Suara.com - Dalam beberapa pekan terakhir, polisi kembali membongkar kejahatan siber dengan modus memeras lewat telepon oleh warga Cina yang beroperasi di Indonesia. Korban-korban mereka merupakan warga Cina yang berada di negeri Tirai Bambu.
Korban yang diincar tak hanya pejabat negara yang berkasus, melainkan juga orang-orang tajir bermasalah.
"Mereka lakukan ini tidak hanya kepada pejabat negara. Seperti disampaikan bahwa mereka ini ada yang berperan melakukan ilegal akses terhadap calon korban yang mempunyai rekening jumlah cukup besar," kata Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Didik Sugiarto di Polres Bandara Soekarno-Hatta, Kamis (3/8/2017).
Modus operandi sindikat tersebut mirip dengan kasus penipuan melalui pesan singkat yang terjadi di Indonesia.
"Di Indonesia kan ada juga sindikat semacam ini. Yang lokal, yang kadang-kadang minta pulsa, yang dikirimkan rekening, salah kirim nomor. Modusnya mirip-mirip semacam itu. Tapi ini lebih teroganisir lintas negara," kata Didik.
Didik tidak menyebutkan siapa dan berapa jumlah pejabat dan orang kaya di Cina yang berhasil ditipu.
Didik hanya menyebutkan bahwa sindikat tersebut berhasil meraup keuntungan hampir Rp6 triliun.
"Korban sudah banyak, dalam satu tahun kurang ada puluhan triliun di seluruh wilayah Cina, tapi sindikat yang bekerja di Indonesia kurang lebih enam triliun dalam setahun," kata dia.
Kasus tersebut terungkap setelah sebagian korban melapor ke kepolisian Cina dan kemudian ditindaklanjuti dengan kerjasama dengan kepolisian Indonesia.
Sebanyak 148 anggota sindikat berhasil digulung dari sejumlah tempat, di antaranya Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Hari ini, para pelaku diserahkan kepada Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM untuk kemudian dideportasi.
Kepolisian Cina sudah menyiapkan dua pesawat untuk membawa mereka ke Cina untuk diadili.
Berita Terkait
-
Jangan Sampai Jadi Korban Berikutnya! Kenali 7 Ciri Investasi Bodong dari Akun Centang Biru
-
Niat Sedekah Rp2 Ribu, Harta Rp58 Juta Malah Amblas Digasak Komplotan Hipnotis Berkedok Religius
-
Fakta Mengejutkan 'Bjorka KW': Bukan Ahli IT dan Tak Lulus SMK, Belajar Retas Otodidak dari Medsos
-
Bukan Bjorka Asli! Polisi Bekuk Pemuda Minahasa Usai yang Klaim 4,9 Juta Data Nasabah Bank
-
5 Fakta Terciduknya Keluarga Mafia Judi: 16 Anggota Divonis Mati
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Rakor Kemendagri Bersama Pemda: Pengendalian Inflasi sampai Imbauan Evaluasi Kenaikan Harga
-
Cegah Pencatutan Nama Buat Korupsi, Kemenkum Wajibkan Verifikasi Pemilik Asli Perusahaan via Notaris
-
Siap Rekonsiliasi dengan Kubu Agus, Mardiono Sebut Akan Difasilitasi 'Orang-orang Baik', Siapa?
-
Demo di Tengah Reses DPR: Mahasiswa Gelar 'Piknik Protes' Sambil Baca Buku, Cara Unik untuk Melawan
-
IETD 2025: Energi Bersih Bisa Jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Bagaimana Caranya?
-
Berkaca dari Kasus Al-Khoziny, DPR Usulkan Pemerintah Beri Subsidi IMB untuk Pondok Pesantren
-
Susul Viral Tepuk Sakinah, Kini Heboh Tepuk Pajak dari Pegawai DJP
-
Di Depan Perwakilan Keluarga, Polisi Akui Belum Temukan HP Pribadi Arya Daru
-
Demo di DPR, Koalisi Sipil hingga Mahasiswa Desak Hentikan Represi dan Bebaskan Tahanan Politik
-
HUT ke-80 TNI di Monas Hasilkan 126,65 Ton Sampah!