Suara.com - Berpacaran seusai santap sahur di tempat-tempat umum atau biasa disebut “asmara Subuh”, menjadi fenomena yang kerap ditemui di berbagai daerah Indonesia pada bulan Ramadan, tak terkecuali Sumatera Utara.
Bahkan, Sosiolog Universitas Sumatera Utara (USU) Profesor Dr Badaruddin MA, Sabtu (3/6/2017), menuturkan “asmara subuh" merupakan budaya di masyarakat yang sulit dihilangkan.
"Istilah ‘asmara subuh’ sudah sejak dari dulu, biasanya dilakukan sekelompok pemuda dengan pasangannya yang bertujuan mengisi kekosongan menjelang pagi hari. Namun dinilai kurang beretika di masyarakat," kata Badaruddin.
Apalagi, menurut dia, tempat berkumpul pasangan remaja itu ada yang berada di pinggir pantai, pinggiran jalan, di taman bunga, dan tempat-tempat umum lainnya.
"Hal tersebut, jelas merusak pemandangan mata, karena para remaja itu memadu kasih, di saat bulan suci Ramadhan, dan juga dilarang oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)," ujar Badaruddin.
Ia menyebutkan, kegiatan asmara subuh itu juga dilakukan di kawasan Jalan Ringroad Kecamatan Sunggal dengan konvoi menggendarai sepeda motor, dan juga ugal-ugalan yang dapat membahayakan warga masyarakat.
Bahkan, aktivitas asrama subuh berupa balapan liar itu, sudah sering ditertibkan aparat kepolisian.
"Namun, mereka melaksanakannya secara berpindah-pindah dan sulit dipantau pihak berwajib," ucapnya.
Baca Juga: 16 WNI yang Terjebak di Marawi Kembali ke Indonesia Malam Ini
Badaruddin mengatakan, upaya untuk menghilangkan budaya ‘asmara subuh’ itu, bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan MUI, tetapi juga peranan para orang tua melarang anak mereka yang masih remaja agar tidak ke luar rumah.
Hal tersebut, merupakan salah satu upaya agar menekan semakin berkurangnya remaja melaksanakan asrama subuh yang dianggap tidak memberikan manfaat, melainkan hanya hura-hura.
Selain itu, ‘asmara subuh’ dianggap bentuk pelanggaran etika dan moral, serta perilaku yang menyimpang dari tinjauan agama, serta nilai-nilai Islami.
"Larangan tersebut dikarenakan, kegiatan asmara subuh tersebut dapat membatalkan ibadah puasa, dan juga mengundang pikiran jahat pada bulan Ramadhan itu," kata mantan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) USU itu.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
- 5 Promo Asus ROG Xbox Ally yang Tidak Boleh Dilewatkan Para Gamer
Pilihan
-
Bahlil Vs Purbaya soal Data Subsidi LPG 3 Kg, Pernah Disinggung Sri Mulyani
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Baterai Besar Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
-
Dapur MBG di Agam Dihentikan Sementara, Buntut Puluhan Pelajar Diduga Keracunan Makanan!
-
Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
Terkini
-
Menkes Budi Tegaskan Peran Kemenkes Awasi Keamanan Program Makan Bergizi Gratis
-
Terungkap! Ini Rincian 'Tarif Sunat' Dana Hibah yang Bikin Eks Ketua DPRD Jatim Kusnadi Kaya
-
Demi Buktikan Bukan Pembunuhan, Polisi akan 'Buka-bukaan' 20 CCTV ke Keluarga Arya Daru
-
'Mari Bergandeng Tangan': Disahkan Negara, Mardiono Serukan 'Gencatan Senjata' di PPP
-
Fakta Mengejutkan 'Bjorka KW': Bukan Ahli IT dan Tak Lulus SMK, Belajar Retas Otodidak dari Medsos
-
Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ambruk, DPR Sebut Konstruksi Bangunan Tak Ideal
-
Viral di MRT, Lansia 73 Tahun Ini Ditangkap dan Punya 23 Kasus Kriminal
-
Bukan Bjorka Asli! Polisi Bekuk Pemuda Minahasa Usai yang Klaim 4,9 Juta Data Nasabah Bank
-
Jejaring Penyuap Eks Ketua DPRD Jatim dalam Kasus Dana Hibah Pokmas Mulai 'Diangkut' KPK
-
'Ruangnya Dibuka Seluas-luasnya': DPR Respons Positif Usulan Sistem Pemilu dari Perludem