Suara.com - Gerombolan yang mengepung kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Minggu hingga Senin dini hari (17-18/9/2017), banyak menyemburkan yel-yel maupun slogan berisi ancaman terhadap aktivis prodemokrasi dan penyintas korban pelanggaran HAM tahun 1965.
Tapi ternyata, tak sedikit kalimat-kalimat ancaman yang membuncah dari mulut gerombolan tersebut justru bisa membuat para pendengarnya tertawa. Pasalnya, orator gerombolan itu kerapkali menggunakan istilah yang salah.
Kelucuan akibat kekonyolan gerombolan tersebut diceritakan kembali oleh akun Twitter bernama @dsblf, yang mengklaim melihat peristiwa itu secara langsung.
Akun itu menceritakan gerombolan pengepung itu awalnya hanya berjumlah 10 orang. Mereka berkumpul di depan gerbang kantor YlBHI dan dijaga polisi.
"Jadi ceritanya pakai dorong-dorongan segala sama bos-bosnya yang ikut ngejagain (you know who). Terus, sambil dorong-dorong teriaknya apa coba? Revolusi," tulis @dsblf yang membubuhkan simbol tertawa.
Kenapa yel-yel "revolusi" menjadi lucu? Sebab, "revolusi" adalah kosakata yang diidentikkan dengan kaum komunis. Sementara gerombolan itu menggelar demo karena menuduh terdapat acara Partai Komunis Indonesia (PKI) yang digelar di dalam gedung YLBHI.
Kekonyolan gerombolan tersebut berlanjut ketika banyak dari gerombolan itu berteriak-teriak, memekikkan kata-kata provokatif bernada SARA.
"Mereka juga bilang, 'keluarkan senjata mesin kalian yang dari China! kami tidak takut'. I wish i have (seandainya saya punya)," ungkap akun tersebut.
Akun itu juga menceritakan, seorang orator dari gerombolan tersebut memakai kosakata yang salah sehingga mengundang tawa para polisi maupun aktivis prodemokrasi yang menjaga gerbang kantor YLBHI.
Baca Juga: Terduga Teroris Cirebon Ditangkap 2 Jam Sebelum Kedatangan Jokowi
"Oiya, ada yang berorasi seperti ini, 'NKRI menolak keras paham Marksisnis!' Apa dia memaksudkan itu adalah sopir kereta (masinis)?" sindir akun tersebut.
Sindiran tersebut mengena, lantaran berdasarkan transposisi pemaknaan, sang orator tampak merujuk 'Marksisnis' [sic!] yang seharusnya 'Marxisme' atau puncak filsafat klasik Jerman dan menjadi salah satu basis teoritik teori sosial Komunisme modern.
Tak hanya itu, @dsblf juga menuturkan terdapat banyak kata cacian yang ditujukan gerombolan itu kepada aktivis YLBHI tapi justru membuat para aktivis tertawa.
"Sewaktu pengepungan malam, aku rasa-rasanya mendengar ratusan jenis kata makian. Dari yang kasar sampai kocak. Kamu pernah tidak diejek 'muka cacing'?" tulisnya lagi.
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Mensos Salurkan Santunan Rp15 Juta bagi Ahli Waris Korban Bencana di Sibolga
-
Anjing Pelacak K-9 Dikerahkan Cari Korban Tertimbun Longsor di Sibolga-Padangsidimpuan
-
Ibu-Ibu Korban Bencana Sumatra Masih Syok Tak Percaya Rumah Hilang, Apa Langkah Mendesak Pemerintah?
-
Eks Wakapolri Cium Aroma Kriminalisasi Roy Suryo Cs di Kasus Ijazah Jokowi: Tak Cukup Dilihat
-
Nasib 2 Anak Pengedar Narkoba di Jakbar: Ditangkap Polisi, 'Dilepas' Gara-gara Jaksa Libur
-
Mendiktisaintek: Riset Kampus Harus Bermanfaat Bagi Masyarakat, Tak Boleh Berhenti di Laboratorium
-
Dengarkan Keluhan Warga Soal Air Bersih di Wilayah Longsor, Bobby Nasution Akan Bangunkan Sumur Bor
-
Di Balik OTT Bupati Bekasi: Terkuak Peran Sentral Sang Ayah, HM Kunang Palak Proyek Atas Nama Anak
-
Warga Bener Meriah di Aceh Alami Trauma Hujan Pascabanjir Bandang
-
Mutasi Polri: Jenderal Polwan Jadi Wakapolda, 34 Srikandi Lain Pimpin Direktorat dan Polres