka berjuang untuk bertahan mengapung selama 3 bulan bersama ratusan imigran Rohingya.
Aesop dan adiknya hanya bisa saling menghibur agar tidak jenung. Tapi mereka tidak bisa berkutik saat perut sudah merasa lapar. Sebab bergerak sedikit saja untuk meregangkan otot, mereka akan dipukul oleh penjaga kapal. Penjaga itu memegang senjata. Di sana, penumpang kapal ditumpuk dengan hampir tak ada jarak antar penumpang.
Di balik keberadaan Aesop dan Begum di kapal kayu itu sama seperti pengungsi Rohingya lain. Mereka hanya ikut-ikutan, lantaran orangtuanya sudah tiada.
Seorang broker etnis Rohingya yang menarik Aesop dan Begum ke kapal. Broker dan timnya menjelajah ke desa-desa tempat tinggal Rohingya yang sudah putus asa dengan keadaan. Mereka disiksa dan dibunuh oleh kelompok intoleran yang mengatasnamakan agama. Sementara Negara Myanmar diam.
Sekarang keduanya tinggal di Koala Langsa. Mereka juga bersama anak-anak Rohingya lain di sana. Mereka anak-anak, masih suka menghisap permen gula-gula, atau juga memakan keripik kentang yang diberikan relawan di Aceh.
Aesop dan Begim kehilangan ibunya 3 tahun lalu. Seperti dilansir AP, ibunya dibunuh oleh kelompok radikal di Myanmar. Saat itu kelompok tersebut menyerbu Sittwe, salah satu kawasan pemukiman Rohingya. Banyak anak-anak menjadi yatim. Mereka dibawa sanak saudara untuk dirawat.
Namun sebagian dari mereka masih punya ayah yang bekerja di Malaysia. Kebanyakan ayah mereka meminta anak-anaknya untuk meninggalkan Myanmar dan mengadu nasib di Malaysia yang lebih bisa menerima Rohingya. Ayah anak-anak itu mempercayakan seorang broker untuk menjemputnya di kawasan Teluk Benggala.
Namun cerita itu tidak didapat dari pengakuan anak-anak yang sudah sampai ke pantai Thailand, Indonesia, dan Malaysia. Kebanyakan anak-anak mengaku diculik untuk ikut menumpang perahu.
Salah satu pengakuan itu didapat dari Rahman (12) dari Sittwe di Aceh. Dia langsung dimasukkan ke perahu bersama 9 anak laki-laki lain. Dia didorong paksa. Setelah itu, dia tidak tahu ingin diperlakukan seperti apa.
"Saya tidak tahu apa yang terjadi. Kami ditempatkan atas kapal dan diikat. Mulut kami disumpel kain sehingga tak bisa bicara," cerita Rahman seperti dilansir AP, Minggu (24/5/2015).
Sekarang di tenda pengungsian terlihat nasib anak-anak Rohingya begitu mengenaskan. AP melihat ada anak kecil yang terbaring lesu karena diare. Dia diinfus lengannya. Sementara ada perempuan kurus tengah menggendong menyusui bayinya yang terus menangis.
Banyak tenaga medis Indonesia yang memeriksa anak-anak. Mereka mengatakan anak-anak divaksinasi agar tak terkena penyakit menular. Namun sudah ada 3 anak yang meninggal karena tetanus akhir pekan lalu setelah dirawat di rumah sakit.
"Tragedi kemanusiaan ini terlalu kejam untuk ditanggung anak-anak. Saya sangat sedih melihat tatapan kosong mereka ketika mereka menggambarkan luka emosional," kata Rudi Purnomo, salah satu aktivis anak di Aceh. (AP)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Targetkan 400 Juta Penumpang Tahun 2025, Dirut Transjakarta: Bismillah Doain
-
Sejarah Terukir di Samarkand: Bahasa Indonesia Disahkan sebagai Bahasa Resmi UNESCO
-
Tolak Gelar Pahlawan Soeharto, Koalisi Sipil Ungkap 9 Dosa Pelanggaran HAM Berat Orde Baru
-
Judi Online Lebih Ganas dari Korupsi? Menteri Yusril Beberkan Fakta Mengejutkan
-
Bangunan Hijau Jadi Masa Depan Real Estate Indonesia: Apa Saja Keuntungannya?
-
KPK Tangkap Gubernur Riau, PKB 'Gantung' Status Abdul Wahid: Dipecat atau Dibela?
-
Sandiaga Uno Ajak Masyarakat Atasi Food Waste dengan Cara Sehat dan Bermakna
-
Mensos Gus Ipul Tegaskan: Bansos Tunai Harus Utuh, Tak Ada Potongan atau Biaya Admin!
-
Tenaga Ahli Gubernur Riau Serahkan Diri, KPK Periksa 10 Orang Terkait OTT
-
Stop Impor Pakaian Bekas, Prabowo Perintahkan Menteri UMKM Cari Solusi bagi Pedagang Thrifting