Suara.com - Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon, membeberkan klaimnya mengenai sejumlah kesalahan Presiden Joko Widodo dalam mengelola negara.
Menurut Fadli, kesalahan-kesalahan yang diinventarisasi dirinya bakal menjadi penyebab kekalahan Jokowi seandainya kembali maju sebagai calon presiden pada Pemilu 2019.
"Secara ekonomi saja, rakyat makin susah. Di mana-mana ini saya tanya, pertanyaan saya itu tiga saja. Hidup makin susah apa makin mudah? Itu jawabannya makin susah. Tak ada satu pun yang bilang hidup makin mudah," kata Fadli di DPR, Jakarta, Senin (19/2/2018).
Kedua, yaitu terkait lapangan kerja. Menurut Fadli, semua orang yang ia tanya mengenai hal itu, rata-rata menjawab lapangan kerja semakin susah.
Ketiga, kata dia, terkait harga-harga di pasaran, utamanya harga bahan pokok yang semakin naik.
"Saya katakan kepada masyarakat yang saya temui, saya sebagai orang yang suka mengkritik pemerintah, supaya saya tidak fitnah, tidak hoaks, jadi saya tanya pertanyaan-pertanyaan itu dan jawabannya kira-kira itu," ujar Fadli.
Ia mengakui menyimpan rekaman dialognya dengan masyarakat yang ia berikan pertanyaan seputar kinerja Jokowi.
Fadli menegaskan, Jokowi tidak akan pernah cocok berpasangan dengan Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
Fadli menuding, konsep ekonomi Jokowi bersandar pada liberalisme sementara Prabowo berpijak pada ekonomi kerakyatan.
Baca Juga: Mengaku Polisi, 6 Perampok Aniaya dan Rampas Harta Musikus
"Pokoknya jangan pernah berpikir Pak Prabowo mau jika disanding-sandingkan dengan Pak Jokowi. Platformnya beda, cara pendekatan strateginya beda. Kalau Pak Jokowi itu kan ekonominya ekonomi liberal, kelihatannya saja kerakyatan. Tapi sebenarnya liberal yang bikin rakyat makin susah," jelasnya.
"Kalau ekonominya Pak Prabowo itu ekonomi kerakyatan. Mengutamakan sektor pertanian, mengutamakan kesejahteraan buruh, nelayan, pedagang pasar dan lain-lain," Fadli menambahkan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO