Suara.com - Sejak pertamakali mengetahui aksi mahasiswa Universitas Gunadarma melakukan bullying terhadap rekan mereka bernama Farhan, Masyarakat Peduli Hak-hak Penyandang Disabilitas langsung turun tangan.
Masyarakat Peduli Hak-hak Penyandang Disabilitas telah mendapatkan masukan dari 303 organisasi, komunitas, dan perorangan disabilitas. Pernyataan sikap bersama mereka dibacakan oleh 30 organisasi disabilitas.
Ketika itu, Masyarakat Peduli Hak-hak Penyandang Disabilitas memberi masukan mulai dari cara penanganan, membangun aksesibilitas di kampus bagi mahasiswa yang berkebutuhan khusus, pedoman berinteraksi dengan disabilitas dan proses sanksi hukum dan sanksi sosial yang harus ditetapkan pada para pelaku serta mensosialisasikan UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.
"Sayangnya masukan ini hampir semua tidak ada yang diindahkan pihak Universitas Gunadarma dalam memproses para pelaku," kata Hari Kurniawan dari LBH Disabilitas.
Kurniawan menilai berita di beberapa media pagi ini menunjukkan pihak universitas terkesan memberi maaf pada para pelaku dengan alasan yang mereka lakukan terhadap Farhan hanya keisengan, spontanitas, kebiasaan yang dilakukan anak-anak dan tidak ada unsur bullying.
Menurut Kurniawan hal ini berbeda dengan keterangan keluarga saat Masyarakat Peduli Hak-hak Penyandang Disabilitas berkunjung ke rumah keluarga Farhan hari Rabu (18/7/2017).
Ayah korban menyampaikan bahwa frekuensi penyerangan terhadap korban Farhan sering dilakukan sejak semester satu. Dan pernyataan Farhan yang mengatakan rekaman itu adalah mekanisme pertahanan diri setelah sekian banyak perilaku teman-temannya kepada korban.
"Itu disampaikan MF bahwa dirinya sudah tidak tahan atas perilaku teman-teman kampusnya selama ini. MF juga sebelumnya tidak pernah melawan. Perilaku itu mulai dari mengambil laptop, hp, buku, menutup pintu ketika korban pulang sampai dan tindakan lainnya yang melecehkan martabat," kata Kurniawan.
Menurut Kurniawan hal itu mengartikan ada kesan justru yang memaafkan kampus bukan dari keluarga korban.
"Tentunya sikap permisif kampus sangat menyakitkan rasa kemanusiaan atas perilaku bullying yang selama ini menimpa MF. Kenyataannya keluarga sangat terpukul atas pengakuan MF dan belum bisa memaafkan para pelaku," kata dia.
Orangtua korban juga mengungkapkan kekagetannya yang menyebabkan sangat terpukul atas pengakuan Farhan bahwa perilaku seperti ini sudah biasa dan sering dilakukan teman-teman kampusnya.
Selama ini MF tidak melaporkan karena melindungi teman-temannya agar tidak dimarahi dosen dan mendapat nilai jelek. Farhan juga menyampaikan tidak memberi tahu orang tua karena tidak mau membuat susah.
"Mungkin kalau tidak ada video tersebut MF tetap bersikap yang sama, melindungi teman-temannya. Hal itu disampaikan orangtua MF kemarin kepada MPHPD. Keluarga melalui salah satu kakaknya juga menyampaikan sudah pernah bertemu baik-baik dengan para pelaku di kampus, namun pelaku menghindar," kata Kurniawan.
Untuk itu, kemarin keluarga menyampaikan situasi ketidakpuasan dan ketidaknyamanan atas proses di kampus dengan menyampaikan ke awak media yang datang ke rumah. Dengan tegas ayah korban menyampaikan bila hasil di kampus tidak memuaskan maka keluarga secara langsung meminta kepada kepolisian yang saat itu dihadiri Kanit PPA Polda Metro Jaya Endang untuk memproses secara hukum.
"Artinya kampus sama sekali tidak memperhatikan psikologis keluarga korban yang sedang dirundung kesedihan. Ibu Korban menyampaikan sangat terpukul. Kakak korban F juga menyampaikan ada tekanan dari keluarga para ‘pelaku’ yang disinyalir punya posisi dalam berbagai bidang," kata Kurniawan.
Berita Terkait
-
Algoritma Menggoda: Saat Konten Bullying Dijadikan Hiburan Publik dan Viral
-
Campaign Anti-Bullying, Suara.com dan BLP UNISA Kunjungi SMA Mutiara Persada
-
Peer Preasure dan Norma Feminitas: Ketika Bullying Halus Menyasar Perempuan
-
Korban Bullying Memilih Bungkam, Ada Sebab Psikologis yang Jarang Disadari
-
CERPEN: Garda Terdepan
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
Stop Tahan Ijazah! Ombudsman Paksa Sekolah di Sumbar Serahkan 3.327 Ijazah Siswa
-
10 Gedung di Jakarta Kena SP1 Buntut Kebakaran Maut Terra Drone, Lokasinya Dirahasiakan
-
Misteri OTT KPK Kalsel: Sejumlah Orang Masih 'Dikunci' di Polres, Isu Jaksa Terseret Menguat
-
Ruang Kerja Bupati Disegel, Ini 5 Fakta Terkini OTT KPK di Bekasi yang Gegerkan Publik
-
KPK Benarkan OTT di Kalimantan Selatan, Enam Orang Langsung Diangkut
-
Mendagri Tito Dampingi Presiden Tinjau Sejumlah Titik Wilayah Terdampak Bencana di Sumbar
-
Pramono Anung: 10 Gedung di Jakarta Tidak Memenuhi Syarat Keamanan
-
Ditantang Megawati Sumbang Rp2 Miliar untuk Korban Banjir Sumatra, Pramono Anung: Samina wa Athona
-
OTT Bekasi, KPK Amankan 10 Orang dan Segel Ruang Bupati
-
OTT KPK: Ruang Kerja Bupati Bekasi Disegel, Penyelidikan Masih Berlangsung