Suara.com - Sejumlah orang bersenjata menyerang sebuah pesta yang diselenggarakan sebuah badan pekerja sosial San Bernardino, California, Amerika Serikat, pada Rabu (2/12/2015). Sebanyak 14 orang tewas dan 17 lainnya cedera dalam serangan itu. Para penembak masih diburu polisi.
Kepolisian San Bernardino mengatakan kini pihaknya sedang memburu setidaknya tiga tersangka dan satu tersangka lainnya telah dilumpuhkan dalam baku tembak dengan petugas. Tak dijelaskan apakah tersangka yang dilumpuhkan terlibat dalam penyerangan.
Serangan brutal itu terjadi di Inland Regional Center, yang berjarak kira-kira 100 kilometer dari Los Angeles. Penembakan itu adalah yang paling mematikan di AS sejak pembantaian di sekolah dasar Sandy Hook, Newton, Connecticut, pada Desember 2012 yang menewaskan 27 orang.
Kepala polisi San Bernardino, Jarrod Burguan, mengatakan bahwa para tersangka melarikan diri menggunakan sebuah mobil SUV berwarna gelap. Mereka menggunakan senapan serbu dalam penyerangan itu.
Otoritas kota setempat kini sudah menutup semua sekolah, kota, dan bangunan-bangunan pusat keramaian, karena para tersangka masih berkeliaran.
Burguan mengaku belum tahu motif di balik penembakan itu. "Kami tak punya informasi sampai saat ini," kata dia.
Penembakan itu sendiri terjadi di sebuah gedung konferensi yang biasa digunakan untuk menampung orang-orang tidak mampu dan cacat. Fasilitas itu dikelola oleh pihak swasta yang dikontrak oleh pemerintah.
Menurut Reuters, yang mengutip data dari shootingtracker.com, Selama 2015 sudah terjadi 350 penembakan di AS, yang korban tewasnya minimal berjumlah empat orang.
Penembakan di California terjadi kurang dari sepekan setelah seorang teroris kulit putih menembak tiga orang dan mencederai sembilan orang dalam sebuah penembakan di sebuah klinik keluarga berencana di Colorado Springs, Colorado.
Tersangka, Robert Lewis Dear, yang adalah seorang Kristen yang taat, menyerang klinik keluarga berencana itu karena tak setuju dengan praktif aborsi. (Reuters)
Berita Terkait
-
Penembakan Massal Meletus di Bangkok Dekat Tempat Latihan Pratama Arhan
-
Jumlah Korban Penembakan Massal di Montenegro Bertambah jadi 12 Orang, Termasuk Anak-anak
-
Sosok Natalie Rupnow, Siswi di Balik Tragedi Penembakan Massal Sekolah Wisconsin AS
-
Aksi Doa Bersama dan Tabur Bunga untuk Korban Tragedi Moskow di Kedubes Rusia
-
Penembakan Massal Di Universitas Charles Ibu Kota Praha, 14 Orang Tewas
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO
-
Wacana 'Go Public' PAM Jaya Bikin DPRD DKI Terbelah, Basri Baco: Ini Dinamika, Normal
-
Bukan Cuma Wacana, Ini Target Rinci Pemindahan ASN ke IKN yang Diteken Presiden Prabowo
-
Polandia Jadi Negara Eropa Kedua yang Kerja Sama dengan Indonesia Berantas Kejahatan Lintas Negara
-
Gerakan 'Setop Tot tot Wuk wuk' Sampai ke Istana, Mensesneg: Semau-maunya Itu