Suara.com - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan bahwa hasil investigasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terhadap kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 paling cepat terbit enam bulan kemudian.
Saat ini masih memfokuskan perhatian pada pencarian kotak hitam kedua karena baru satu ditemukan, antara Flight Data Recorder atau Cockpit Voice Recoder (CVR).
"Saya tanya KNKT berapa lama proses itu berlangsung. Memang cukup lama, paling tidak enam bulan karena ada beberapa proses yang dilakukan," kata Budi usai pembukaan Lokakarya Wartawan di Jakarta, Jumat.
"Sekarang baru ketemu yang FDR, satu lagi ada CVR, kami tunggu dan harapkan 1-2 hari ini jalan," lanjutnya.
Dia mengatakan KNKT juga akan meminta data dari pihak menufaktur, dalam hal ini, Boeing untuk melengkapi bahan investigasi.
"Juga karena ada konfirmasi yang harus dilakukan manufakturnya dan pihak tertentu. Seperti apa tindak lanjutnya itu nanti," katanya.
Saat ini KNKT sudah bertemu dengan pihak Boeing untuk merancang proses investigasi termasuk pendampingan dalam hal-hal teknis. "Yang sudah ketemu Boeing itu KNKT. Saya belum tau apa yang dibicarakan," katanya.
Sementara itu, KNKT tengah merancang rencana investigasi dengan Boeing terkait jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10).
"Kami punya rencana investigasi seperti apa kemudian dia masuk mana saja yang bisa dibantu," kata Investigator Transportasi Udara KNKT Ony Suryo Wibowo.
Baca Juga: Lion Air Akan Berikan Santunan Pemakaman Korban Rp 25 Juta
Selain itu, ia juga meminta buku panduan (manual book) Boeing-737 Max 8 untuk dipelajari sebagai bagian dari proses investigasi.
"Buku. Kami kan tidak punya buku, manual book untuk Max-8," katanya.
Dia mengatakan akan berupaya menemukan kotak hitam yang kedua, karena sampai saat ini dirinya masih belum bisa menentukan kotak hitam yang telah didapatkan itu Flight Data Recorder (FDR) atau Cockpit Voice Recorder (CVR). Ony menjelaskan apabila CVR tidak ditemukan, akan sangat sulit untuk melakukan investigasi karena tidak ada data kuat.
"Ya akan sulit. Kami tidak punya data apapun. Apabila hanya FDR bisa tapi itu kan angka, kalau ketemu angka itu kan gambar sebenarnya seperti apa. Mungkin kalau CVR-nya aja, ngomong-ngomong di cockpit. Saya melotot ke anda, emangnya FDR tahu matanya ke mana tangannya ke mana, intonasinya seperti apa," katanya.
Sementara itu, KNKT hanya memiliki 30 hari untuk menemukan kotak hitam lainnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 5 Rekomendasi Bedak Tabur untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Halus dan Segar
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Korupsi Taspen Rugi Rp1 T, Kenapa KPK Cuma Pamer Rp883 M? Ini Jawabannya
-
BMKG Bunyikan Alarm Bahaya, Pemprov DKI Siapkan 'Pasukan Biru' hingga Drone Pantau Banjir Rob
-
Terjerat Kasus Korupsi Dinas PUPR, Wakil Ketua dan Anggota DPRD Kabupaten OKU Ditahan KPK
-
PSI Sorot Kinerja Pemprov DKI Atasi Banjir Rob Jakarta: Mulai Pencegahan dari Musim Kemarau
-
Jalani Sidang dengan Tatapan Kosong, Ortu Terdakwa Demo Agustus: Mentalnya Gak Kuat, Tiga Kali Jatuh
-
Pohon Tumbang Lumpuhkan MRT, PSI Desak Pemprov DKI Identifikasi Pohon Lapuk: Tolong Lebih Gercep!
-
Merasa Terbantu Ada Polisi Aktif Jabat di ESDM, Bagaimana Respons Bahlil soal Putusan MK?
-
Terbongkar! Sindikat Pinjol Dompet Selebriti: Teror Korban Pakai Foto Porno, Aset Rp14 Miliar Disita
-
Usut Kasus Korupsi Haji di BPKH, KPK Mengaku Miris: Makanan-Tempat Istirahat Jemaah jadi Bancakan?
-
Jember Kota Cerutu Indonesia: Warisan yang Menembus Pasar Global