Suara.com - Sebaran asap di Sumatera dan Kalimantan hingga kini masih meluas bahkan dampaknya hingga ke Malaysia, Singapura dan Filipina. Yah, akibat kabut asap dari Indonesia, kualitas udara di tiga negara tersebut ikut menurun.
"BMKG melaporkan bahwa pantauan satelit Himawari menunjukkan asap tipis-sedang menutup Laut Jawa dan sebagian Jakarta tersapu asap tipis," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho lewat pesan singkat yang diterima suara.com di Jakarta, Sabtu (24/10/2015).
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa dampak asap akibat karhutla telah menyebabkan 10 orang meninggal dunia di Sumatera dan Kalimantan, baik dampak langsung dan tidak langsung.
Dampak langsung, kata Sutopo, adalah korban yang meninggal saat memadamkan api lalu ikut terbakar. Sedangkan tidak langsung adalah korban yang sakit akibat asap, atau sebelumnya sudah mempunyai riwayat sakit lalu adanya asap memperparah sakitnya.
"Sepuluh korban tewas ini di luar dari korban 7 orang meninggal dan 2 orang kritis saat mendaki Gunung Lawu kemudian terkepung karhutla dan akhirnya terbakar di Kab Magetan, Jawa Timur pada 18 Oktober 2015," terangnya.
Lebih dari itu, tambah Sutopo, bencana asap juga telah menyebabkan 503.874 jiwa sakit ISPA di 6 provinsi sejak 1 Juli-23 Oktober 2015. Jumlah masing-masing provinsi adalah 80.263 di Riau, 129.229 di Jambi, 101.333 di Sumsel, 43.477 di Kalbar, 52.142 di Kalteng dan 97.430 di Kalsel.
"Kemungkinan jumlah penderita yang sebenarnya lebih daripada itu karena sebagian masyarakat sakit tidak berobat ke Puskesmas atau rumah sakit. Mereka berobat mandiri sehingga tidak tercatat," imbuhnya.
Sementara itu, lebih dari 43 juta jiwa penduduk terpapar oleh asap. Data ini, kata Sutopo, hanya dihitung di Sumatera dan Kalimantan. "Data ini dianalisis dari peta sebaran asap dengan peta jumlah penduduk," katanya lagi.
Lebih lanjut Sutopo menjelaskan bahwa bencana asap dari karhutla adalah bencana buatan manusia, karena 99 persen penyebabnya memang disengaja oleh oknum. Tindakan ini tentu saja merupakan kejahatan kemanusiaan yang luar biasa.
"Sekarang saatnya kita tidak saling menyalahkan, tapi bagaimana mengatasinya secara cepat. Dengan skala kebakaran yang demikian luas tidak mungkin 1-2 minggu ke depan akan padam. Tapi semua ikhtiar kita lakukan bersama," tutupnya bijak.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Sidang Ditunda! Nadiem Makarim Sakit Usai Operasi, Kuasa Hukum Bantah Tegas Dakwaan Cuan Rp809 M
-
Hujan Deras, Luapan Kali Krukut Rendam Jalan di Cilandak Barat
-
Pensiunan Guru di Sumbar Tewas Bersimbah Darah Usai Salat Subuh
-
Mendagri: 106 Ribu Pakaian Baru Akan Disalurkan ke Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Angin Kencang Tumbangkan Pohon di Ragunan hingga Tutupi Jalan
-
Pohon Tumbang Timpa 4 Rumah Warga di Manggarai
-
Menteri Mukhtarudin Lepas 12 Pekerja Migran Terampil, Transfer Teknologi untuk Indonesia Emas 2045
-
Lagi Fokus Bantu Warga Terdampak Bencana, Ijeck Mendadak Dicopot dari Golkar Sumut, Ada Apa?
-
KPK Segel Rumah Kajari Bekasi Meski Tak Ditetapkan sebagai Tersangka
-
Si Jago Merah Mengamuk di Kemanggisan, Warung Gado-Gado Ludes Terbakar