Pengacara nasabah Pandawa Group Muhammad Linggar Afriyadi (tengah) di Polda Metro Jaya, Rabu (8/2/2017) [suara.com/Agung Sandy Lesmana]
Bos koperasi simpan pinjam Pandawa Group Salman Nuryanto kembali dilaporkan nasabah ke Polda Metro Jaya karena diduga menggelapkan dana.
Dalam laporan menyebutkan sebanyak 72 nasabah menjadi korban dengan nilai uang sebesar Rp5,6 miliar.
"Kami sebetulnya tidak berpedoman bahwa ini mengerucut atau bermuara pada Pandawa tapi pada prinsip utamanya klien kami ini menransfer kemudian menyerahkan uang yang keseluruhannya ada bukti dan faktanya dalam dokumen kami ini semuanya (diserahkan) kepada Yeni Silva. Tapi yang pasti, paling penting di sini adalah leader itu dengan jabatannya itu dia (Yeni) memiliki tanggung jawab dan kewajiban yang lebih," kata pengacara para korban, Muhammad Linggar Afriyadi, usai membuat laporan di Polda Metro Jaya, Rabu (8/2/2017).
Selain Salman, nasabah juga melaporkan lima pimpinan Pandawa Group yakni Bambang Supriyanto, Yeni Silva, Yulia Diningsih, Henry Agus Surisno, dan Rukmo Pradopo.
"Nah, ini kami menunggu, jangan kemudian berharap sebagai korban kemudian ikut melaporkan ini kan menjadi hal yang aneh. Sementara tanpa si leader itu, ini kan menjadi investasi yang bertindak seolah merayu, membujuk, melakukan segala aktivitas sehingga klien kami ini menggelontorkan sejumlah dananya," kata dia.
Linggar mengatakan kelima pimpinan Pandawa Group kini menghilang entah kemana.
"Kami berpikir, oh ini berarti kejahatan pemufakatan jahat, ini terjadi hanya pada Pandawa semata. Jadi leader ini yang grup leader itu dia memiliki kemampuan sendiri untuk otak atik dana orang orang ini. Diputer dimainkan dan sekarang kondisinya terhenti di suatu titik, mereka tiba-tiba menghilang juga," katanya.
Linggar mengatakan 72 korban berasal dari berbagai latar belakang pekerjaan. Ada yang pegawai negeri sipil, anggota polisi, bahkan anggota TNI. Mereka tinggal di Jakarta dan berbagai daerah.
"Ada di Jaksel, ada Jaktim, Depok, Pemalang, ada juga di Brebes semua ada di seluruh wilayah Indonesia. Ada di Jabar di Kuningan, Cikopo," katanya.
Korban telah menyerahkan barang bukti berupa dokumen dan bukti transaksi.
Laporan diterima dengan nomor LP/693/II/2017/PMJ/Ditreskrimsus. Salman dan kelima pimpinan Pandawa Group diduga telah melanggar Pasal 378 KUHP dan atau Pasal 372 KUHP dan atau Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5 Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
Sebelum ini, Salman juga sudah dilaporkan 173 nasabah ke Polda Metro Jaya pada Jumat (3/2/2017). Mereka didampingi pengacara Mikael Marut.
Saat ini, penyidik Polda Metro Jaya bekerjasama dengan sejumlah kepolisian tengah melacak keberadaan Salman.
Dalam laporan menyebutkan sebanyak 72 nasabah menjadi korban dengan nilai uang sebesar Rp5,6 miliar.
"Kami sebetulnya tidak berpedoman bahwa ini mengerucut atau bermuara pada Pandawa tapi pada prinsip utamanya klien kami ini menransfer kemudian menyerahkan uang yang keseluruhannya ada bukti dan faktanya dalam dokumen kami ini semuanya (diserahkan) kepada Yeni Silva. Tapi yang pasti, paling penting di sini adalah leader itu dengan jabatannya itu dia (Yeni) memiliki tanggung jawab dan kewajiban yang lebih," kata pengacara para korban, Muhammad Linggar Afriyadi, usai membuat laporan di Polda Metro Jaya, Rabu (8/2/2017).
Selain Salman, nasabah juga melaporkan lima pimpinan Pandawa Group yakni Bambang Supriyanto, Yeni Silva, Yulia Diningsih, Henry Agus Surisno, dan Rukmo Pradopo.
"Nah, ini kami menunggu, jangan kemudian berharap sebagai korban kemudian ikut melaporkan ini kan menjadi hal yang aneh. Sementara tanpa si leader itu, ini kan menjadi investasi yang bertindak seolah merayu, membujuk, melakukan segala aktivitas sehingga klien kami ini menggelontorkan sejumlah dananya," kata dia.
Linggar mengatakan kelima pimpinan Pandawa Group kini menghilang entah kemana.
"Kami berpikir, oh ini berarti kejahatan pemufakatan jahat, ini terjadi hanya pada Pandawa semata. Jadi leader ini yang grup leader itu dia memiliki kemampuan sendiri untuk otak atik dana orang orang ini. Diputer dimainkan dan sekarang kondisinya terhenti di suatu titik, mereka tiba-tiba menghilang juga," katanya.
Linggar mengatakan 72 korban berasal dari berbagai latar belakang pekerjaan. Ada yang pegawai negeri sipil, anggota polisi, bahkan anggota TNI. Mereka tinggal di Jakarta dan berbagai daerah.
"Ada di Jaksel, ada Jaktim, Depok, Pemalang, ada juga di Brebes semua ada di seluruh wilayah Indonesia. Ada di Jabar di Kuningan, Cikopo," katanya.
Korban telah menyerahkan barang bukti berupa dokumen dan bukti transaksi.
Laporan diterima dengan nomor LP/693/II/2017/PMJ/Ditreskrimsus. Salman dan kelima pimpinan Pandawa Group diduga telah melanggar Pasal 378 KUHP dan atau Pasal 372 KUHP dan atau Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5 Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
Sebelum ini, Salman juga sudah dilaporkan 173 nasabah ke Polda Metro Jaya pada Jumat (3/2/2017). Mereka didampingi pengacara Mikael Marut.
Saat ini, penyidik Polda Metro Jaya bekerjasama dengan sejumlah kepolisian tengah melacak keberadaan Salman.
Tag
Komentar
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
Terkini
-
Grebek Jaringan Online Scam, Otoritas Myanmar Tangkap 48 WNI
-
Prabowo dan Dasco Bertemu di Istana: Bahas Kesejahteraan Ojol hingga Reforma Agraria
-
Bobby Nasution Tak Kunjung Diperiksa Kasus Korupsi Jalan, ICW Curiga KPK Masuk Angin
-
Kontroversi 41 Dapur MBG Milik Anak Pejabat di Makassar, Begini Respons Pimpinan BGN
-
Buntut Putusan MK, Polri Tarik Irjen Argo Yuwono dari Kementerian UMKM, Ratusan Pati Lain Menyusul?
-
Halim Kalla Diperiksa 9 Jam Terkait Korupsi PLTU Mangkrak Rp1,35 Triliun
-
Cegah Lonjakan Harga Jelang Nataru, Prabowo Minta Ganti Menu MBG dengan Daging dan Telur Puyuh
-
Cegah Inflasi Akibat MBG, Pemerintah Rencanakan Pembangunan Peternakan dan Lahan Pertanian Baru
-
Remaja Perempuan Usia 15-24 Tahun Paling Rentan Jadi Korban Kekerasan Digital, Kenapa?
-
Vonis Tiga Mantan Bos, Hakim Nyatakan Kerugian Kasus Korupsi ASDP Rp1,25 Triliun