Suara.com - Seorang mahasiswa Pendidikan Khusus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung membagikan sebuah utas di Twitter tentang nasib terombang-ambing Sekolah Luar Biasa (SLB) tertua se-Asia Tenggara, yang terletak di Bandung.
Utas yang mulai banyak dibagikan sejak Rabu (14/8/2019) itu kini telah viral, dengan jumlah retweet melebihi angka tiga ribu.
Pengguna akun @NadialgrdPutri mengawali utasnya dengan meminta bantuan dari warganet untuk meramaikan Twitter dengan tagar #SaveSLBNABandung karena menurut dia, pemerintah di Indonesia hanya menindaklanjuti masalah-masalah yang viral.
"Assalamualaikum teman-teman, saya perwakilan mahasiswa Pendidikan Khusus UPI memohon bantuan kepada teman-teman untuk mendukung teman-teman disabilitas salah satunya dengan menggunakan tagar #Saveslbnabandung KARENA DI INDONESIA PEMERINTAH TURUN TANGAN BILA BERITA VIRAL!!" tulis @NadialgrdPutri, Rabu.
Ia menyertakan pula video bocah perempuan tunanetra menyanyikan sepenggal lirik lagu "Hymne Guru", yang diakhiri dengan permintaan, "Pak Presiden, tolong sekolah kami ya."
Bocah perempuan itu, kata @NadialgrdPutri, biasa disapa 'Dudu' dan memiliki semangat tinggi untuk belajar bersama teman-temannya, bahkan rajin menghafal Alquran.
"Tapi sayangnya sekolah mereka terancam. InsyaAllah hari ini teman-teman tunanetra akan berangkat ke Komnas HAM. Mohon doanya ya teman-teman #saveslbnabandung," lanjut @NadialgrdPutri.
Si penulis utas mengabarkan, sekolah Dudu, yakni SLBN A Bandung, terancam tergusur karena status panti Wyata Guna, yang dihuni Dudu dan teman-temannya, diubah menjadi Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensori Netra (BRSPDSN) oleh Kementerian Sosial (Kemensos).
Menurut keterangan @NadialgrdPutri, sebanyak 66 siswa tunanetra di Wyata Guna bahkan telantar karena polemik itu.
Baca Juga: Gunakan Kelebihannya, Wanita Tunanetra Ini Bisa Deteksi Kanker Payudara
"Sejak pertengahan Juli 2019 terancam DO sekolah dan tepatnya 21 Juli 2019 dipaksa keluar dari asrama Wyata Guna melalui perlakuan yang kurang baik. Mereka mendapatkan tindakan terminasi tanpa melalui prosedur atau langkah-langkah seperti yang diamanatkan pada Peraturan Pemerintah," jelas @NadialgrdPutri.
"Bahkan yang sangat memprihatinkan, sejak tanggal 21 Juli 2019 sebagian dari mereka tidak lagi mendapat jatah makan/minum, tidak diurus, telantar. Kini mereka bertahan dengan makanan yang ada, saling berbagi, kadang makan mi instan yang ada," imbuhnya.
Ia menilai, Kemensos tidak mempertimbangkan dampak ataupun menyiapkan program alternatif dari pengubahan panti menjadi balai, sehingga puluhan penyandang tunanetra di Wyata Guna pun jadi korbannya.
Dirinya mengaku, sebenarnya mendukung dan mengapresiasi rencana kementerian untuk mendirikan balai berstandar internasional di Wyata Guna, tetapi sayangnya, rencana tersebut meninggalkan banyak tanda tanya di kepala para penghuni Wyata Guna dan elemen masyarakat yang peduli.
"Apakah telah melalui pengkajian kolaboratif need assessment yang melibatkan organisasi, lembaga, praktisi, atau penyandang disabilitas tunanetra itu sendiri sebagai pihak yang menerima manfaat untuk bekal hidup kemandiriannya? Apakah pendirian balai berskala internasional tersebut untuk disabilitas warga asing yang diberi kesempatan mendapat pelatihan di tempat itu?" ungkap @NadialgrdPutri.
Selain itu, @NadialgrdPutri sangat menyayangkan jika SLBN A ditutup. Pasalnya, ia menjelaskan, Komplek Wyata Guna, yang juga dikenal sebagai Rumah Buta (Bandoengsche Blinden Instituut), merupakan panti atau sekolah tertua di Asia Tenggara untuk tunanetra.
Berita Terkait
-
Pemdaprov Jabar Sosialisasikan Program Citarum Harum ke Siswa Sekolah
-
Persib Tak Lakukan Trial Pada Tiga Legiun Asingnya, Ini Alasan Robert
-
Ini Sosok Tiga Legiun Asing Anyar Persib Bandung
-
Robert Alberts: Kemenangan atas Borneo Jadi Harga Mati buat Persib Bandung
-
Tanpa 6 Pemain Intinya, Borneo FC Siap Taklukkan Persib di Bandung
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
Gelagapan Baca UUD 45, Ekspresi Wakil Ketua DPRD Pasangkayu Disorot: Yang Dibaca Pancasila?
-
"Segel Tambang, Bukan Wisata Alam": Warga Puncak Sampaikan Protes ke Menteri LH
-
Pengurus PWI Pusat 2025-2030 Resmi Dikukuhkan, Meutya Hafid Titip Pesan Ini
-
Mardiono Terbuka Merangkul Kubu Agus Suparmanto: Belum Ada Komunikasi, Belum Lihat Utuh SK Kemenkum
-
KAI Antisipasi Ledakan 942 Ribu Penumpang di HUT TNI Besok: Ambulans dan Medis Kami Siapkan
-
Kembalikan 36 Buku Tersangka Kasus Demo Agustus, Rocky Gerung Berharap Polisi Baca Isinya, Mengapa?
-
Kasus Siswa Keracunan MBG di Jakarta Capai 60 Anak, Bakteri jadi Biang Kerok!
-
Polisi Masih Dalami Sosok 'Bjorka' yang Ditangkap di Minahasa, Hacker Asli atau Peniru?
-
Rano Karno Sebut Penting Sedot Tinja 3 Tahun Sekali: Kalau Tidak bisa Meledak!
-
Korban Tewas Ponpes Al Khoziny Ambruk Jadi 14 Orang, Tim DVI Terus Identifikasi Santri Belasan Tahun