Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda dan PPI Amsterdam menggelar diskusi bertajuk Understanding Indonesia: Exploring Decentralization in a Highly Pluralistic Nation dengan mengundang Elizabeth Pisani sebagai narasumber. Diskusi rutin yang diberi nama Lingkar Inspirasi ini dihadiri tidak kurang dari 50 pelajar Indonesia maupun internasional yang tengah menuntut ilmu di Belanda. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin (20/2/2017) pukul 18.00 waktu setempat, berlokasi di gedung Vrije Universiteit Amsterdam, Belanda.
Elizabeth Pisani merupakan seorang jurnalis dan epidemiologist berkebangsaan United Kingdom dan Amerika Serikat yang memiliki ketertarikan terhadap Indonesia sejak ia memulai karir di kantor berita international Reuters di London.
Lingkar Inspirasi dibuka oleh Ketua PPI Amsterdam, Fahmi Fathurrahman, serta dilanjutkan sambutan dari Wakil Kepala Perwakilan KBRI di Belanda, Bapak Ibnu W. Wahyutomo, yang secara ringkas menyambut baik kedatangan Elizabeth Pisani dan para pembicara serta menyampaikan bahwa diskusi tersebut diharapkan dapat semakin membuka wawasan para pelajar Indonesia di Belanda mengenai topik terkait.
Dalam diskusi kali ini, Elizabeth mengemukakan pengetahuan serta pemikirannya mengenai desentralisasi di Indonesia, dimulai dari sejarah hingga sisi positif dan negatif pemberlakuan otonomi daerah bagi masyarakat. Dalam sudut pandang Elizabeth, desentralisasi muncul sebagai buah dari aspirasi rakyat yang ingin mengeksistensikan keberadaan daerahnya sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) agar tak melulu konsep Jakarta atau Jawa-sentris yang ditawarkan. "Alasan lainnya ialah demi peningkatan ekonomi terkait pemberdayaan sumber daya alam dan manusia yang dimiliki daerah tersebut," kata Elizabeth.
Sebelum era reformasi dimulai pada tahun 1999, Indonesia memiliki sekitar 295 kabupaten dan kota. Kini, Indonesia telah memiliki 514 kabupaten dan kota dengan sistem pemilihan kepala daerah yang dipilih secara langsung oleh warga. Setiap kepala daerah memiliki gaya kepemimpinan masing-masing. Hal positif dari adanya desentralisasi inilah yang kemudian mampu memunculkan kepala-kepala daerah yang potensial dan beragam.
Dalam kaitannya dengan masyarakat yang pluralis, Elizabeth berkata, “Frase ‘putra-putri daerah’ dan ‘pendatang’ sering ‘ku dengar selama aku berkeliling ke pelosok di Indonesia”. Pluralisme yang tengah terjadi hingga level daerah ini menurutnya merupakan kesempatan besar dari segi peningkatan perekonomian. Namun, sesungguhnya yang terjadi saat ini adalah masih banyaknya daerah yang porsi keterlibatan dalam perekonomian antara warga lokal dan pendatang tidak terintegrasi dengan baik dibandingkan dengan kota-kota besar. "Ditambah lagi dengan level pendidikan yang berbeda, kesempatan bisnis dicemaskan akan lebih bertumpu kepada pendatang. Hal ini tentunya merupakan tantangan yang patut disorot," ujar Elizabeth.
Selain Elizabeth Pisani, dua pembicara lain turut didatangkan untuk melengkapi topik diskusi, yakni Fredrick Dermawan Purba (PhD Candidate - Medical Psychology and Psychotherapy, Erasmus Medical Center Rotterdam), yang mengupas penelitiannya tentang kualitas kehidupan masyarakat Indonesia pada beberapa regional di Indonesia, termasuk masyarakat yang tinggal di pinggir Kali Ciliwung. Pembicara berikutnya ialah Retna Hanani (PhD Candidate - Social Science, Universiteit van Amsterdam) yang mengangkat topik pelayanan kesehatan dan peningkatan kesejahteraan sebagai isu ‘primadona’ pada kampanye pemilihan kepala daerah di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Salah satu hal menarik yang disampaikan oleh Fredrick atau yang akrab dipanggil Jecky, bahwa dalam kasus masyarakat pinggir Kali Ciliwung tidak terdapat korelasi yang signifikan antara tingkat kebahagiaan, sebagai salah satu faktor kualitas kehidupan, dengan tingkat pendapatan. “Hal ini mungkin disebabkan oleh tipikal masyarakat Indonesia yang bersyukur terhadap apapun yang dimiliki”, imbuhnya. Salah satu peserta, Abellia Anggi Wardani, turut menambahkan bahwa ia pernah melakukan penelitian sejenis dan dapat diketahui bahwa kebahagiaan masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai disebabkan pula oleh tingginya sense of belonging antar warga.
