Demonstrasi peringatan hari buruh internasional [suara.com/Bowo Raharjo]
Hari ini, pekerja dari berbagai daerah memperingati Hari Buruh Internasional di Jakarta.
Dalam orasi di depan depan kantor Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Sekretaris Jenderal Gabungan Serikat Buruh Indonesia Emilia Yanti Siahaan menyinggung kebijakan penertiban pemukiman warga yang sering dilakukan Ahok dan Djarot Saiful hidayat.
"Rakyat kecil, miskin di pinggir kota Jakarta jadi korban utama penggusuran. Dalih yang digunakan DKI adalah menata kota dan memberi jalur penghijauan," ujar Emilia di atas mobil komando.
Emilia tidak bisa menerima alasan pemerintah menata kota dengan cara memindahkan tempat tinggal warga. Pasalnya, relokasi akan mempengaruhi mata pencaharian warga.
Menurut Emilia penyebab banjir di Jakarta bukan pemukiman warga, melainkan bertambahnya jumlah kendaraan.
"Apa yang membuat macet dan banjir? Bukanlah karena padat dan banyaknya rumah kumuh. Tapi kemacetan disebabkan banyaknya produksi transportasi," kata dia.
Lebih jauh Emilia menilai penambahan serta pelebaran ruas jalan hanya menguntungkan industri otomotif.
"Ini menunjukkan bahwa pemprov DKI perpanjangan tangan rezim Jokowi-JK akan berlaku yang sama, menindas rakyat jelata, miskin. Termasuk Ahok yang mengeluarkan pergub membatasi mengemukakan pendapat," kata Emilia.
May Day di Tugu Tani
Sebagian buruh berkumpul di depan kantor Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta, kawasan Tugu Tani.
Konsentrasi massa di sana mengakibatkan arus lalu lintas macet, terutama dari arah Jalan Kebon Sirih menuju Tugu Tani.
Pekerja yang berkumpul di Tugu Tani, di antaranya dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia, Federasi Serikat Pekerja LEM, Federasi Serikat Pekerja Mandiri, dan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia.
Isu yang mereka angkat yaitu menetapkan kembali upah minimum sektor provinsi dan revisi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang pesangon, menolak upah murah dan menolak penghapusan outsourcing serta pencabutan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang pengupahan.
Dalam orasi di depan depan kantor Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Sekretaris Jenderal Gabungan Serikat Buruh Indonesia Emilia Yanti Siahaan menyinggung kebijakan penertiban pemukiman warga yang sering dilakukan Ahok dan Djarot Saiful hidayat.
"Rakyat kecil, miskin di pinggir kota Jakarta jadi korban utama penggusuran. Dalih yang digunakan DKI adalah menata kota dan memberi jalur penghijauan," ujar Emilia di atas mobil komando.
Emilia tidak bisa menerima alasan pemerintah menata kota dengan cara memindahkan tempat tinggal warga. Pasalnya, relokasi akan mempengaruhi mata pencaharian warga.
Menurut Emilia penyebab banjir di Jakarta bukan pemukiman warga, melainkan bertambahnya jumlah kendaraan.
"Apa yang membuat macet dan banjir? Bukanlah karena padat dan banyaknya rumah kumuh. Tapi kemacetan disebabkan banyaknya produksi transportasi," kata dia.
Lebih jauh Emilia menilai penambahan serta pelebaran ruas jalan hanya menguntungkan industri otomotif.
"Ini menunjukkan bahwa pemprov DKI perpanjangan tangan rezim Jokowi-JK akan berlaku yang sama, menindas rakyat jelata, miskin. Termasuk Ahok yang mengeluarkan pergub membatasi mengemukakan pendapat," kata Emilia.
May Day di Tugu Tani
Sebagian buruh berkumpul di depan kantor Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta, kawasan Tugu Tani.
Konsentrasi massa di sana mengakibatkan arus lalu lintas macet, terutama dari arah Jalan Kebon Sirih menuju Tugu Tani.
Pekerja yang berkumpul di Tugu Tani, di antaranya dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia, Federasi Serikat Pekerja LEM, Federasi Serikat Pekerja Mandiri, dan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia.
Isu yang mereka angkat yaitu menetapkan kembali upah minimum sektor provinsi dan revisi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang pesangon, menolak upah murah dan menolak penghapusan outsourcing serta pencabutan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang pengupahan.
Komentar
Berita Terkait
-
Tangkap 14 Pendemo Anarkis di Hari Buruh, Polisi: Mereka Penyusup, Diduga dari Kelompok Anarko
-
Wakil Ketua DPR Cucun: Komitmen Presiden Prabowo di May Day 2025 Jadi Angin Segar Perburuhan
-
Kenapa Ada Hari Buruh? Ini Sejarah di Balik Hari Libur Tanggal 1 Mei
-
Aksi Peringatan Hari Buruh di Sejumlah Daerah Indonesia
-
Ikut Aksi May Day di Depan DPR, Eka The Brandals: Seniman Juga Buruh, Kita Mau Menghibur Teman-teman
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
Terkini
-
Pimpin Ziarah Nasional di TMPNU Kalibata, Prabowo: Jangan Sekali-sekali Lupakan Jasa Pahlawan
-
Ketua DPD Raih Dua Rekor MURI Berkat Inisiasi Gerakan Hijau Nasional
-
Jadwal dan Lokasi SIM Keliling Jakarta Hari Ini, Senin 10 November 2025
-
Kondisi Terduga Pelaku Ledakan SMA 72 Jakarta Membaik Usai Operasi, Polisi Fokus Pemulihan
-
Buntut Tragedi SMA 72 Jakarta, Pemerintah Ancam Blokir Game Online Seperti PUBG
-
Polemik Pahlawan Nasional: Soeharto Masuk Daftar 10 Nama yang akan Diumumkan Presiden Prabowo
-
Soeharto, Gus Dur, Hingga Marsinah Jadi Calon Pahlawan Nasional, Kapan Diumumkan?
-
Motif Pelaku Ledakan di SMAN 72: KPAI Sebut Dugaan Bullying hingga Faktor Lain
-
Siswa SMAN 72 Terapkan Pembelajaran Online 34 Hari untuk Redam Trauma Usai Ledakan
-
Garis Polisi di SMA 72 Dicabut, KPAI Fokus Pulihkan Trauma Ratusan Siswa dan Guru