Suara.com - Politisi Partai Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat menggelar aksi duduk sejak Rabu (22/6/2016) malam, hingga Kamis (23/6/2016) pagi waktu setempat. Aksi duduk ini dilakukan untuk mendesak pembuatan undang-undang pengendalian senjata api, menyusul pembantaian di Orlando, Florida, beberapa waktu lalu.
Setelah adu mulut sepanjang malam yang hampir diwarnai dengan adu jotos, mayoritas legislator dari Partai Republik mengambil alih kendali ruang sidang. Mereka menegaskan bahwa tidak akan ada pemungutan suara apapun hingga setelah libur Hari Kemerdekaan AS 4 Juli mendatang, termasuk terkait pembuatan undang-undang pengendalian senjata api. Namun, politisi Demokrat memilih tetap bertahan dan melanjutkan aksi mereka.
Puluhan legislator Demokrat sudah ramai-ramai duduk di lantai ruang sidang sejak Rabu siang pukul 11.25 dan masih berada di situ sampai Kamis pagi. Sembari berteriak dan bernyanyi, mereka menuntut agar para legislator kubu Republik mengizinkan digelarnya voting terkait perancangan undang-undang senjata api.
"Kami akan menduduki lantai ruangan DPR... sampai kami bisa memaksa kubu mayoritas untuk melakukan pekerjaan mereka dan memberikan kami voting," kata legislator Debbie Wasserman Schultz kepada CBS "This Morning".
Sekedar informasi, kubu Demokrat di DPR AS hanya memiliki 188 kursi dan menjadi kubu minoritas, sedangkan kubu Republik memiliki 247 perwakilan di DPR. Dengan demikian, para politisi Republik menjadi penentu apakah undang-undang senjata api tersebut akan digarap atau tidak.
"Adalah hal yang amat pengecut, jika mereka tidak memperbolehkan untuk setidaknya menggelar voting," kata Wasserman, yang memimpin Komite Nasional Demokratik.
Taktik aksi duduk ini merupakan strategi yang amat langka di Gedung Capitol, tempat berkantornya para wakil rakyat AS. Aksi yang dilakukan para politisi Demokrat ini menunjukkan betapa pentingnya isu pengendalian senjata setelah pembantaian di Orlando dan penembakan massal lainnya di Connecticut, Colorado, California, dan tempat lainnya dalam beberapa tahun belakangan.
Yang diinginkan kubu Demokrat adalah voting yang membuka jalan dibentuknya undang-undang mengatur pengetatan pemeriksaan latar belakang bagi calon pembeli senjata api. Selain itu, mereka juga ingin agar orang-orang yang masuk daftar hitam pihak berwajib dicegah membeli senjata api.
Aksi duduk di DPR ini dipimpin oleh legislator asal Georgia, John Lewis. Lewis, yang merupakan salah satu tokoh protes kebebasan hak sipil di era tahun 60an, menegaskan bahwa perjuangan untuk memperbarui undang-undang senjata api tidak akan berhenti.
Ketua DPR AS, Paul Ryan, yang berasal dari kubu Republik, menolak tuntutan kubu Demokrat. Ia menegaskan, dirinya tidak akan membuat undang-undang apapun yang akan merampas hak-hak konstitusional para pemilik senjata api.
"DPR fokus pada pemberantasan teroris, bukan merampas hak-hak konstitusional warga yang taat hukum," kata juru bicara Ryan, AshLee Strong. "Dan aksi duduk di lantai tidak akan mengubah keputusan tersebut".
Saat ini, sejumlah legislator Demokrat mulai menghentikan aksinya. Namun, mereka bertekad tidak akan menyerah dan kembali melakukan aksi. (Reuters)
Berita Terkait
-
Pelaku Penembakan Hansip Cakung Ditangkap saat Kabur ke Lampung, Polisi Buru Rekannya
-
Maling Motor Penembak Mati Hansip di Cakung Diringkus Saat Kabur ke Lampung, Senpi Dilacak
-
Detik-detik Hansip di Cakung Tewas Ditembak Maling Motor Usai Tabrak Pelaku, 5 Saksi Diperiksa
-
Dendam Dipolisikan Kasus Narkoba, Carlos dkk Terancam Hukuman Mati Kasus Penembakan Husein
-
Detik-detik Penembak Pengacara Ditangkap: Terkapar di Gang Sempit, Tak Berdaya Saat Pistol Ditemukan
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Penculik Bilqis Sudah Jual 9 Bayi Lewat Media Sosial
-
Bank BJB Batalkan Pengangkatan Mardigu Wowiek dan Helmy Yahya Jadi Komisaris, Ada Apa?
-
Pemain Keturunan Jerman-Surabaya Kasih Isyarat Soal Peluang Bela Timnas Indonesia
-
Laurin Ulrich Bersinar di Bundesliga 2: Makin Dekat Bela Timnas Indonesia?
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
Terkini
-
Profil Marsinah, Aktivis Buruh yang Dianugerahi Gelar Pahlawan oleh Presiden Prabowo
-
Peluk Hangat Anak-anak Soeharto di Istana Usai Terima Gelar Pahlawan Nasional, Titiek Tersenyum
-
Akhir Drama Penculikan Bilqis: Selamat Tanpa Luka, Polisi Ungkap Fakta Mengejutkan
-
Terungkap! 7 Fakta Jaringan Sadis Penculikan Bilqis, Dijual Rp80 Juta ke Suku Anak Dalam
-
Akhirnya Pahlawan! Ini Sederet Fakta di Balik Gelar Nasional Soeharto
-
Babak Baru Korupsi Petral, Siapa Tersangka yang Dibidik Kejagung dan KPK?
-
Dunia Sorot Soeharto Jadi Pahlawan: 'Diktator' Disematkan Gelar Kehormatan oleh Menantunya
-
Jangan Ekstrem! Pesan Tutut Soeharto untuk Pengkritik Gelar Pahlawan Sang Ayah
-
Gelar Pahlawan Tak Hapus Dosa Orde Baru? Respons Putri Soeharto Soal Tuduhan HAM dan Korupsi Ayahnya
-
Soeharto Resmi Ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional, Aktivis Sejarah: Ini Mengkhianati Reformasi