Baca Juga: Mendagri: Otonomi Daerah Harus Diawasi Pemerintah Pusat
Menyambung topik kualitas kehidupan masyarakat, dalam diskusi kali ini Retna Hanani atau yang biasa dipanggil Hana berbagi pemikirannya mengenai perbedaan pendekatan yang dilakukan oleh kepala daerah dalam menyusun kebijakan perihal kesehatan di daerah masing-masing. Contoh yang disebutkan adalah Kota Jakarta, Kabupaten Jembrana, dan Kabupaten Tabanan. Di samping itu, Hana turut mengemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan kebijakan kepala daerah tersebut, di antaranya keberadaan mafia di balik layar yang mendukung kandidat tertentu, mass mobilization, atau pengaruh dari mesin politik.
Tingginya antusiasme peserta dalam mengikuti diskusi nampak dari banyaknya pertanyaan yang dikemukakan, termasuk pertanyaan dari WNI yang sedang berada di Indonesia, Awangga Lazuardi Rendra, yang ia kemukakan melalui akun instagram PPI Amsterdam yang tengah melakukan siaran langsung Lingkar Inspirasi melalui feature Instagram Live. Ia bertanya mengenai pandangan Elizabeth terhadap keberagaman agama di Indonesia yang dikaitkan dengan politik serta cara masyarakat Indonesia menghadapinya. Secara umum, Elizabeth menanggapi bahwa apabila terdapat kisruh destruktif yang terjadi, maka hal ini tidak mencerminkan karakter mayoritas dari masyarakat Indonesia yang pluralis. Oleh karena itu, tidak sepatutnya masyarakat menaruh banyak porsi perhatian terhadap isu tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- 7 Rekomendasi Parfum Terbaik untuk Pelari, Semakin Berkeringat Semakin Wangi
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
- 8 Moisturizer Lokal Terbaik untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Solusi Flek Hitam
- 15 Kode Redeem FC Mobile Aktif 10 Oktober 2025: Segera Dapatkan Golden Goals & Asian Qualifier!
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Tiga Notaris Jadi Saksi Kunci, KPK 'Kuliti' Skema Mafia Tanah Tol Sumatera
-
Tragedi Ponpes Al Khoziny: Identifikasi Korban Terus Berlanjut, 53 Jenazah Teridentifikasi!
-
Nobel Perdamaian 2025 Penuh Duri: Jejak Digital Pro-Israel Penerima Penghargaan Jadi Bumerang
-
Birokrasi Jadi Penghambat Ambisi Ekonomi Hijau Indonesia? MPR Usul Langkah Berani
-
Jejak Korupsi SPBU Ditelusuri, KPK dan BPK Periksa Eks Petinggi Pertamina
-
'Tsunami' Darat di Meksiko: 42 Tewas, Puluhan Hilang Ditelan Banjir Bandang Mengerikan
-
Prajurit TNI Gagalkan Aksi Begal dan Tabrak Lari di Tol Kebon Jeruk, 3 Motor Curian Diamankan
-
Di The Top Tourism Leaders Forum, Wamendagri Bima Bicara Pentingnya Diferensiasi Ekonomi Kreatif
-
KPK Bongkar Akal Bulus Korupsi Tol Trans Sumatera: Lahan 'Digoreng' Dulu, Negara Tekor Rp205 M
-
Buntut Tragedi Ponpes Al Khoziny, Golkar Desak Pesantren Dapat Jatah 20 Persen APBN