Suara.com - Kemenangan pasangan Nurdin Abdullah - Andi Sudirman Sulaiman (NA - ASS) dalam Pilgub Sulawesi Selatan 2018 memutus dominasi Partai Golkar dalam beberapa beberapa dekade terakhir. Bisa disebut, inilah runtuhnya Golkar di Sulsel.
Partai Beringin telah mengakar di Sulsel sejak Orde Baru. Di ajang pemilihan legislatif maupun pemilu, Sulsel menjadi lumbung suara partai ini. Dua gubernur yang menjabat dua dekade terakhir merupakan kader Golkar, yaitu Amin Syam, lalu Syahrul Yasin Limpo. Tetapi dengan kejadian ini, maka terjadi runtuhnya Golkar di Sulsel.
Pada pilkada serentak 2018, Golkar tumbang. Mengusung kader sekaligus ketua DPD I Sulsel, Nurdin Halid yang berpasangan Aziz Qahhar Mudzakkar (NH - Aziz), Golkar hanya mampu meraih 26,61 persen berdasarkan quick count LSI. NA - ASS yang diusung PDIP, PAN dan PKS unggul dengan perolehan 42,92 persen.
Diduga konsolidasi kader tingkat kabupaten-kota tak lagi kuat. Bahkan tercatat di enam daerah yang dipimpin ketua DPD II, suara NH - Aziz tidak memuaskan.
Seperti di Pilwalkot Parepare, Taufan Pawe menang Pilwali versi rekap KPU, namun suara NH - Aziz tidak memuaskan, selanjutnya di Pilbup Enrekang, ketua DPD II Golkar Muslimin Bando menang melawan kotak kosong namun NH - Aziz tumbang. Lalu di Kabupaten Jeneponto yang dipimpin kader sekaligus Ketua DPD II Iksan Iskandar, perolehan NH - Aziz juga jatuh.
Di Kabupaten Pangkep yang dipimpin Syamsuddin Hamid sekaligus Ketua DPD II Golkar, perolehan NH - Aziz juga turun. Begitu juga di Kabupaten Soppeng dan Wajo yang masing-masing dipimpin Ketua DPD II Kaswadi Razak dan Burhanuddin Unru.
Salah satu alasan menciutnya suara Golkar di Sulsel menurut pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Firdaus Muhammad, adalah sosok Syahrul Yasin Limpo. Mantan Gubernur Sulsel dua periode itu menjadi sosok penting pada kejayaan partai selama satu dekade.
Syahrul hengkang dari partai berlogo beringin menjelang pilkada dan bergabung di partai besutan Surya Paloh, Nasdem. Selain itu, sejumlah kader penting di daerah pun berpindah haluan.
"Pengaruh Pak Syahrul keluar dari Partai Golkar membawa gerbong-gerbongnya. Kita melihat persoalan kaderisasi, karena banyak kader pindah partai. Kita lihat Pak Syahrul pindah Partai ke Nasdem, RMS (Rusdi Masse) pindah ke Nasdem, dan kader lain," jelas dosen Komunikasi Politik UIN Alauddin Makassar itu.
Baca Juga: Partisipasi Pemilih Pilkada Jabar di Bawah Target Nasional
Tinggal menunggu ketuk palu KPU, Sulsel segera mendapatkan gubernur baru dengan status tanpa partai. NA yang mengawali karir sebagai akademisi Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin lalu menjabat Bupati Bantaeng dua periode cukup membuatnya meraih dukungan.
Popularitas NA menjadi magnet bagi sejumlah partai. Namun menurut Firdaus, NA lebih baik fokus menata pemerintahan dan mulai mencanangkan fondasi pembangunan.
"Mungkin melihat kondisinya sekarang, NA dalam posisi non partai. Karena kalau NA tiba-tiba masuk salah satu jaringan partai, Maka energinya bisa lebih terkuras dalam pragmatisme politik," jelas Firdaus.
Meski demikian, Firdaus menyarankan NA bisa menjadi pembina seluruh partai, tanpa mengistimewakan partai pengusung. Langkah itu untuk memberi kekuatan politik bagi dirinya sebagai non kader partai.
NA mendapat dukungan bukan semata-mata karena dukungan partai. Melainkan ketokohan yang dibangun selama menjabat Bupati Bantaeng.
Begitulah yang terjadi dengan runtuhnya Golkar di Sulsel. Firdaus menyebutkan agar, "wait and see saja, jangan tiba-tiba NA masuk area politik praktis, masuk ke partai kemudian konsentrasinya terganggu. Karena figurnya, NA diharapkan masyarakat bisa melanjutkan pembangunan-pembangunan yang diwariskan Syahrul."
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Dengarkan Keluhan Warga Soal Air Bersih di Wilayah Longsor, Bobby Nasution Akan Bangunkan Sumur Bor
-
Di Balik OTT Bupati Bekasi: Terkuak Peran Sentral Sang Ayah, HM Kunang Palak Proyek Atas Nama Anak
-
Warga Bener Meriah di Aceh Alami Trauma Hujan Pascabanjir Bandang
-
Mutasi Polri: Jenderal Polwan Jadi Wakapolda, 34 Srikandi Lain Pimpin Direktorat dan Polres
-
Tinjau Lokasi Bencana Aceh, Ketum PBNU Gus Yahya Puji Kinerja Pemerintah
-
Risma Apresiasi Sopir Ambulans dan Relawan Bencana: Bekerja Tanpa Libur, Tanpa Pamrih
-
Aktivitas Tambang Emas Ilegal di Gunung Guruh Bogor Kian Masif, Isu Dugaan Beking Aparat Mencuat
-
Sidang Ditunda! Nadiem Makarim Sakit Usai Operasi, Kuasa Hukum Bantah Tegas Dakwaan Cuan Rp809 M
-
Hujan Deras, Luapan Kali Krukut Rendam Jalan di Cilandak Barat
-
Pensiunan Guru di Sumbar Tewas Bersimbah Darah Usai Salat Subuh