Suara.com - Calon wakil gubernur (Cawagub) DKI Jakarta nomor urut tiga, Sandiaga Uno, mengeluhkan adanya kesan pembiaran terhadap hutan mangrove (bakau) dan terumbu karang di kawasan Kepulauan Seribu oleh Pemprov DKI Jakarta. Justru, kata dia, Pemprov DKI lebih memilih membangun wave barrier di kawasan tersebut, yang menurut dia tidak terlalu punya dampak positif terhadap masyarakat setempat.
"Kalau kita lihat, banyak keluhan warga. Seperti misalnya ini, wave barrier yang dibangun katanya menghabiskan (dana) sampai dengan Rp67 miliar," kata Sandiaga di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (21/1/2017).
Padahal, lanjut dia, daripada anggaran Rp67 miliar tersebut digunakan untuk membangun wave barrier, lebih baik dibangun pemecah ombak yang lebih baik dan ramah lingkungan. Yang dia maksud adalah dengan merawat dan mengembangkan tanaman mangrove dan terumbu karang.
Menurut Sandiaga, mangrove dan terumbu karang selain berfungsi sebagai pemecah ombak, juga menjadikan pemandangan alami dan indah. Hal ini diyakininya akan lebih menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Kepulauan Seribu.
"Padahal kearifan alam itu kan ada sebetulnya, mangrove, hutan bakau, itu lebih mengena. Dan kalau anggaran Rp67 miliar itu bisa digunakan untuk para komunitas di sini, maka akan lebih tinggi dampaknya," tutur Sandiaga.
"Jadi memang butuh kebijakan berbasis kearifan lokal, kearifan alam, sehingga kita tidak memaksakan kehendak pusat untuk menanamkan kebijakan berbasis daratan kan. Memecah ombak ini kan daratan, bukan berbasis kepulauan. Tidak ada pilarnya untuk kemaritiman dan kelautan," ujar Sandiaga menambahkan.
Usai berenang dari Pulau Karya ke Pulau Panggang, yang kemudian dilanjutkan dari Pulau Panggang ke Pulau Pramuka, Sandiaga bersama tim dan simpatisannya melakukan aksi tanam 1.000 bibit bakau di Pulau Pramuka. Menurutnya, semakin banyak pohon bakau yang tumbuh di bibir pantai, maka akan semakin indahlah pulau tersebut.
Sandiaga pun berharap hal tersebut bisa diteruskan dan dilestarikan oleh warga setempat dan pemerintah, sebagai kegiatan pariwisata berbasis konservasi di sana.
"Jadi ini kegiatan positif. Ada pariwisata, tapi berbasis konservasi. Ini kita harapkan nanti di Kepulauan Seribu. Tidak hanya digalakkan pariwisatanya untuk membantu ekonomi di sini, tapi juga jangan sampai kita melalaikan kelestarian lingkungan," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
-
Dampingi Presiden, Bahlil Ungkap BBM hingga Listrik di Sumbar Tertangani Pasca-Bencana
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
Terkini
-
Jawab Desakan Status Bencana Nasional, Seskab Teddy: Pemerintah All Out Tangani Bencana Sumatra
-
Pramono Anung: UMP Jakarta 2026 Sedang Dibahas di Luar Balai Kota
-
Bantah Tudingan Pemerintah Lambat, Seskab Teddy: Kami Sudah Bergerak di Detik Pertama Tanpa Kamera
-
Jelang Mudik Nataru, Pelabuhan Bakauheni Mulai Dipadati Pemudik
-
Bupati Bekasi Diciduk KPK, Pesta Suap Proyek Terbongkar di Pengujung Tahun?
-
KPK Ungkap Ada Pihak yang Berupaya Melarikan Diri pada OTT di Kalsel
-
Mengapa Cara Prabowo Tangani Bencana Begitu Beda dengan Zaman SBY? Ini Perbandingannya
-
Anak SD Diduga Bunuh Ibu di Medan: Kejanggalan Kasus dan Mengapa Polisi Sangat Berhati-hati
-
OTT KPK di Bekasi: Bupati Ade Kuswara Diduga Terima Suap Proyek
-
Roy Suryo Klaim Ijazah Jokowi Tetap Palsu Usai Gelar Perkara Khusus