Ratusan orang yang mengatasnamakan sejumlah ormas demonstrasi di depan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (3/5/2016). [suara.com/Nikolaus Tolen]
Ratusan warga yang mengatasnamakan sejumlah kelompok demonstrasi di depan gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (3/5/2016). Mereka mendesak komisioner KPK segera menyelesaikan kasus dugaan suap dalam pembahasan aturan reklamasi Teluk Jakarta dan dugaan penyimpangan dalam pembelian tanah untuk Rumah Sakit Sumber Waras.
"KPK harus segera tangkap Ahok (Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama), harga mati tangkap dan turunkan Ahok. Tangkap Ahok, tangkap Ahok, KPK tidak boleh takut dengan Ahok, pribumi bersatu, kita harus bersatu," kata orator di depan gedung KPK.
Mereka tidak percaya dengan kepemimpinan Ahok. Mereka juga menuntut KPK serius mengusut kasus-kasus itu.
"KPK harus segera tangkap Ahok (Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama), harga mati tangkap dan turunkan Ahok. Tangkap Ahok, tangkap Ahok, KPK tidak boleh takut dengan Ahok, pribumi bersatu, kita harus bersatu," kata orator di depan gedung KPK.
Mereka tidak percaya dengan kepemimpinan Ahok. Mereka juga menuntut KPK serius mengusut kasus-kasus itu.
"Saudara-saudara, kita sudah ditipu oleh KPK, padahal Ahok sudah jelas. KPK sudah melakukan pengkhianatan, pengkhianatan yang dilakukan oleh KPK," katanya.
Mereka menuding kebijakan Ahok membeli tanah untuk RS Sumber Waras telah mengakibatkan kerugian keuangan negara. Mereka mengacu pada data BPK Provinsi DKI Jakarta yang menemukan indikasi kerugian keuangan.
Selain itu, mereka juga memprotes kebijakan Ahok menertibkan pemukiman padat penduduk. Mereka menilai hal itu sebagai bentuk kesewenang-wenangan pemerintah terhadap wong cilik.
Mereka menuding kebijakan Ahok membeli tanah untuk RS Sumber Waras telah mengakibatkan kerugian keuangan negara. Mereka mengacu pada data BPK Provinsi DKI Jakarta yang menemukan indikasi kerugian keuangan.
Selain itu, mereka juga memprotes kebijakan Ahok menertibkan pemukiman padat penduduk. Mereka menilai hal itu sebagai bentuk kesewenang-wenangan pemerintah terhadap wong cilik.
"Ini tidak adil saudara-saudara, tempat yang kita tinggal digusur. Kita harus bersatu melawan," kata dia.
Massa yang demonstrasi, antara lain mengatasnamakan Gerakan Pemuda Islam, Aliansi Masyarakat Jakarta Utara, Laskar Kampung Luar Batang, Walhi, Jaringan Masyarakat Antikorupsi, Laskar Bugis Makassar, dan Gerakan Pribumi Indonesia.
Konsentrasi massa di depan KPK sampai menutup satu lajur jalan raya. Akibatnya, terjadi kemacetan. Semua kendaraan pun dialihkan ke jalur cepat.
Massa yang demonstrasi, antara lain mengatasnamakan Gerakan Pemuda Islam, Aliansi Masyarakat Jakarta Utara, Laskar Kampung Luar Batang, Walhi, Jaringan Masyarakat Antikorupsi, Laskar Bugis Makassar, dan Gerakan Pribumi Indonesia.
Konsentrasi massa di depan KPK sampai menutup satu lajur jalan raya. Akibatnya, terjadi kemacetan. Semua kendaraan pun dialihkan ke jalur cepat.
Suara.com - Kasus reklamasi Teluk Jakarta berawal dari operasi tangkap tangan KPK terhadap Sanusi pada Kamis (31/3/3016) malam. Ketika itu, dia masih menjabat Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Gerindra. Dia diduga menerima suap senilai Rp2 miliar dari Personal Assistant PT. Agung Podomoro Land (Tbk) Trinanda Prihantoro. Uang tersebut diduga titipan dari Presiden Direktur PT. Agung Podomoro Land Ariesman Widjaja.
Sehari setelah itu, Jumat (1/4/2016), Ariesman Widjaja menyerahkan diri ke KPK. Ketiga orang ini telah ditetapkan menjadi tersangka dan KPK terus mendalaminya.
Sedangkan kasus Sumber Waras berawal dari temuan BPKP mengenai adanya indikasi kerugian negara. Kasus tersebut sekarang sedang dalam penanganan KPK.
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Kemendagri Batalkan Mutasi Kepala SMPN 1 Prabumulih, Wali Kota Arlan Terancam Sanksi
-
DPW dan DPC PPP dari 33 Provinsi Deklarasi Dukung M Mardiono Jadi Ketua Umum
-
Menteri HAM Natalius Pigai Sebut Orang Hilang 'Belum Terlihat', YLBHI Murka: Denial!
-
Dari Dirut Sampai Direktur, Jajaran BPR Jepara Artha Kini Kompak Pakai Rompi Oranye
-
Pemeriksaan Super Panjang, Hilman Latief Dicecar KPK Hampir 12 Jam soal Kuota Haji
-
Dikira Hilang saat Demo Ricuh, Polisi Ungkap Alasan Bima Permana Dagang Barongsai di Malang
-
Tito Karnavian: Satpol PP Harus Humanis, Bukan Jadi Sumber Ketakutan
-
Wamenkum Sebut Gegara Salah Istilah RUU Perampasan Aset Bisa Molor, 'Entah Kapan Selesainya'
-
'Abuse of Power?' Kemendagri Sebut Wali Kota Arlan Langgar Aturan Copot Kepala SMP 1 Prabumulih
-
Strategi Baru Senayan: Mau RUU Perampasan Aset Lolos? UU Polri Harus Direvisi Dulu