Suara.com - Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Achmad Mubarok menilai tidak ada yang wah dari pertemuan mantan Presiden Megawati Soekarnoputri dan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam acara perayaan HUT RI yang ke 72 di Istana Merdeka, Kamis (17/8/2017).
"Jadi saya kira bukan karena ada yang ngatur, tapi kebetulan," kata Mubarok kepada Suara.com, Jakarta, Jumat (18/8/2017).
Mubarok mengatakan kedua tokoh memang sudah 10 tahun tak pernah bertemu di acara-acara kenegaraan yang diselenggarakan di Istana. Megawati tidak pernah menghadiri undangan Istana selama Yudhoyono menjadi Presiden dua periode. Begitu juga Yudhoyono, setelah tak menjabat, tidak menghadiri undangan Presiden Joko Widodo pada dua tahun pertama pemerintahan.
Baru pada perayaan HUT RI yang ke 72 tahun, akhirnya mereka sama-sama datang dan bertemu.
"Ini kan karena (HUT RI ke 72) Bu Mega datang. Dulu (waktu SBY jadi presiden) Bu Mega nggak mau datang ke Istana. Nah, kali ini yang ngundang Pak Jokowi, Bu Mega datang, Pak SBY datang, jadi ketemu," kata dia.
"Ini menarik dan baru terlaksana pada masa Pak Jokowi. Pak SBY dari dulu kepengin (ada pertemuan SBY-Mega)," Mubarok menambahkan.
Mubarok kemudian menjelaskan kenapa Yudhoyono tidak menghadiri undangan Jokowi pada peringatan hari kemerdekaan tahun lalu. Ketika itu, katanya, Yudhoyono menghadiri acara di tempat lain.
"Kalau (tahun) kemarin nggak hadir kan karena lagi di luar. Kalau Pak SBY di dalam kota, pasti hadir. Yang lalu itu karena beliau tidak ada di Tanah Air. Dari dulu itu Pak SBY maunya hadir," ujar dia.
Mubarok menilai pertemuan kedua elite tersebut sebagai bagian dari proses pendekatan politik. Sebelum itu, putra sulung Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono, juga datang ke Istana dan bertemu Jokowi dalam rangka memberikan surat undangan.
"Kemarin, sebelum Yudhoyono Institute launching, AHY (anak SBY, Agus Harimurti Yudhoyono) kan ketemu Presdien Jokowi. Itu kan untuk minta restu launching Yudhoyono Institute. Jadi ini juga untuk pendekatan," kata dia.
"Karena pada intinya, Pak SBY inginnya satu presiden dengan presiden lainnya berkesinambungan," kata dia.
Berita Terkait
-
Risma Apresiasi Sopir Ambulans dan Relawan Bencana: Bekerja Tanpa Libur, Tanpa Pamrih
-
Diplomasi Tanpa Sekat 2025: Bagaimana Dasco Jadi 'Jembatan' Megawati hingga Abu Bakar Baasyir
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Buku "Jokowi's White Paper" Ditelanjangi Polisi: Cuma Asumsi, Bukan Karya Ilmiah
-
Gibran Turun Gunung ke Nias, Minta Jembatan 'Penyelamat' Siswa Segera Dibangun
-
Mensos Salurkan Santunan Rp15 Juta bagi Ahli Waris Korban Bencana di Sibolga
-
Anjing Pelacak K-9 Dikerahkan Cari Korban Tertimbun Longsor di Sibolga-Padangsidimpuan
-
Ibu-Ibu Korban Bencana Sumatra Masih Syok Tak Percaya Rumah Hilang, Apa Langkah Mendesak Pemerintah?
-
Eks Wakapolri Cium Aroma Kriminalisasi Roy Suryo Cs di Kasus Ijazah Jokowi: Tak Cukup Dilihat
-
Nasib 2 Anak Pengedar Narkoba di Jakbar: Ditangkap Polisi, 'Dilepas' Gara-gara Jaksa Libur
-
Mendiktisaintek: Riset Kampus Harus Bermanfaat Bagi Masyarakat, Tak Boleh Berhenti di Laboratorium
-
Dengarkan Keluhan Warga Soal Air Bersih di Wilayah Longsor, Bobby Nasution Akan Bangunkan Sumur Bor
-
Di Balik OTT Bupati Bekasi: Terkuak Peran Sentral Sang Ayah, HM Kunang Palak Proyek Atas Nama Anak