Suara.com - Negara-negara Barat yang terlibat konflik di Suriah memutuskan untuk melakukan gencatan senjata, hari Jumat (12/2/2016) waktu setempat. Namun, tidak demikian halnya dengan Rusia yang menyatakan untuk terus melakukan serangan udara, memberikan dukungan bagi Presiden Bashar al-Assad, yang juga bertekad terus bertempur sampai ia bisa kembali memegang kendali atas negara tersebut.
Kesepakatan gencatan senjata tersebut dibuat setelah perundingan lima jam yang berlangsung di Munich, Jerman. Kesepakatan tersebut memberikan kesempatan pada pemberi bantuan kemanusiaan untuk masuk ke zona perang.
Namun, beberapa negara Barat mengatakan, kesepakatan tersebut tidak akan berjalan sukses apabila Rusia tidak menghentikan serangan udaranya di Suriah. Campur tangan Rusia memang berpengaruh besar untuk kembali memperkuat kendali Assad atas kawasan-kawasan di Suriah.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mengatakan, apabila gencatan senjata gagal, maka akan makin banyak pasukan asing yang ikut campur dalam konflik.
"Jika rezim Assad tidak melakukan tanggung jawabnya dan jika Iran dan Rusia tidak membuat Assad menepati janjiny... maka komunitas internasional jelas tidak akan duduk diam dan menonton seperti orang bodoh. Akan ada peningkatan aktivitas untuk menekan mereka," kata Kerry di Munich.
"Ada kemungkinan tambahan pasukan darat," lanjut Kerry.
Presiden AS Barack Obama memang tetap pada pendiriannya untuk tidak mengirim pasukan darat ke Suriah. Namun, Arab Saudi bulan ini sudah menawarkan pasukan darat guna memerangi ISIS di Suriah.
Konflik di Suriah, yang melibatkan banyak pihak dan kepentingan, sudah berkobar sejak tahun 2011. Kekuatan-kekuatan regional maupun dunia sudah terlibat dalam konflik tersebut, demikian pula dengan rekrutan militan dari seluruh dunia.
Lansiran AFP, Bashar al-Assad akan terus memerangi teroris ketika pembicaraan soal gencatan senjata tersebut berlangsung. Ia bersumpah akan mengambil kendali atas negaranya kendati bakal memakan waktu yang amat lama.
Kesepakatan gencatan senjata pun terancam gagal. Pasalnya, kesepakatan tersebut tidak ditandatangani oleh pihak-pihak yang bertikai secara langsung, yakni pemerintah Suriah dan kelompok oposisi. (Reuters)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- 5 Fakta Viral Kakek 74 Tahun Nikahi Gadis 24 Tahun, Maharnya Rp 3 Miliar!
- Promo Super Hemat di Superindo, Cek Katalog Promo Sekarang
- Tahu-Tahu Mau Nikah Besok, Perbedaan Usia Amanda Manopo dan Kenny Austin Jadi Sorotan
Pilihan
-
Cuma Satu Pemain di Skuad Timnas Indonesia Sekarang yang Pernah Bobol Gawang Irak
-
4 Rekomendasi HP Murah dengan MediaTek Dimensity 7300, Performa Gaming Ngebut Mulai dari 2 Jutaan
-
Tarif Transjakarta Naik Imbas Pemangkasan Dana Transfer Pemerintah Pusat?
-
Stop Lakukan Ini! 5 Kebiasaan Buruk yang Diam-diam Menguras Gaji UMR-mu
-
Pelaku Ritel Wajib Tahu Strategi AI dari Indosat untuk Dominasi Pasar
Terkini
-
Sekolah Rakyat di Situbondo Tetap Jalan 2026, Bupati Tegaskan Tidak Sepi Peminat
-
Terkunci dalam Kamar Saat Kebakaran, Pria ODGJ Tewas di Tambora
-
Bahasa Inggris Jadi Mapel Wajib SD-SMA Mulai 2027, Kemendikdasmen Siapkan Pelatihan Guru Massal
-
Komisi XIII DPR Dorong Kasus Konflik TPL di Danau Toba Dibawa ke Pansus Agraria
-
Jakpro Siapkan Kajian Teknis Perpanjangan Rute LRT Jakarta ke JIS dan PIK 2
-
'Apapun Putusannya, Kami Hormati,' Sikap Kejagung di Ujung Sidang Praperadilan Nadiem Makarim
-
Detik-detik Gempa Dahsyat di Filipina, Alarm Tsunami Aktif Buat Sulut dan Papua
-
Menko Zulkifli Hasan Panen Ayam Petelur, Apresiasi PNM Bangun Ketahanan Pangan Desa
-
Seskab Teddy Sampaikan Santunan dari Prabowo untuk Keluarga Prajurit yang Gugur Jelang HUT ke-80 TNI
-
Terungkap! Ini 'Dosa' Eks Kajari Jakbar yang Bikin Jabatannya Lenyap