Proyek normalisasi Kali Ciliwung di Kelurahan Bukit Duri, Jakarta, Senin (9/1). [suara.com/Oke Atmaja]
Pemerintah Provinsi Jakarta akan terus menggenjot proyek normalisasi sungai. Proyek yang dikerjakan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane diyakini Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dapat mengatasi permasalahan banjir yang selalu membayangi warga Jakarta.
"Nasibnya harus tetap normalisasi," kata Ahok di Balai Kota Jakarta, Senin (20/2/2017).
Namun, proyek normalisasi untuk menghilangkan banjir sering menemui kendala, terutama masalah pembebasan lahan warga yang menempati daerah di sekitar sungai.
Itu sebabnya, Ahok meminta warganya untuk secepatnya mengurus surat-surat rumah yang berdiri di daerah yang terkena normalisasi.
"Kalau ada yang punya lahan, saya kan bilang masyarakat segera buat sertifikat atau rumah lama usahakan urus sertifikat," ujar Ahok.
Jika warga memiliki sertifikat lengkap, mereka akan mendapatkan kompensasi dari pemerintah.
Ahok mengatakan pengurusan sertifikat rumah sekarang tidak sulit dan warga tidak lagi dibebankan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan untuk lahan dengan Nilai Jual Obyek Pajak di bawah Rp2 miliar.
"Dulu susah harus (mengurus sertifikat) bayar BPHTB. Sekarang saya gratiskan sudah dapat sertifikat, mau nggak mau kita bayar harga pasar supaya mereka bisa beli tempat lain," kata Ahok.
Lebih jauh, Ahok mengatakan banjir di Jakarta sudah ada sejak dulu. Ketika Ahok pertamakali menjabat di pemerintahan Jakarta, titik banjir mencapai 2.200 titik. Setelah proyek normalisasi berjalan, jumlah titik berkurang. Tahun 2016, tersisa 400-an titik.
Saat ini, kata Ahok, titik banjir jauh berkurang, tinggal sekitar 80 titik, di antaranya di sekitar Kali Sunter, Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.
"Jadi empat tahun kerja, kita baru berhasil 40 persen (menangani banjir)," kata Ahok.
"Saya harus mohon maaf kan situasi kaya gitu, kita udah liat nggak ada cara lain (selain normalisasi). Ini sudah puluhan tahun (banjir) dari zaman gubernur yang dulu kok," Ahok menambahkan.
"Nasibnya harus tetap normalisasi," kata Ahok di Balai Kota Jakarta, Senin (20/2/2017).
Namun, proyek normalisasi untuk menghilangkan banjir sering menemui kendala, terutama masalah pembebasan lahan warga yang menempati daerah di sekitar sungai.
Itu sebabnya, Ahok meminta warganya untuk secepatnya mengurus surat-surat rumah yang berdiri di daerah yang terkena normalisasi.
"Kalau ada yang punya lahan, saya kan bilang masyarakat segera buat sertifikat atau rumah lama usahakan urus sertifikat," ujar Ahok.
Jika warga memiliki sertifikat lengkap, mereka akan mendapatkan kompensasi dari pemerintah.
Ahok mengatakan pengurusan sertifikat rumah sekarang tidak sulit dan warga tidak lagi dibebankan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan untuk lahan dengan Nilai Jual Obyek Pajak di bawah Rp2 miliar.
"Dulu susah harus (mengurus sertifikat) bayar BPHTB. Sekarang saya gratiskan sudah dapat sertifikat, mau nggak mau kita bayar harga pasar supaya mereka bisa beli tempat lain," kata Ahok.
Lebih jauh, Ahok mengatakan banjir di Jakarta sudah ada sejak dulu. Ketika Ahok pertamakali menjabat di pemerintahan Jakarta, titik banjir mencapai 2.200 titik. Setelah proyek normalisasi berjalan, jumlah titik berkurang. Tahun 2016, tersisa 400-an titik.
Saat ini, kata Ahok, titik banjir jauh berkurang, tinggal sekitar 80 titik, di antaranya di sekitar Kali Sunter, Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.
"Jadi empat tahun kerja, kita baru berhasil 40 persen (menangani banjir)," kata Ahok.
"Saya harus mohon maaf kan situasi kaya gitu, kita udah liat nggak ada cara lain (selain normalisasi). Ini sudah puluhan tahun (banjir) dari zaman gubernur yang dulu kok," Ahok menambahkan.
Komentar
Berita Terkait
-
Ciliwung Meluap usai Hujan Deras, 20 RT di Jakarta Terendam Banjir
-
Ojol Tewas, Ahok Sebut DPR Takut: Kenapa Tidak Berani Terima Orang Demo?
-
Ahok Ikut Komentar Soal Kenaikan Gaji Anggota DPR: Mau Rp1 Miliar Sebulan Oke
-
Ahok Tak Masalah kalau Gaji Anggota DPR Rp1 Miliar Sebulan, Tapi Tantang Transparansi Anggaran
-
Jakarta Masih Banjir, Pramono Siapkan Pembebasan Lahan di Ciliwung Demi Percepat Normalisasi
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Wamenkomdigi: Pemerintah Harus Hadir untuk Memastikan AI Jadi Teknologi yang Bertanggung Jawab
-
Gubernur Riau Jadi Tersangka KPK! Kemendagri Siapkan Pengganti Sementara
-
Pramono Anung Rombak Birokrasi DKI: 1.842 Pejabat Baru, Janji Pelayanan Publik Lebih Baik
-
Gubernur Riau Jadi Tersangka, PKB Proses Status Kader Abdul Wahid Secara Internal
-
Raperda KTR DKI Disahkan! Ini Titik-Titik yang Dilarang untuk Merokok dan Jual Rokok
-
BNN Gerebek Kampung Bahari, 18 Orang Ditangkap di Tengah Perlawanan Sengit Jaringan Narkoba
-
KPK Kejar Korupsi Whoosh! Prabowo Tanggung Utang, Penyelidikan Jalan Terus?
-
Ahli Hukum Nilai Hak Terdakwa Dilanggar dalam Sidang Sengketa Tambang Nikel Halmahera Timur
-
Cak Imin Instruksikan BGN Gunakan Alat dan Bahan Pangan Lokal untuk MBG
-
MRT Siapkan TOD Medan Satria, Bakal Ubah Wajah Timur Jakarta