Suara.com - Ketua Dewan Pembina Posko Perjuangan Rakyat (Pospera) Adian Napitupulu menyatakan tidak akan menghadiri undangan rapat verifikasi satu juta KTP dari Teman Ahok, kelompok pendukung Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok ke pencalonan Gubernur DKI Jakarta.
"Saya senang diundang terbuka oleh tim ahli Teman Ahok, I Gusti Putu Artha, walau saya bingung Putu Artha mengundang atau mengancam. Seharusnya mengundang itu bicara baik, halus, lembut, tidak perlu berteriak-teriak. Walau bingung, saya coba memahami bahwa berteriak itu identik dengan kepanikan," kata Adian dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (28/6/2016).
Sebelumnya, Adian mengaku diundang oleh mantan komisioner Komisi Pemilihan Umum I Gusti Putu Artha, yang saat ini bergabung dengan Teman Ahok untuk datang saat acara verifikasi satu juta data KTP.
"Bagaimana mungkin saya membuang waktu selama lima atau enam jam hanya untuk duduk dan mendengar paparan dari kesimpulan cerita yang saya tidak ikuti langsung prosesnya setiap hari. Saya tidak mau buang waktu untuk menyaksikan pengujian yang dilakukan melalui telepon, karena sudah lama saya tidak lagi berminat bermain tebak-tebak buah manggis," ujarnya.
Politikus dari PDI Perjuangan ini memberi saran agar verifikasi bisa dilakukan secara efektif dan efisien. Adian menyebut, Teman Ahok bisa saja menyewa "server" yang bisa memudahkan seluruh masyarakat untuk mengakses verifikasi itu.
Hal itu, menurut Adian, akan lebih efektif dan menghemat pengeluaran dibanding dengan menyiapkan 4.000 relawan untuk memverifikasi satu juta data KTP.
"Caranya gampang, sewa 'server' lalu masukan nama, alamat, dan data lainnya pemilik KTP itu di internet sehingga bisa diakses oleh publik secara langsung. Dan, seluruh pemilih di DKI bisa mencari apakah namanya tercantum atau tidak," jelasnya.
"Kalau kerahasiaan pendukung mau terjaga, masukkan saja nomor KTP, RT RW dan kelurahannya," katanya.
Setahu Adian, harga sewa server yang paling bagus dan berkapasitas besar selama tiga bulan paling mahal hanya Rp100 juta, ditambah biaya "input" Rp200 per data. "Dengan cara ini Teman Ahok bisa menghemat sekitar Rp4,1 miliar," ujar Adian.
Teman Ahok sebelumnya mengatakan akan mengundang sejumlah orang yang meragukan pencapaian satu juta data KTP yang diperoleh Teman Ahok.
Adian pernah mengatakan bahwa meragukan satu juta data KTP Teman Ahok yang ia nilai terlalu cepat terkumpul. Menurutnya, mustahil Teman Ahok bisa mengumpulkan satu juta data KTP hanya dalam tempo Maret hingga Juni 2016.
Di salah satu media massa Teman Ahok mengklaim sudah siapkan 4.000 relawan "berbayar" untuk memverifikasi satu juta KTP. Dengan 4.000 relawan berbayar, setiap relawan berbayar rata rata harus memverifikasi 250 KTP.
"Jika kita hitung secara logis, realistis dan humanis berdasarkan biaya yang sama dengan apa yang dibayarkan Teman Ahok untuk mengumpulkan KTP yaitu 560 KTP per bulan dibayar Rp 2,5 juta berarti per KTP dibiayai Rp4.450," katanya.
Dengan biaya verifikasi KTP Rp4.450, biaya pulsa telepon Rp1.000, biasa SMS Rp350, ongkos Rp1.500, dan biaya lain seperti minum-makan sekitar Rp1.600, maka setiap relawan berbayar akan menerima 250 KTP x Rp4.450, sama dengan Rp1.112.500 per relawan.
Menurut dia, dengan jumlah relawan 4.000 orang maka untuk verifikasi 1 Juta KTP Teman Ahok diperkirakan bisa menghabiskan Rp4,4 miliar.
"Jika angka andai- andai itu benar, tentunya saya merasa miris karena biaya verifikasi KTP itu menghabiskan uang senilai 4 bangunan SD. Kalau boleh saran baiknya hemat saja uang itu untuk hal-hal lain yang lebih berguna untuk rakyat seperti membeli 45 ambulans Teman Ahok daripada membuang uang hanya untuk mendengar tepuk tangan sendiri," jelas Adian.
"Kalau saja Teman Ahok mau sabar hingga 50 hari ke depan bisa menghemat banyak uang karena verifikasi administrasi dan faktual pasti juga dilakukan oleh KPU pada bulan Agustus. Tapi mungkin uang bagi Teman Ahok bukan masalah besar, butuh berapa pun bisa disiapkan dengan mudah, cukup jual kaos, semua biaya beres," katanya. [Antara]
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Pilihan Ban Motor Bebas Licin, Solusi Aman dan Nyaman buat Musim Hujan
- 5 HP Memori 128 GB Paling Murah untuk Penggunaan Jangka Panjang, Terbaik November 2025
- 5 Mobil Keluarga Bekas Kuat Tanjakan, Aman dan Nyaman Temani Jalan Jauh
- Cara Cek NIK KTP Apakah Terdaftar Bansos 2025? Ini Cara Mudahnya!
Pilihan
-
Tidak Ada Nasi di Rumah, Ibu di Makassar Mau Lempar Anak ke Kanal
-
Cuaca Semarang Hari Ini: Waspada Hujan Ringan, BMKG Ingatkan Puncak Musim Hujan Makin Dekat
-
Menkeu Purbaya Mau Bekukan Peran Bea Cukai dan Ganti dengan Perusahaan Asal Swiss
-
4 HP dengan Kamera Selfie Beresolusi Tinggi Paling Murah, Cocok untuk Kantong Pelajar dan Mahasiswa
-
4 Rekomendasi HP Layar AMOLED Paling Murah Terbaru, Nyaman di Mata dan Cocok untuk Nonton Film
Terkini
-
Bencana Ekologis Mengepung Indonesia, Wakil Ketua MPR Desak Pemerintah Percepat Aksi Iklim
-
Belum Hentikan Kasus Arya Daru, Polisi Polisi Buru 'Dalang' Medsos dan Dalami Sidik Jari Misterius
-
Fisik Mulai Pulih, Psikis Belum Stabil: Pemeriksaan F Pelaku Ledakan SMAN 72 Masih Tertunda
-
Babak Baru Kasus Alvaro Kiano: Polisi Dalami Keterlibatan Pihak Lain, Siapa Komplotan Alex?
-
Polda Siapkan Gelar Perkara Khusus Kasus Ijazah Jokowi: Permintaan Roy Suryo Cs Jadi Pemicu?
-
Viral Bocah SD PP Naik KRL Tangerang-Jakarta Demi Sekolah, Rano Karno: Kamu Hebat Nak!
-
Babak Baru Kasus Ijazah Palsu Jokowi: Polisi Gelar Perkara Khusus, Nasib Roy Suryo Cs Ditentukan
-
Jelang Nataru, Polda Metro Jaya Siagakan 1.500 Satpam dan Satkamling
-
Krisis Komunikasi Kasus Arya Daru: Ketika Bahasa Teknis Polisi Gagal Menjawab Keingintahuan Keluarga
-
Pakar UGM: Drama Tumbler Viral Jadi Cerminan Lemahnya Prosedur Layanan Publik