Suara.com - Jurnalis di belahan dunia mempunyai cara beragam dalam memberitakan isu keberagaman. Seperti di Indonesia, negara lain pun masih menganggap isu keagamaan sebagai hal yang harus hati-hati untuk diberitakan.
Hal itu terungkap dalam “Conference on Religion Juournalism” yang digelar The International Association of Religion Journalists (IARJ), Serikat Jurnalis untuk Keberaagaman (SEJUK) dan Universitas Media Nusantara (UMN).
Puluhan jurnalis dari berbagai negara mengikuti diskusi yang digelar di UMN sejak Selasa hingga Kamis (17-19/10/2017). Sementara jurnalis dari Indonesia yang mengikuti acara itu sebanyak 15 orang, termasuk jurnalis Suara.com.
Satu topik yang dibahas dalam diskusi itu adalah, kebijakan media di negara-negara Asia dalam memberikan label terhadap kelompok tertentu. Salah satunya adalah, label ekstremis yang disematkan pada kelompok yang melakukan kekerasan berbungkus ajaran agama.
Jurnalis News on Sunday Pakistan, Waqar Gillani, bercerita di negaranya sangat berhati-hati memberikan label ekstremis pada kelompok tertentu yang berbasis keagamaan.
Gillani mengatakan, jika tidak hati-hati memberikan label ekstremis, jurnalis akan mendapatkan tekanan dari kelompok yang dinilai intoleran itu.
Sementara jurnalis lepas dari Filipina, Isabel Templo, mengatakan di negaranya masih bisa melabelkan kelompok tertentu sebagai ekstremis, tapi tidak menghubungkannya dengan kelompok keagamaan. Hal itu berlaku juga saat Kota Marawi diduduki kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan ISIS.
Isabel bercerita, jurnalis Filipina menghadapi tantangan dalam proses peliputan berlatar isu agama. Misalnya tidak mudah dalam menembus narasumber dari pimpinan agama.
"Ada satu gereja menolak wawancara karena saya dari berasal ordo gereja lain. Saya prihatin mengenai akses ini. Tapi untuk sebagian kardinal, terbuka untuk diwawancara. Namun pendekatan yang saya lakukan dengan menyesuaikan penampilan. Misal mewawancara seorang imam (pemuka agama Islam) dengan menggunakan kerudung," terangnya.
Baca Juga: Indonesia Ikut Partisipasi dalam "WorldSkills Abu Dhabi 2017"
Jurnalis lainnya yang bercerita adalah jurnalis media daring berbasis di Malaysia, yakni Malay Mail Online.
Zurairi Abd Rahman, jurnalis Malay Mail Online, mengungkapkan jurnalis di Malaysia sangat berhati-hati dalam membuat artikel mengenai isu keagamaan. Pers di sana jarang memberikan label semisal ekstremis terhadap kelompok tertentu.
"Kadang kami menggunakan kata fighter (pejuang) untuk orang Malaysia yang pergi ke Suriah (bergabung dengan ISIS)," tuturnya. (Suara.com/Pebriansyah Ariefana)
Berita Terkait
Terpopuler
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Pemain Eropa Telat Gabung, Persiapan Timnas Indonesia Terancam Kacau Jelang Hadapi Arab Saudi
-
STY Sudah Peringati Kluivert, Timnas Indonesia Bisa 'Dihukum' Arab Saudi karena Ini
Terkini
-
Kasus Korupsi Sritex Resmi Masuk Meja Hijau, Iwan Lukminto Segera Diadili
-
Pesan Mendalam Jelang Putusan Gugatan UU TNI: Apakah MK Bersedia Berdiri Bersama Rakyat?
-
Pemerintah Finalisasi Program Magang Nasional Gaji Setara UMP Ditanggung Negara
-
Korupsi Bansos Beras: Kubu Rudy Tanoesoedibjo Klaim Sebagai Transporter, KPK Beberkan Bukti Baru
-
Polisi Ringkus 53 Tersangka Rusuh Demo Sulsel, Termasuk 11 Anak di Bawah Umur
-
DPR Acungi Jempol, Sebut KPU Bijak Usai Batalkan Aturan Kontroversial
-
Manuver Comeback dari Daerah: PPP Solok 'Sodorkan' Epyardi Asda untuk Kursi Ketua Umum
-
Mengapa Penculik Kacab Bank BUMN Tak Dijerat Pasal Pembunuhan Berencana? Ini Logika Hukum Polisi
-
PT Gag Nikel di Raja Ampat Kembali Beroperasi, Komisi XII DPR: Tutup Sebelum Cemari Geopark Dunia!
-
KPK Dinilai 'Main Satu Arah', Tim Hukum Rudy Tanoe Tuntut Pembatalan Status Tersangka