Suara.com - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menegaskan keinginannya untuk memastikan Turki mengadopsi sistem pemerintahan presidensial. Erdoga bahkan mengambil contoh Adolf Hitler yang pernah memimpin Jerman sebagai contoh keberhasilan sistem presidensial.
Dalam konferensi pers, Jumat (1/1/2016), Erdogan ditanya oleh wartawan apakah Turki akan mampu menjaga struktur kesatuan pemerintahan jika sistem presidensial dilaksanakan.
"Sudah ada contoh di dunia. Anda bisa melihatnya ketika Anda melihat Hitler Jerman, "katanya menurut sebuah rekaman yang disiarkan oleh kantor berita Dogan. "Ada contoh kemudian di berbagai negara lain."
Erdogan dan Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan bahwa Turki harus menjauh dari sistem parlementer saat ini. Ini diperlukan agar struktur pemerintahan menjadi lebih ramping.
"Apa yang benar bagi Turki adalah untuk mengadopsi sistem presidensial sesuai dengan [demokrasi] semangat. Sistem ini tidak akan berkembang menjadi kediktatoran tetapi jika kita tidak memiliki semangat ini, bahkan sistem parlemen dapat berubah menjadi ini [kediktatoran], "kata Davutoglu dalam wawancara dengan NTV, seperti dilansir Hurriyet Daily News.
Putusan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), yang memenangkan mayoritas mutlak dalam pemilihan November ini, menganggap situasi saat ini adalah peluang bagi Turki merubah sistem parlementer menjadi presidensial. Namun manuver ini dikutuk oleh partai-partai oposisi yang menuduh upaya ini akan membuat Erdogan terlalu banyak kekuasaan dan akan membuat lebih mudah baginya untuk membuat aturan oleh diirnya sendiri.
"[Erdogan] ingin sistem presidensial di Turki. Dia tidak berubah pikiran setelah pemilu terakhir. Saya pikir dia akan memaksa itu, entah bagaimana. Dan saya pikir ini adalah keluar terakhir sebelum kediktatoran penuh untuk Turki, "Ceyda Karan, seorang wartawan oposisi di koran Cumhuriyet, kepada RT.
Sementara itu, Ronald Suny, dari University of Michigan, mengatakan manuver Erdogan untuk merunah sistem pemerintahan Turki adalah langkah "berbahaya. Terutama mengingat bahwa sekitar "40-45 persen" dari populasi rakyat Turki menentang gagasan ini.
"Kami sedang berhadapan dengan situasi di sini yang dekat dengan semacam perang sipil, dan yang benar-benar berbahaya - itu adalah berbahaya bagi Turki dalam negeri, dan juga berbahaya bagi kancah internasional di mana Turki, AS, Rusia, Suriah - semua negara-negara ini, Kurdi semua terlibat dalam perjuangan melawan ISIS di Suriah dan di Irak, "kata Suny pada bulan November.
(Rusia Today)
Berita Terkait
-
Imbang Lawan Turki Tak Masalah, Spanyol Tetap Dipastikan Lolos ke Piala Dunia 2026
-
Spanyol Catat 30 Laga Beruntun Tanpa Kekalahan, Luis de la Fuente Ingatkan Pemain Tak Puas Diri
-
Skandal Judi Guncang Liga Turki: 1024 Pemain Diskors, Bintang Galatasaray dan Besiktas Terlibat
-
Klarifikasi Megawati Hangestri Usai Klub Turki Putus Kontrak Karena Gagal Penuhi Kewajiban
-
Robbie Williams Diusir dari Istanbul, Konsernya Batal Total Akibat Tudingan Pro-Israel
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Anjing Pelacak K-9 Dikerahkan Cari Korban Tertimbun Longsor di Sibolga-Padangsidimpuan
-
Ibu-Ibu Korban Bencana Sumatra Masih Syok Tak Percaya Rumah Hilang, Apa Langkah Mendesak Pemerintah?
-
Eks Wakapolri Cium Aroma Kriminalisasi Roy Suryo Cs di Kasus Ijazah Jokowi: Tak Cukup Dilihat
-
Nasib 2 Anak Pengedar Narkoba di Jakbar: Ditangkap Polisi, 'Dilepas' Gara-gara Jaksa Libur
-
Mendiktisaintek: Riset Kampus Harus Bermanfaat Bagi Masyarakat, Tak Boleh Berhenti di Laboratorium
-
Dengarkan Keluhan Warga Soal Air Bersih di Wilayah Longsor, Bobby Nasution Akan Bangunkan Sumur Bor
-
Di Balik OTT Bupati Bekasi: Terkuak Peran Sentral Sang Ayah, HM Kunang Palak Proyek Atas Nama Anak
-
Warga Bener Meriah di Aceh Alami Trauma Hujan Pascabanjir Bandang
-
Mutasi Polri: Jenderal Polwan Jadi Wakapolda, 34 Srikandi Lain Pimpin Direktorat dan Polres
-
Tinjau Lokasi Bencana Aceh, Ketum PBNU Gus Yahya Puji Kinerja Pemerintah