"Kenapa? Ada di puncak piramida sosial sebagai ukuran sukses itu berlaku pada masyarakat dengan sumber daya langka. Orang mau di puncak supaya dia tak kehabisan stok ilmu dan harta ke depan. Tapi sekarang ini era berkelimpahan. Problem zaman ini bukan menggali tapi bagaimana membagi!" cuit Budiman Sudjatmiko.
"Tapi jangan mengajari anakmu jadi lembek. Beritahu dia juga bahwa kebaikan dan kebenaran pun harus bisa membela dirinya dengan argumentasi. Lantas di mana toleransi harus ditumbuhkan pada temannya? Pada titik si teman tadi tak mampu melampaui batas kemanusiaannya untuk menjadi lebih baik," kicau Budiman.
"Ini juga berlaku untuk dirinya. Anak kita harus tahu batas kemanusiaan dirinya. Salah satunya lewat humor yang cerdas. Latih dia bagaimana di hadapan problem yang sudah sangat sulit dia atasi, dia punya selera humor yang sehat untuk menertawai diri sendiri," cuit Budiman.
"Harus kuakui, justru ini yang paling susah. Kebanyakan kita, jika gagal lebih suka mengasihani diri sendiri (dan parahnya: meminta orang lain mengasihani kita). Mengatasi keterbatasan jadi bahan menertawai diri butuh latihan keras. Guru yang cocok? Orang tuanya!" terangnya.
"Saya sendiri melatih humor dengan dulu suka ndengerin kaset Warkop (kasetnya ya, bukan nonton film-filmnya yang seolah dari dunia yang berbeda nilai-nilainya dengan kasetnya), baca cerpen-cerpen Anton Chekov dan humor tokoh-tokoh dunia (juga Gus Dur). Humor yang cerdas adalah kecerdasan publik," cuit Budiman.
"Melucu tidak mudah. Tapi kita bisa melatih anak untuk melihat hal-hal yang lucu dan menggelikan dari tragedi diri. Dengan begitu tragedi diri tidak dia besar-besarkan jadi tragedi sosial yang membuat susah banyak orang! Semakin terlokalisir dan kita jinakkan jadi lelucon, makin mudah diatasi," kicau Budiman Sudjatmiko.
Sebelumnya, diketahui pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto - Sandiaga Uno mengajukan gugatan sengketa hasil Pilpres 2019 ke Mahkamah Konstitusi, salah satunya menuntut agar mereka dinyatakan sebagai pemenang atau pemilihan harus diulang.
Setelah mengetahui salah satu tuntutan itu, Ketua Tim Kuasa Hukum Capres Cawapres nomor urut 01 Jokowi – Maruf Amin, Yusril Ihza Mahendra mengakak.
Yusril mengatakan, kewenangan MK sebagai lembaga peradilan hanya memutuskan sengketa hasil pemilu.
Baca Juga: Usap Kepala, Momen Prabowo Subianto Jenguk Korban Kerusuhan 22 Mei
"Ha-ha-ha-ha, ya saya kira dibaca saja kewenangan MK. Mereka hanya memutuskan sengketa hasil pemilu. Nanti tindak lanjutnya oleh KPU, jadi kalau dimohon kepada MK, ya namanya sebagai memohon, ya boleh saja," kata Yusril di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jalan Medan Merdeka Barat, Senin (27/5/2019).
Yusril enggan menanggapi secara mendalam soal permohonan kubu lawannya. Ia hanya mengatakan soal pengabulan gugatan itu menjadi wewenang MK serta hakim yang bertugas.
"Apakah akan dikabulkan atau tidak, serahkan sepenuhnya kepada hakim MK,” katanya.
Berita Terkait
-
Usul Jokowi-Prabowo Ketemu di Ramadan, Ferdinand: Daripada Kucing-kucingan
-
Tak Percaya Media Tapi Prabowo ke MK Bawa Link Berita, Ini Kata BPN
-
Dipanggil Polda Sumut, Dahnil Mengaku Belum Terima Surat Panggilan
-
Demokrat Respon soal Usulan Jokowi dan Prabowo Bertemu Sebelum Lebaran
-
SBY: Ada yang Larang Pihak 02 Komunikasi dengan 01
Terpopuler
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Media Lokal: AS Trencin Dapat Berlian, Marselino Ferdinan Bikin Eksposur Liga Slovakia Meledak
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
Terkini
-
Sejarah Panjang Gudang Garam yang Kini Dihantam Isu PHK Massal Pekerja
-
Pengamat Intelijen: Kinerja Listyo Sigit Bagus tapi Tetap Harus Diganti, Ini Alasannya
-
Terungkap! Rontgen Gigi Hingga Tato Bantu Identifikasi WNA Korban Helikopter Kalsel
-
Misteri Dosen UPI Hilang Terpecahkan: Ditemukan di Lembang dengan Kondisi Memprihatinkan
-
Dugaan Badai PHK Gudang Garam, Benarkah Tanda-tanda Keruntuhan Industri Kretek?
-
Israel Bunuh 15 Jurnalis Palestina Sepanjang Agustus 2025, PJS Ungkap Deretan Pelanggaran Berat
-
Mengenal Tuntutan 17+8 yang Sukses Bikin DPR Pangkas Fasilitas Mewah
-
IPI: Desakan Pencopotan Kapolri Tak Relevan, Prabowo Butuh Listyo Sigit Jaga Stabilitas
-
Arie Total Politik Jengkel Lihat Ulah Jerome Polin saat Demo: Jangan Nyari Heroiknya Doang!
-
Sekarang 'Cuma' Dapat Rp65,5 Juta Per Bulan, Berapa Perbandingan Gaji DPR yang Dulu?