LSF mendatangi masyarakat Kabupaten Donggala Sulawesi Temgah, Rabu (11/5/2016). [Suara.com/Nikolaus Tolen]
Lembaga Sensor Film(LSF) mendatangi masyarakat Kabupaten Donggala Sulawesi Temgah pada Rabu(11/5/2016). Kedatangan Lembaga yang dipimpin oleh Ahmad Yani Basuki tersebut bertujuan untuk mensosialisasikan atau memperkenalkan kepada masyarakat tentang apa saja fungsi dari LSF itu sendiri.
Seperti yang disampaikan oleh Ketua Komisi I LSF bidang Penyensoran dan Dialog, Imam Suhardjo bahwa tugas lembaganya hanyalah sebagai pengedit atau penyunting atau dulu disebutnya menggunting bagian-bagian yang tidak memberikan tuntunan yang baik dari sebuah film yang ingin dipertontonkan kepada masyarakat.
"Andai kata film itu dilepas saja setelah diproduksi tanpa kita gunting bagian-bagian yang tidak baik, maka nanti yang dilihat oleh masyarakat adalah bukan tuntunan lagi, padahal seharusnya yang memberikan tuntunan. Makanya tugas LSF adalah untuk menyeleksi hal-hal tersebut, sehingga film tersebut dapat memberikan yang terbaik bagi masyarakat," kata Imam dalam sambutannnya di Aula Pemkab Donggala, Sulawesi Tengah.
Dalam acara yang bertajuk 'Masyarakat Sensor Mandiri Wujud Kepribadian Bangsa' tersebut Imam menjelaskan bahwa dalam menggunting sebuah karya berupa film, pihaknya dengan cermat menyeleksi setiap adegan dan dari waktu per waktunya. Namun, kata dia penilaian untuk menilai apakah sebuah film tersebut dinyatakan pantas atau tidak tidak dapat ditandai dengan mengantongi Surat Tanda Lulus Sensor (STSL). Namun, untuk mendapatkan hal tersebut LSF melakukannya dengan melakukan pengguntingan terhadap hal-hal yang tidak baik, tetapi tidak dilakukan secara parsial atau sepotong-sepotong.
"Begini, untuk menyatakan sebuah film itu lulus atau tidak, bisa diketahui dengan adanya STSL. Kalau itu belum ada, berarti kita tidak memberikan izin, dan itu ilegal. Tapi kita juga tidak memotong adegan-adegan tertentu, misalnya anak yang tidak sopan dengan ibunya pada detik atau menit ke berapa. Kita lihat dulu endingnya, bagaiamana, kalau dia menyesal dan bertobat, maka adegan tidak sopannya itu tidak usah dipotong. Kan nggak bagus kalau dia bertobat tanpa ada kesalahannya, kan lucu itu, salahnya apa ya. Nilainya kan, dia bertobat, ada pelajarannya disitu," kata Imam.
Hal senada juga disampaikan oleh rekan Imam, namun berasal dari Komisi II LSF bidang Hukum dan Advokasi, Rommy Fibri Hardianto yang mengatakan bahwa untuk menyensor sebuah film,hal yang perlu dilihat adalah konteks film tersebut. Dia mengambil contoh Film Jenderal Soedirman yang adalah seorang perokok.
"Kalau pemeran Pak Dirmannya nggak rokok, sama saja itu bukan karakter Pak Dirman, padahal kenyataannya Pak Soedriman adalah seorang perokok. Karena itu, pemerannya yang merokok tidak perlu di-cut. Sama halnya orang yang berbikini di Pantai, itu tidak perlu disensor, karena konteksnya di pantai,"kata Rommy yang berperan sebagai moderator dalam acara sosialisasi tersebut.
Namun, dibalik tugas untuk menjadi Polisi moral tersebut, LSF menyadari kekurangannya. Imam mengakui bahwa lembaganya sangat terbatas dalam mengawal film yang beredar. Karena itu, acara sosialisasi bahwa pentingnya Swasensor atau sensor mandiri oleh maasyarakat sangat penting.
"Kami sadar, sebetulnya bahwa kami hanya sedikit, tapi bagaimana kami lakukan itu. Makanya kami ingin menyertai masyarakat untuk melakukan sensor sendiri berdasarkan usianya. Kami minta masyarakat pilih sendiri, film mana yang cocok bagi dia, itulah artinya sensor mandiri itu. Kalau tidak baik pindah ke yang lain saja," kata Imam.
Menyambut kedatangan LSF,pihak Pemerintah Kabupaten dan masyarakat Donggala sangat antusias. Hal itu terbukti dari banyaknya peserta yang hadir sangat aktif untuk berbicara dalam acara yang mengedepankan dialog tersebut. Kabupaten yang dipimpin oleh Kasman Lassa tersebut pun sangat mengapresiasi langkah LSF demi terciptanya film yang baik dan mendidik masyarakat.
"Kami sangat mengapresiasi kepada LSF yang sudah menjadikan Donggala sebagai lokasi untuk sosialisasi ini. Sebuah film harus memberikan pendidikan dan hiburan, karena itu kami berhrap Film kita ke depan akan jauh lebih baik. Sebuah film harus jauh dari pornografi, SARA, Narkoba, dan berbau kekerasan. Kami sangat mendukung LSF untuk melakukan itu," kata Asisten Satu Bupati Donggala, Taufik Yoto Lemba.
Komentar
Berita Terkait
-
28 September: Palu Bangkit dari Luka, Gelar Doa Lintas Agama untuk Korban Gempa
-
Lembaga Sensor Film Menggila, Jakarta World Cinema Dibantai!
-
Tentang Futsal: Ekspresi Diri Anak Muda, Jadi Wadah Reuni Kaum Dewasa
-
Duka di HUT RI ke-80: Gempa Poso Renggut Nyawa, Mensos Kirim Bantuan Ratusan Juta
-
LSF Bela Mati-matian Film Animasi Merah Putih: One For All Meski Dikritik Habis-habisan!
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
KPK Kejar Korupsi Whoosh! Prabowo Tanggung Utang, Penyelidikan Jalan Terus?
-
Ahli Hukum Nilai Hak Terdakwa Dilanggar dalam Sidang Sengketa Tambang Nikel Halmahera Timur
-
Cak Imin Instruksikan BGN Gunakan Alat dan Bahan Pangan Lokal untuk MBG
-
MRT Siapkan TOD Medan Satria, Bakal Ubah Wajah Timur Jakarta
-
Masih Nunggak, Kejagung Sita Aset Musim Mas dan Permata Hijau Group
-
Sultan Najamudin: Semua Mantan Presiden RI yang Telah Berpulang Layak Diberi Gelar Pahlawan
-
Tragis! Siswa Internasional Pahoa Jatuh dari Lantai 8: Fakta Baru Terungkap
-
Bela Soeharto dari Tuduhan Genosida, Fadli Zon: Nggak Pernah Ada Buktinya
-
Korupsi Minyak Pertamina: 8 Tersangka Dilimpahkan ke Pengadilan, Riza Chalid Lolos?
-
KPK Ungkap Modus 'Jatah Preman' Gubernur Riau, PKB: Buka Seterang-terangnya, Siapa di Balik Itu?