Suara.com - Keluarga almarhum Siwis (32), salah satu dari tiga Warga Negara Indonesia asal Pesisir Selatan, yang mati ditembak Kepolisian di kawasan Batu Pahat, Johor Bahru, Malaysia, mendatangi Lembaga Bantuan Hukum Padang, pada Kamis.
Kedatangan dari pihak keluarga korban itu bermaksud untuk menceritakan beberapa kejanggalan yang dirasakan pihak keluarga, dan berharap mendapatkan kepastian hukum dalam penembakan itu.
"Kami datang ke LBH, karena ada beberapa kejanggalan. Dari sejumlah dokumen yang kami terima dari Malaysia, tidak ada penjelasan dan kronologis lengkap tentang perampokan yang dilakukan oleh keluarga kami itu, hingga akhirnya ditembak," jelas keluarga Is Sugiarto di Kantor LBH Padang, Padang, Kamis.
Kepada Antara, ia menceritakan secara urut versi keluarga sejak awal mendapatkan informasi mengenai penembakan WNI di Malaysia, hingga akhirnya jenazah Siwis (32), dikebumikan di kampung halaman Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
"Awalnya pada 26 Juni 2015, isteri almarhum yang tinggal di kampung mendapatkan informasi dari kerabat sekampung di Malaysia, bahwa ada penembakan WNI di Bukit Jelutung oleh kepolisian Malaysiam dan tidak memiliki dokumen. Sang isteri langsung mencoba menghubungi suaminya beberapa kali, namun handphone suaminya itu tidak aktif," katanya.
Setelah itu, katanya, sang isteri pun menelpon Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk memastikan informasi penembakan itu. Saat itu KBRI menjawab benar, dan meminta pihak keluarga datang ke negara Malaysia.
Menerima permintaan itu, lanjutnya, Is Sugiarto kemudian memutuskan berangkat ke KBRI Malaysia Pada 9 Juli 2015, dan bertemu dengan Kepolisian Malaysia pada 10 Juli 2015, didampingi staf KBRI.
"Saat bertemu itu kepolisian menceritakan bahwa terjadi kasus perampokan oleh WNI tiga orang. Dimana dua orang menggunakan senjata parang, dan satu orang senjata api berkekuatan angin di sebuah perumahan elit," jelasnya.
Pihak kepolisian, katanya, mengaku mendapat perlawanan dan dihadang, sehingga akhirnya melepaskan tembakan. Kemudian jasadnya dibawa ke kamar jenazah Hospital Tengku Ampuan Rahimah.
"Setelah itu baru diketahui ternyata salah seorang adalah Siwis keluarga saya, dan ada bekas tembakan di bagian dadanya. Saya ingin mengambil gambar saat itu, tapi tidak dibolehkan, dua jenazah lainnya saat ini masih di rumah sakit," kata Is Sugiarto.
Ia mengatakan, kegelisahan yang dirasakan pihak keluarga saat ini adalah tentang kronologis perampokan versi polisi tersebut. Karena tidak ada keterangan secara rinci dan tertulis, tentang perampokan yang dituduhkan kepada anggota keluarganya itu.
"Keterangan yang saya dapatkan hanya lisan, ketika saya bersama orang kedutaan bertemu dengan polisi di sana. Sedangkan dalam dokumen secara tertulis hanya menerangkan sekedar tewas di tempat, karena penembakan atas perbuatan perampokan," ujarnya.
Is Sugiarto berharap, dengan mendatangi LBH ia bisa mendapatkan kronologis tentang perampokan yang dituduhkan itu. Selain itu juga berharap Pemerintahan Republik Indonesia (RI) ikut mempertanyakan perihal kebenaran perampokan.
Saat ditanyai tentang proses pemulangan jenazah, ia mengatakan dilakukan sendiri dengan dana pribadi dari Malaysia, hingga ke Sumatera Barat. Hanya saja ia minta negara membantu pemulangan dua jenazah yang masih di Malaysia itu.
"Kedua yang lainnya itu asal Pesisir Selatan juga, tapi beda kecamatan. Saat ini masih di Malaysia, keluarga mengalami kesulitan pembiayaan," jelasnya.
Sedangkan Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang Era Purnama Sari, mengatakan laporan itu telah diterima. Untuk selanjutnya pihak LBH akan melakukan koordinasi dengan mitra LBH mengenai perkara itu agar mendapatkan kejelasan.
"Pihak keluarga berhak tahu secara detail tentang kejahatan yang dituduhkan itu, karena telah menewaskan anggota keluarganya. Sekaligus juga perlu dicari tahu perihal penembakan tersebut, karena penggunaan senjata api tidak bisa asal menembak saja," jelasnya.
Selain itu jika melihat posisi tembakan ketiga orang itu, katanya, tembakan yang diberikan bukanlah bersifat peringatan atau melumpuhkan, tapi mematikan. Karena tembakan Siwis adalah di bagian dada, dua jenazah lainnya di bagian kening, dan punggung.
"Kami akan berusaha maksimal, sekaligus berharap pemerintah juga meminta kronologi resmi kejahatan yang dituduhkan, hingga berujung pada tewasnya warga negara," jelasnya. [Antara]
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- Terbongkar dari Tato! Polisi Tetapkan Pria Lawan Main Lisa Mariana Tersangka Kasus Video Porno
- Buntut Tragedi SMA 72 Jakarta, Pemerintah Ancam Blokir Game Online Seperti PUBG
Pilihan
-
Pelatih Islandia di Piala Dunia 2018 Masuk Radar PSSI Sebagai Calon Nahkoda Timnas Indonesia
-
6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
-
Keuangan WIKA 'Berlumur Darah' Imbas Whoosh, Bosnya Pasrah Merugi
-
Respons Berkelas Dean James usai Bikin Gol Spektakuler ke Gawang Feyenoord
-
Pahitnya Niat Baik: Guru Dipecat Karena Kumpulkan Rp20 Ribu untuk Gaji Honorer
Terkini
-
Ahli BRIN Ungkap Operasi Tersembunyi di Balik Jalan Tambang PT Position di Halmahera Timur
-
Jeritan Sunyi di Balik Tembok Maskulinitas: Mengapa Lelaki Korban Kekerasan Seksual Bungkam?
-
Mendagri Tito Dapat Gelar Kehormatan "Petua Panglima Hukom" dari Lembaga Wali Nanggroe Aceh
-
'Mereka Mengaku Polisi', Bagaimana Pekerja di Tebet Dikeroyok dan Diancam Tembak?
-
Efek Domino OTT Bupati Ponorogo: KPK Lanjut Bidik Dugaan Korupsi Monumen Reog
-
Bukan Kekenyangan, Tiga Alasan Ini Bikin Siswa Ogah Habiskan Makan Bergizi Gratis
-
Jenderal Bintang Dua Terseret Sengketa Lahan Jusuf Kalla, Mabes AD Turun Tangan
-
Video Aksi Koboi di Tebet, Pulang Kerja Dihadang dan Diancam Tembak
-
Asfinawati Nilai Ada 'Main Politik' di Balik Mandeknya Kasus HAM di Kejagung
-
Ribka Tjiptaning Dilaporkan ke Bareskrim, Organisasi Sayap PDIP Singgung Pembungkaman Suara Kritis