Suara.com - Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah menyebut kecurangan Pemilu 2019 dapat menumbuhkan benih radikalisme. Menurutnya, semua itu bisa terjadi jika penyelenggara pemilu dinilainya terkesan terus mau menang sendiri dan diam atas beberapa peringatan terkait kecurangan pemilu.
Hal itu disampaikan Fahri lewat akun Twitternya @Fahrihamzah. Lewat kicauan berantai atau kultwit, Fahri Hamzah menjabarkan mulai dari penyelenggara pemilu yang dinilainya seakan-akan mengatakan bahwa pemilu didesain untuk berlaku curang, hingga bahaya timbulnya benih radikalisme jika semua itu cenderung diabaikan.
Fahri Hamzah mengatakan, sebagai seseorang yang tidak ikut terlibat dalam kontestasi politik pada Pemilu 2019 hanya memberi peringatan atas apa yang dirasakannya. Fahri Hamzah mengaku hanya menginginkan bangsa ini selamat dan kembali bersatu.
Berikut kicauan berantai Fahri Hamzah lewat akun Twitter @Fahrihamzah seperti dikutip Suara.com, Kamis (16/5/2019):
Kesan saya, penyelenggara pemilu bilang gini,” salah sendiri gak curang, pemilu ini memang di-disain curang kok, silahkan curang sebesar-besarnya dan kecurangan yang tidak bisa dibuktikan akan menjadi kemenangan yang sah. Selama gugatan tidak mengurangi angka curang maka sia-sia saja!”.
Sebagai orang yg memutuskan tidak ikut kompetisi tahun ini, saya mendengar tentang massifnya kecurangan di pemilu kali ini. Hal ini saya dengar bukan saja dari yang kalah tapi juga dari yang memang. Tapi penyelenggara pemilu tidak menerimanya dengan keprihatinan.
Dulu ada kecurangan, retail dan kecil, diam-diam dan hanya buah bibir. Sekarang kecurangan telah kita Peringatkan tapi didiamkan, mulai dari rekayasa DPT, manipulasi pencoblosan sampai sulap menyulap rekap suara. Sikap penyelenggara pemilu sama, memuji diri sendiri dengan segala cara.
Masih ada waktu untuk bersikap Arif dan bijaksana; paling tidak, Sudilah mendengar apa adanya, akuilah kelemahan dan mau membentuk tim investigasi bersama agar hasil pemilu ini bersih dan legitimate diterima oleh semua pihak dan melahirkan pemimpin berwibawa dan terhormat.
Sikap penyelenggara pemilu yang mau menang sendiri sekarang ini saya khawatirkan akan menyebabkan lahirinya goncangan di tengah publik. Tidak ada yang tampil menjawab kegelisahan publik. Yang banyak adalah yang membela diri secara berlebihan bahkan mengancam yang bertanya.
Baca Juga: Di Depan Media Asing, Prabowo Disebut Tak Terima Hasil Pemilu Curang
Nanti kalau kegelisahan ini menjadi bara api yg menyebar, kesadaran kita terlambat sudah. Janganlah sampai kiranya. Penyelenggara pemilu dan pemerintah sebagai penanggungjawab jangan menghadapi masyarakat dengan ancaman dan senjata. Bahaya. Radikalisasi di depan mata.
Pada massa (crowd) itu, hukum kekekalan energi juga berlaku. Energi masyarakat itu ada untuk disalurkan karena ia tidak bisa dimusnahkan atau diciptakan. Semakin keras ditekan, ia akan melawan tapi jika disalurkan ia mengalir memberi manfaat. Sekarang publik merasa ditekan.
Bisakah penyelenggara pemilu mengubah mentalitasnya dari yang menolak menjadi yang menerima? Bisakah semua yang bertugas justru datang dengan keterbukaan dan mempersilahkan semua bicara dan mendapat jawaban memuaskan? kalau tidak, ia menyumbat. Dan bisa meledak.
Saya hanya memberi peringatan, apa yg saya rasakan. Agar bangsa ini selamat dan agar rakyatnya kembali bersatu. Terima kasih.
Berita Terkait
-
Demokrat Sindir Ada Pihak Tolak Pertemuan AHY dan Tokoh Nasional di Bogor
-
Sebut Prabowo-Sandi Peserta Pemilu Terburuk, Dedek Prayudi: Ini Soal Rakyat
-
AHY: Demokrat Hormati Kerja KPU
-
Tolak Penghitungan Suara, Yusril Tantang Prabowo Beberkan Bukti Kecurangan
-
Sebelum Bubar, Massa Berbaju Putih Menulis Petisi Untuk KPU
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
-
Penuhi Syarat Jadi Raja, PB XIV Hangabehi Genap Salat Jumat 7 Kali di Masjid Agung
-
Satu Indonesia ke Jogja, Euforia Wisata Akhir Tahun dengan Embel-embel Murah Meriah
Terkini
-
Tito Karnavian Tekankan Kreativitas dan Kemandirian Fiskal dalam RKAT Unsri 2026
-
Mendagri Minta Pemda Segera Siapkan Data Masyarakat Terdampak & Lokasi Pembangunan Huntap
-
Teror Bom 10 Sekolah Depok, Pelaku Pilih Target Acak Pakai AI ala ChatGPT
-
Kejari Bogor Bidik Tambang Emas Ilegal, Isu Dugaan 'Beking' Aparat di Gunung Guruh Kian Santer
-
Efek Domino OTT KPK, Kajari HSU dan Bekasi Masuk 'Kotak' Mutasi Raksasa Kejagung
-
Diduga Sarat Potensi Korupsi, KPK-Kejagung Didesak Periksa Bupati Nias Utara, Kasus Apa?
-
Resmi! KY Rekomendasikan 3 Hakim Perkara Tom Lembong Disanksi Nonpalu
-
Ancaman Bencana Susulan Mengintai, Legislator DPR: Jangan Tunggu Korban Jatuh Baru Bergerak
-
Amnesty International Kutuk Keras Represi Aparat ke Relawan Bantuan Aceh: Arogansi Kekuasaan
-
Ketua Banggar DPR Said Abdullah: Merchant Tolak Pembayaran Tunai Bisa Dipidana